Nusantarakini.com, Jakarta –
Manuver komunikasi politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ke depan dalam lansekap politik nasional ke depanpatut ditunggu, karena selama ini partai berlogo kepala banteng ini memposisikan diri berseberangan dengan kubu Prabowo-Gibran.
Bahkan lontaran kekecewaan kerap disampaikan oleh para petinggi DPP PDIP sejak sebelum memasuki sampai masa kampanye Pilpres 2024.
Selain itu, jika Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto jadi bertemu, maka yang patut diperhatikan adalah sikap politik PDIP terhadap pemerintahan mendatang. Apakah mereka akan berada di luar atau justru bergabung dengan pemerintahan.
Santernya akan dilangsungkan pertemuan Ketum PDIP dan Capres Prabowo Subianto hangat dibicarakan di momen Lebaran Idul Fitri ini.
Sebagaimana diketahui, di hari Raya Idul Fitri ini, kediaman Megawati menyelenggarakan Open House di mana beberapa pejabat bersilaturahmi untuk berlebaran, termasuk ketua TKN Paslon 02 Rosan Roeslani.
Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan 12 Jusuf Kalla alias JK, menanggapi momen pertemuan Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (10/4).
Mantan Ketum Partai Golkar ini menilai dalam momen Idul Fitri setiap orang yang hendak bersilaturahmi tidak boleh ditolak.
“Ya, ini kan zamannya Idul Fitri siapapun tidak boleh ditolak,” kata JK di Jakarta Selatan, Rabu (10/4).
Meski begitu, JK turut menilai pertemuan antara Rosan dan Megawati adalah suatu pertanda yang baik.
“Tapi, ya suatu pertanda-pertanda yang baik,” tutur dia.
Sementara Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah mengatakan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dan presiden terpilih Prabowo Subianto, sudah ‘kontak batin’ walau belum bertemu.
Menurut Basarah hubungan keduanya baik-baik saja secara personal dan menurutnya, rekonsiliasi tak diperlukan lagi lantaran kedua tokoh itu tak punya masalah personal.
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto telah membeberkan pembicaraan Rosan saat berkunjung ke kediaman Mega.
Hasto menyebut Rosan datang untuk mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
“Pak Rosan juga datang untuk mengucapkan selamat Idul fitri kepada bu Megawati Soekarnoputri,” kata Hasto di depan kediaman Mega.
Hasto juga tidak menganggap kedatangan Rosan ke rumah Mega di luar kebiasaan, karena Rosan pernah menduduki posisi pejabat publik.
Pertemuan antara Megawati dan Prabowo disebut Basarah menunggu sidang sengketa hasil Pilpres (PHPU) selesai diproses Mahkamah Konstitusi (MK).
“Silaturahmi yang bersifat kenegaraan itu setelah PHPU di MK selesai. Tapi secara pribadi, saya kira meskipun mungkin secara fisik belum bertemu antara hati Bu Megawati dan Pak Prabowo saya kira sudah saling kontak batin di antara mereka berdua,” katanya di Jakarta, Rabu (10/4).
Menurut Ketua DPP PDIP Said Abdullah, Megawati menugaskan anaknya yang juga Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, untuk menjalin komunikasi dengan Prabowo yang juga calon presiden pemenang Pilpres 2024.
“Jadi, dari satu poin dan dua poin itu, muaranya, Ibu menugaskan Mbak Puan memang untuk membangun komunikasi. Setelah membangun komunikasi, nanti Mbak Puan report,” kata Said saat dihubungi, Senin (8/4/2024).
“Hasil report itulah yang akan menentukan Ibu ketua umum bertemu dengan Pak Prabowo, duduk bersama. Kan begitu,” lanjutnya.
Akan tetapi, Said tak memerinci kapan pertemuan Puan dan Prabowo dilaksanakan.
Said mengungkapkan, pada dasarnya antara Megawati dan Prabowo tidak memiliki persoalan secara pribadi.
Begitu pula, secara ideologis, PDIP dan Partai Gerindra juga dinilai tidak memiliki persoalan.
Kedua partai politik itu, jelas Said, bahkan saling bersinergi selama 10 tahun terakhir di DPR.
“Secara politik, tidak pernah ada sentuhan apapun dengan Gerindra, dan bahkan 10 tahun terakhir PDI Perjuangan dan Gerindra sebagai partner yang baik di DPR,” tegas Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR ini.
Lebih jauh, Said menekankan pesan Megawati tentang pentingnya bangsa menghadapi tantangan 5 tahun ke depan.
Maka dari situ Megawati, tambah Said, juga enggan menarik menteri-menteri dari kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini.
“Konteks Ibu ketum itu pesannya, lima tahun ke depan, keadaan geopolitik seperti ini, setiap negara istilah Ibu itu, setiap memperkuat dirinya sendiri, global supply chain tidak sempurna karena keseimbangan baru tidak tercipta, maka berat tantangan ke depan,” ucap Said. [mc/ys]
Sumber dan Foto: Antara dan Jakartasatu.com.