Warkop-98

Belajar dari Kegagalan (Sementara) Anies Baswedan

Anies Baswedan saat wawancara dengan awak media. (ISTIMEWA)

Anies sudah membuktikan kemampuannya baik di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan sebagai pemimpin yang bervisi, cerdas dan memiliki managerial skill yang tinggi. Masih muda dan masih banyak kesempatan untuk meraih cita-cita tertinggi sebagai Presiden Republik Indonesia, asalkan mau mengambil hikmah dari pengalaman pahit yang dialaminya sekarang.

Nusantarakini.com, Jakarta –

Bagi warga yang otaknya sehat pasti mengakui prestasi Anies Baswedan saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Dia menepati semua janjinya saat kampanye menjadi calon gubernur (cagub).

Anies pasti ada kelemahannya, tapi dibanding pemimpin lain dia mungkin relatif sedikit kelemahannya. Dan itu manusiawi bagi seorang pemimpin.

Kegagalan Anies menjadi cagub lagi pada Pilgub Jakarta 2024 kali ini, menunjukkan bahwa:

1. Sistem rekruitmen kepemimpinan dalam sistem sekarang tidak bersahabat dengan orang yang pro rakyat dan berprestasi baik. Sekiranya dipakai sistem musyawarah dalam memilih pemimpin, maka nasib Anies tidak akan sedramatis ini.

2. Diduga ada kekuatan pemodal yang bermain untuk mengganjal Anies. Mungkin karena Anies punya track record yang dianggap kurang mendukung proyek reklamasi di masa jabatannya dan kasus lainnya yang berkaitan dengan ambisi para Taipan. Sementara ke depan ini akan ada Pantai Indah Kapuk (PIK)

3. Disayangkan Anies dan pendukungnya tidak mengantisipasi kemungkinan terburuk yaitu akan dikunci oleh musuh politiknya, dimana Anies akan diperlakukan sebagai bakal calon yang tidak akan mendapat dukungan partai. Sehingga semestinya menyiapkan diri sebagai calon independen karena realitasnya Anies tidak (mau) berpartai.

Kesannya Anies merasa sebagai tokoh yang pasti dibutuhkan oleh partai dan tak menyiapkan diri untuk menjadi calon independen.

4. Mengapa Anies akhirnya tak dipilih oleh PDIP, tentunya karena pertimbangan kepentingan internal PDIP seperti pengalaman pahit mendukung petugas partai yang bukan kader utama seperti Jokowi. Yang akhirnya malah menjadi musuh PDIP.

Juga kemungkinan Anies ke depan akan menjadi pesaing tokoh internal untuk merebut kursi capres cawapres mendatang. Seperti akan menyaingi Puan, Ganjar, Ahok, Andika dll.
Selain itu mungkin juga ada faksi-faksi di internal PDIP yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Anies yang dianggap kuat keislamannya dengan segala citra Islam yang mereka anggap kurang kondusif.

5. Oleh sementara tokoh, Anies dianggap memiliki kelemahan leadership seperti gagal merawat pertemanannya dengan Sudirman Said, yang terbuka dan dibaca publik. Juga dianggap kurang gigih memperjuangkan nasib politiknya di Mahkamah Konstitusi (MK) di mana dia tidak menurunkan massanya saat pengumuman hasil sidang MK tentang kecurangan pilpres.
Selain itu juga dianggap kurang smooth dlm masalah pembentukan Timses Pilpres sehingga terasa ada situasi yang kurang kondusif yang diketahui publik.

6. Seorang pemimpin akan besar bila telah lolos ujian sangat besar. Seperti pepatah mengatakan : NAKHODA TANGGUH LAHIR DARI LAUT YANG BERGOLAK.

Tidak banyak “orang ajaib” seperti Jokowi yang dengan “gampang” meraih jabatan gubernur dan presiden, karena memiliki “mesin peluncur” yang luar biasa dahsyat. Namun ujungnya seperti pernah diramalkan oleh pak JK: “Akan hancur negeri ini, kalau negara ini dipimpin oleh Jokowi.” Itulah harga kalau seorang pemimpin lahir dari proses instan.

Belajar dari kisah Jokowi inilah maka calon pemimpin ke depan harus benar-benar teruji. Anies dengan “nasibnya” sekarang haruslah menjadi pemimpin yang teruji seperti Soekarno, Soeharto bahkan termasuk Prabowo yang juga sudah teruji tangguh untukĀ  meraih jabatan Presiden.

7. Anies sudah membuktikan kemampuannya baik di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan sebagai pemimpin yang bervisi, cerdas dan memiliki managerial skill yang tinggi. Masih muda dan masih banyak kesempatan untuk meraih cita-cita tertinggi sebagai Presiden Republik Indonesia, asalkan mau mengambil hikmah dari pengalaman pahit yang dialaminya sekarang. [mc]

*M. Hatta Taliwang, Direktur Institut Soekarno Hatta.

Terpopuler

To Top