Nusantarakini.com, Bandung –Tiba-tiba Surya Paloh dipanggil Jokowi. Adakah pemanggilan itu berkait dengan langkah Anies sebagai calon presiden (capres) yang unstopable (tidak bisa dihentikan) walau seribu satu cara sudah dilakukan pihak rezim untuk menghentikan Anies. Bahkan semakin hari Anies makin dicintai dan bersatu dengan rakyat. Antara Jokowi dan Anies saat ini seolah menjadi “Presiden yang Tertukar.”
Pemanggilan Surya Paloh oleh Jokowi sepertinya memberi dua sinyal kuat :
Sinyal Pertama:
Jokowi menekan Surya Paloh untuk melepaskan Anies sebagai capres dengan segala iming-iming dan ancaman.
Apakah Surya Paloh akan tunduk dengan ancaman Jokowi ?
Jika itu yang dipilih Surya Paloh, maka sebagai konsekuensinya adalah :
Pertama, Nasdem ditinggalkan oleh seluruh pendukungnya yang mendukung Anies.
Ini sangat beresiko. Kenapa ? Anies sudah kadung dicintai dan bersatu dengan rakyat. Anies tanpa Nasdem masih bisa jalan, karena PKS dan Demokrat pasti akan mencari satu partai lagi untuk koalisi sehingga memenuhi PT 20%. Sedangkan saat ini Nasdem tanpa Anies akan “bubar”, karena rakyat lebih memilih Anies daripada Nasdem. Nasdem akan terdongkrak elektabilitasnya karena faktor Anies.
Saat ini Anies selain didukung oleh PKS dan Demokrat juga didukung oleh beberapa partai lain (seperti Golkar, PKB, dan Partai lain), karena Anies didukung oleh mayoritas rakyat indonesia.
Jadi, jika tekanan Jokowi ke SP untuk melepaskan Anies dari Nasdem dan SP menerimanya, maka Nasdem bunuh diri.
Jadi kemungkinan besar sinyal pertama ini tidak akan terjadi.
Sinyal Kedua
Jokowi menyadari bahwa Anies tidak bisa distop (walau semua cara untuk menjegal Anies telah dilakukan).
Maka Jokowi minta pendapat SP bagaimana sikap Anies jika telah jadi Presiden terhadap Jokowi dan Keluarganya.
Jokowi sangat khawatir jika Anies Presiden :
Pertama, semua proyek rintisan Jokowi bakal mangkrak.
Terutama proyek IKN dan Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Kemungkinan besar kedua proyek ini akan tidak dilanjutkan oleh Anies, karena kedua proyek ini hanya pesanan oligarki taipan, bukan untuk kepentingan rakyat.
Kedua, Jokowi khawatir kasus kejahatannya akan diperkarakan.
Terlalu banyak kasus kejahatan Jokowi, terutama terhadap para ulama, umat Islam dan lawan politik.
Anies mungkin akan memilah-milah kasus kejahatan Jokowi, ada yang bisa dimaafkan tetapi ada yang harus diusut sampai tuntas. Yang berhubungan dengan kezhaliman pelanggaran HAM berat pasti akan diusut lagi.
Ketiga, Jokowi juga khawatir nasib keluarganya.
Terutama Gibran, Kaesang, dan Bobby. Selama ini mereka tidak tersentuh hukum, walaupun sudah dilaporkan ke KPK misalnya oleh Ubaidillah Badrun.
Keempat, Jokowi khawatir kasus ijazah SD sampai PT diusut lagi.
Selama ini kasusnya seolah digantung, bahkan dibuat skenario palsu dengan membayar pihak-pihak tertentu. Padahal untuk membuktikan keaslian sebuah ijazah sangat mudah, tapi dibikin muter-muter.
Kelima, Jokowi juga khawatir kedok keterlibatannya dengan PKI akan terbongkar.
Selama rezim Jokowi, PKI diposisikan seolah jadi korban, sehingga Pemerintah harus meminta maaf dan memberi ganti rugi. Para keturunan PKI ini berlindung dibalik rezim dan memanfaatkan rezim untuk kepentingan PKI.
Jokowi sangat cemas jika berganti penguasa yang tidak sejalan dengan dirinya, karena kejahatan Jokowi terlampau banyak. Jokowi tidak layak menjadi seorang Presiden, karena dia bagian dari mafia hitam yang menghalalkan segala cara. Dia tidak sadar bahwa kekuasaan pasti ada batasnya, suatu saat pasti harus berganti dengan pemimpin yang lurus.
Di dunia saja sudah ketakutan dengan jejak-jejak dosanya, bagaimana dia akan mempertanggungjawabkan di akhirat kelak, di mana keadilan dan kebenaran akan ditehakkan seadil-adilnya.
Mau lari ke mana kau Jokowi ?
Atau, adakah sinyal ketiga yang disampaikan Jokowi ke Surya Paloh ? (Penambahan Masa Jabatan menjadi 3 Periode). [mc]
Wallahu a’lam.
Bandung, 6 Rajab 1444.
*Sholihin Ms, Pemerhati Sosial dan Politik.