Warkop-98

Indonesia Semakin Rusak, Kehendak Tuhan atau Rekayasa Jokowi?

Nusantarakini.com, Jakarta –

Sejak Jokowi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, negara ini telah mengalami berbagai perubahan, baik dari segi pembangunan infrastruktur, kebijakan ekonomi, hingga dinamika sosial-politik.

Namun, di balik sederet pencapaian yang diklaim sebagai keberhasilan, muncul pertanyaan besar: apakah kondisi Indonesia saat ini merupakan kehendak Tuhan atau hasil rekayasa politik yang disengaja oleh rezim Jokowi?

Kebijakan yang Memicu Polemik

Salah satu aspek yang menjadi perhatian publik adalah kebijakan ekonomi yang dianggap menguntungkan oligarki. Masuknya investasi besar-besaran dari asing dan swasta kerap mengorbankan masyarakat kecil, terutama petani dan nelayan yang kehilangan lahan akibat proyek infrastruktur. Selain itu, utang luar negeri Indonesia terus meningkat, menimbulkan kekhawatiran akan keberlanjutan ekonomi nasional di masa depan.

Selain itu, berbagai kebijakan kontroversial seperti revisi UU KPK, Omnibus Law, dan berbagai regulasi lainnya dianggap lebih berpihak kepada kepentingan segelintir elite dibandingkan rakyat banyak. Fenomena ini memunculkan dugaan bahwa kebijakan-kebijakan ini bukan sekadar keputusan politik biasa, tetapi rekayasa sistematis untuk mengontrol kekuasaan.

Kemerosotan Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat

Dalam beberapa tahun terakhir, demokrasi di Indonesia mengalami kemunduran. Banyak aktivis, jurnalis, dan akademisi yang mengkritik pemerintah mendapatkan intimidasi, bahkan tak jarang dijerat dengan pasal-pasal hukum yang dinilai bermuatan politis. Ruang kebebasan berpendapat semakin sempit, menciptakan iklim ketakutan bagi mereka yang berseberangan dengan pemerintah.

Pembungkaman terhadap suara kritis ini memunculkan pertanyaan: apakah ini bagian dari kehendak Tuhan yang menguji kesabaran rakyat, ataukah ini skenario yang dirancang oleh penguasa demi mempertahankan kendali atas negara?

Kerusakan Lingkungan dan Keserakahan Politik

Di sisi lain, eksploitasi sumber daya alam semakin tidak terkendali. Pembabatan hutan, pencemaran laut, serta proyek-proyek besar seperti tambang dan bendungan sering kali mengorbankan ekosistem dan masyarakat adat. Pemerintah berdalih bahwa semua ini adalah demi pertumbuhan ekonomi, tetapi dampak jangka panjangnya berisiko besar terhadap kelangsungan hidup generasi mendatang.

Tindakan ini menimbulkan pertanyaan moral: apakah kebijakan yang merusak alam dan menyengsarakan rakyat bisa disebut sebagai kehendak Tuhan? Atau ini hanyalah buah dari keserakahan elite politik yang ingin mempertahankan kekuasaan mereka?

Penutup
Antara Takdir dan Rekayasa Kekuasaan

Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Bagi sebagian orang, kondisi ini mungkin dianggap sebagai ujian dari Tuhan yang menghendaki masyarakat semakin kuat dalam menghadapi tantangan. Namun, bagi yang lain, ini adalah hasil rekayasa politik yang dilakukan secara sistematis untuk kepentingan segelintir elite.

Apa pun jawabannya, satu hal yang pasti: rakyat tidak boleh tinggal diam. Kesadaran dan perlawanan terhadap ketidakadilan harus terus hidup agar Indonesia bisa kembali ke jalur yang benar—bukan hanya sebagai negara demokratis, tetapi juga sebagai bangsa yang bermartabat dan berpihak kepada rakyatnya sendiri. [mc]

*Benz Jono Hartono, Praktisi Media Massa di Jakarta. 

Terpopuler

To Top