NUSANTARAKINI.COM _ Hingga pertengahan November 2022 ini, DPW Jarnas kanthi Anies Jambi sudah memasang 41 buah spanduk warung dan tempat usaha milik relawan dan simpatisan. Tersebar dari Ujung Jabung di timur hingga Kerinci di Barat.
Ada pun rinciannya adalah, warung/rumah makan/lesehan 12 buah, sate 3, warung pempek 2, kelapa muda/pop ice/ coklat 3, toko roti 2, toko pakaian/konveksi 4, toko kelontong 2, penjahit 2, laundry 3, bengkel motor 2, parut kelapa 1, sanggar tari 1, jaring/pancing 1, payment pos 1, celluler 1, dan klinik kesehatan 1.
Selain untuk brand awarenes, program ini sebagai sebuah strategi social marketing atau lebih dikenal dengan istilah “pemasaran non-profit”.
“Karenakan lebih menerapkan konsep pemasaran yang berorientasi pada tujuan dan bukan pada keuntungan semata. Ukuran kesuksesan lebih ke perubahan sosial,” kata Muhammad Agus Widiyanto Ketua DPW Jarnas Kanthi Anies Jambi pada Kamis (24/11/2022)/
Sementara, marketing model ini adalah sistem yang memungkinkan relawan dan simpatisan Anies untuk terlibat langsung. Pria yang akrab disapa Agus tersebut memaparkan, mulai dengan mendata warung, berkolaborasi dengan pemangku kepentingan, berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitarnya dan memanfaatkan kecerdasan orang- orang yang berpartisipasi di dalamnya.
“Semuanya tentu untuk menaikkan elektabilitas Anies. Lalu, menarik perhatian dan mendorong relawan dan simpatisan untuk aktif berbagi dan berjejaring di lingkungan masing-masing,” lanjutnnya.
Dia menambahkan, pemasaran sosial disini dapat diartikan sebagai suatu cara penggunaan teknik pemasaran untuk mempengaruhi target audiens, yaitu calon pemilih agar secara sukarela menerima Anies Baswedan sebagai capres 2024.
“Dengan sikap-sikap positifnya yang melekat, seperti menolak gratifikasi dan politik uang, perubahan dan keberlanjutan, mengabaikan keuntungan individu atau kelompok, dan lebih mementingkan urusan menghadirkan keadilan sosial di seluruh negeri,” tambahnya.
Sedangkan, untuk pemasaran sosial ini lebih rumit dibandingkan produk komersial karena harus memperhatikan enam aspek, yakni:
1. Intangibility
Produk pada pemasaran komersial berbentuk jelas, nyata, dan dapat diamati. Selain itu, sosialisasi sosok Anies, lebih sulit diukur hasilnya karena ini soal memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat umum untuk memilih Anies di PILPRES 2024.
2. Controversial
Nilai-nilai dan konsep yang ditawarkan Anies seringkali kontras atau bertentangan dengan nilai dan normal yang sudah melekat di masyarakat. Seperti budaya wani piro, hipokrit, Kolusi, Korupsi & Nepotisme dan lain-lain.
3. Complexity
Figur Anies sebagai bahan sosial marketing lebih kompleks, jika dibandingkan dengan produk komersial. Produk komersial fokus pada satu manfaat. Sedang, Anies sebagai solusi permasalahan bangsa yang makin kompleks.
4· Negative Frame
Konsep-konsep Anies terutama yang bertujuan mengubah Indonesia menjadi lebih baik, justru sering ditanggapi negatif dan tidak nyaman untuk dilakukan.
5· Inflexibility
Pemasar komersial lebih mudah mendesain ulang produknya dibandingkan pemasar sosial. Karena social Marketing sifatnya mengubah perilaku & keputusan memilih.
6· Weak Personal Benefit
Memilih Anies berarti lebih banyak memberikan manfaat untuk mengubah kebijakan. Sehingga tidak berdampak langsung dan jangka pendek pada para pendukungnya.
Menurut Agus, membranding Anies sesungguhnya tidak sekadar melekatkan nama, namun juga membangun semua atribut yang melekat. Melainkan juga, termasuk track record tentang ide dasar kebangsaan dan mengubah perilaku politik menjadi lebih baik.
Dia membeberkan, social marketing ini sesungguhnya sudah lama dikenal di dunia dan diterapkan dalam menjual gagasan untuk perubahan, yakni pemikiran, sikap, dan perilaku masyarakat.
“Strategi ini juga terbukti dapat memberdayakan jarnas Kanthi Anies Jambi dalam memperoleh dukungan luas, termasuk sumber dana yang potensial dari masyarakat, menambah relawan, menaikkan kepercayaan diri pengurus dan seterusnya,” ungkap Agus.
Dia menjelaskan, social marketing ini berkaitan erat dengan kesuksesan Jarnas secara keseluruhan.
“Meski pun manfaat yang didapat masyarakat tidak langsung diterima, sebagaimana halnya kegiatan profit. Kegiatan social marketing seperti spanduk warung dan tempat usaha ini, tepatnya adalah sebagai inovasi,” jelasnya.
Agus menyimpulkan, sehingga para pengurus dan relawan Jarnas harus pintar melakukan serangkaian inovasi yang belum pernah ada dan juga harus pandai menciptakan solusi atas masalah sosial yang terjadi disekitarnya.
“Tentu saja dilihat dari sudut pandang marketing. Sejatinya, unsur yang paling utama pada social markering itu adalah sisi ketulusan untuk terlibat dalam melihat permasalahan dan perubahan sosial yang diharapkan. Idealnya adalah solusi sosial untuk permasalahan bangsa sekarang ini bisa tuntas jika Anies jadi presiden,” pungkasnya.