Warkop-98

Gibran Cawapres? Begini Kata Pengamat

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Banyak spekulasi, apakah Gibran akan jadi Cawapres di Pilpres 2024? Pertanyaan ini sedang jadi pembicaraan publik.

Beberapa kali Prabowo datang ke Solo dan secara terus terang meminta Gibran jadi cawapresnya. Bukannya usia Gibran baru 36? Sementara UU Pemilu mensyaratkan usia capres-cawapres minimal 40 tahun.

Bagi Prabowo, ini sih urusan mudah. Yang penting Gibran mau. Bersedia jadi Cawapres Prabowo. UU Pemilu bisa digugat di Mahkamah Konstitusi (MK). UU bukan kitab suci. Jadi, masih bisa diubah. Lihat UU KPK. Masa kerja empat tahun pimpinan KPK bisa diperpanjang lima tahun. Kalau kurang lama, masih ada peluang untuk gugat lagi, dan diperpanjang lagi. Urusan aturan, gak usah khawatir. Bisa digugat.

Maka, dibuatlah skenario. PSI mengajukan gugatan ke MK. Minta agar syarat usia minimal capres-cawapres 35 tahun. Tanggal 16 Oktober nanti, MK akan membuat keputusan. Persis tiga hari sebelum pendaftaran capres-cawapres.

Bagaimana bocoran keputusan MK? Ini spekulasinya. Jika MK kemudian mengabulkan gugatan PSI dan diputuskan usia minimum capres-cawapres 35 tahun, maka Gibran punya peluang untuk jadi cawapres. Atau diputuskan usia capres-cawapres 40 tahun, kecuali bagi mereka yang pernah jadi kepala daerah, maka Gibran juga bisa mendaftar sebagai cawapres. Tentu, menjadi cawapresnya Prabowo. Dalam hal ini, Prabowo dan para kader Gerindra yakin putusan MK akan memberi peluang kepada Gibran untuk menjadi cawapres.

Dari sini publik bertanya: “UU itu dibuat untuk Gibran, atau untuk seluruh warga negara Indonesia?” Jawabnya, tentu untuk seluruh warga negara Indonesia. Tapi, proses gugatan dan timing-nya kok ngepasin dengan Gibran. Ini jadi persoalan yang diperbincangkan publik.

Apakah peluang yang diberikan MK ini akan diambil oleh Gibran? Bisa diambil, bisa tidak. Kalau tidak diambil, Prabowo dan Gerindra akan kecewa. Ekspektasi terbesar Prabowo dan Gerindra adalah mendaftarkan pasangan Prabowo-Gibran ke KPU. Di sisi lain, rakyat akan respek kepada Jokowi. Ini akan menjadi jawaban bahwa Jokowi tidak sedang membangun politik dinasti. Ini sekaligus memberi pesan ke publik bahwa gugatan ke MK bukan bagian dari skenario Jokowi.

Konsekuensi lain, koalisi Gerindra-Golkar-PAN berpotensi kisruh. Posisi Cawapres Prabowo akan jadi rebutan antara Erick Tohir (PAN) dan Airlangga (Golkar). Keduanya tidak diminati Prabowo.

Golkar partai besar. Wajar jika bargaining untuk jadi cawapres. Sulit bagi Golkar untuk menerima Erick Tohir yang diusung PAN dengan kursi jauh di bawah Golkar. Elektabilitas Erick Tohir juga kecil, tidak jauh dari Airlangga. Golkar bisa hengkang jika tidak diakomodir keinginannya menjadi cawapres. Kisruh ini terjadi jika Gibran tidak ambil kesempatan jadi cawapres.

Jika Gibran ambil peluang jadi cawapres, kemudian mendaftar ke KPU sebagai Cawapres Prabowo, maka ini yang kemugkinan akan membuat koalisi Gerindra-Golkar-PAN solid. Siapa yang berani melawan Jokowi? Inilah yang paling mungkin terjadi.

Satu sisi, rakyat kecewa. Jokowi akan dituduh sebagai presiden yang membangun dinasti politik. Tak ubahnya seperti SBY. Bahkan lebih parah, karena menggunakan instrumen negara.

Di sisi lain, Perang Bubat akan dimulai. Tidak bisa membayangkan betapa marahnya PDIP. Partai yang membesarkan karir Jokowi dengan memberi tiket kepada presiden ke-7 ini sejak nyalon Walikota Solo dua kali, tiket nyagub di DKI, kemudian nyapres dua kali. Tidak sampai di situ, PDIP juga memberi tiket Gibran untuk nyalon walikota Solo dan Bobby (menantu Jokowi) nyalon Walikota Medan. Lalu, Gibran akan keluar dari PDIP dan nyalon cawapres di kubu sebelah? Kubu yang menjadi salah satu rival Ganjar, capres dari PDIP. Sebelumnya Kaesang juga diangkat menjadi Ketum PSI, partai yang terus menerus akan membayangi elektabilitas PDIP.

Jika Gibran ambil keputusan jadi Cawapres Prabowo, maka jelas sudah di mana posisi Jokowi di mata PDIP. Siap berhadap-hadapan. Benturan keras kedua belah pihak akan dimulai.

Boleh jadi Jokowi mengalkulasi bahwa sudah saatnya ia exit dari tekanan PDIP. Bagi Jokowi, dan juga anak-anaknya, di PDIP, tidak ada lagi masa depan. Harus membangun masa depan sendiri. Kaesang di PSI. Jokowi dan Gibran suatu saat bisa ambil alih Gerindra. Ini jauh lebih menjanjikan, karena peluangnya sangat besar. [mc]

Jakarta, 11 Oktober 2023.

*Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa. 

Terpopuler

To Top