Sejarah

Sekelumit Amir Husin Daulay dan Yusuf Blegur

Yusuf Blegur Presidium GMNI Periode 1999-2002. (Istimewa)

Tulisan Sahabat Nanang Djamaludin-Pegiat Klub Literasi Progresif dan Jaringan Anak Nasional (Jaranan), tepatnya sebelas tahun lalu tentang Amir Husin Daulay seorang aktivis pergerakan politik kontemporer tahun 1980-an. Menggelitik dan membangkitkan memori soal hubungan gelap dan tak langsung dengan Amir Husin Daulay yang ikut menentukan gerak dan arah jalan aktifitas Yusuf Blegur.

Nusantarakini.com, Bekasi –

Amir Husin Daulay salah satu pegiat dan pemberani di dunia pergerakan nasional era tahun 1980-an. Amir Husin Daulay telah menjadi fenomena tersendiri di banyak kalangan, termasuk baik dari kalangan pergerakan kampus dan basis massa lainnya maupun di hadapan rezim kekuasaan.

Meskipun tidak pernah bersentuhan langsung secara fisik, ada semacam hubungan isu atau irisan intrik yang mempertemukan Yusuf Blegur dan Amir Husin Daulay.

Berbeda generasi, Yusuf Blegur yang menjadi aktivis mahasiswa era 1990-an akhirnya tak bisa menghindari persentuhan dan “impact” bahkan dari Amir Hasan Daulay meski keduanya tak saling mengenal.

Seorang Yusuf Blegur pernah dituduh rezim saat itu, tepatnya tahun 1994, bahwasanya terlibat konspirasi dengan Amir Husin Daulay dan Yayasan Pijar karena melakukan proyek (kegiatan) penghinaan presiden Indonesia. Soeharto. Yusuf Blegur dianggap rezim ikut kegiatan subversif ketika itu saat masih kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Jakarta.

Tapi itu membawa berkah juga buat Yusuf Blegur. Setelah klarifikasi dengan menangkis semua tudingan surat dari aparat pemerintahan mulai dari pusat hingga Jakarta yang ditujukan ke kampus. Dari situlah Yusuf Blegur mendapat bea siswa dan previlage dari Prof. Sri Soematri Martosuwigno, seorang Pakar Hukum Tata Negara dan Anggota Komnas HAM sekaligus Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta kala itu.

Meskipun akhirnya harus berkonfrontasi dan dicabut beasiswanya dan membayar semua biayanya yang dianggap utang, oleh Prof. Sri Soemantri dan Jend. (Purn) Cokropranolo sebagai Ketua Yayasan Untag Jakarta yang juga kepala Bakin dan mantan gubernur Jakarta karena melawan beberapa kebijakan Kampus Untag Jakarta.

Keberuntungan berikutnya, sebagai aktivis mahasiswa sering membela Ibu Megawati Soekarno Putri sebelum dan sesudah Peristiwa 27 Juli 1996. Ketika silaturahim dengan para senior karena terpilih sebagai Presidium GMNI periode 1999-2002. Saya berkesempatan bertemu dengan Bapak Taufiq Kiemas dan Ibu Megawati Soekarno Putri, dan dari situlah mereka membantu menyelesaikan kuliah S1 saya termasuk membayar ganti rugi bea siswa saya yang dicabut karena melawan kebjakan rezim kampus Untag saat itu.

Begitulah sekelumit hubungan tanpa perkenalan, sentuhan dan bahkan tanpa pertemuan fisik sekalipun dengan nama besar Amir Husin Daulay di kalangan aktivis pergerakan. Dari Amir Husin Daulay yang fenomenal dan berkarakter, seorang Yusuf Blegur yang pemula ikut menuai kiprahnya.

Amir Hasan Daulay seperti telah membuat gerakan tanpa bayangan untuk Yusuf Blegur sehingga mampu memberi warna untuk menentukan pilihan dan langkahnya menjadi seorang aktivis. Hingga sekarang yang terus menua dan mulai menurun kemampuannya, meski tetap berusaha membersamai hidupnya dengan jiwa kesadaran kritis dan perlawanan. [mc]

Bekasi Kota Patriot, 29 Dzulhijjah 1445 H/8 Juli 2024.

*Yusuf Blegur, Mantan Presidium GMNI.

Terpopuler

To Top