Nusantarakini.com, Jakarta –Sebenarnya apa yang dikhawatirkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris terkait kebangkitan Tiongkok, adalah sistem ekonomi sosialis yang mengungguli sistem kapitalis yang dibangun oleh AS dan Inggris berdasarkan demokrasi liberal.
Beberapa waktu yang lalu AS dan Inggris adalah model pembangunan ekonomi bagi negara-negara yang sedang berkembang. Dan secara umum meniru sistem ekonomi mereka dan ternyata hanya melahirkan ketimpangan sosial dan tidak memiliki ketahanan ekonomi yang kuat.
Karena sistem kapitalis tidak mampu menghapuskan kemiskinan. Sedangkan sistem ekonomi sosialis berhasil menghapuskan kemiskinan dan mampu menciptakan golongan menengah yang dominan. Sehingga memiliki daya tahan yang kuat terhadap goncangan ekonomi,
Padahal tingkat kemiskinan di AS sendiri masih di atas 5% dari polulasi penduduknya. Sedangkan untuk pendidikan dan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat pun tidak dapat dinikmati oleh kaum miskin. Demikian juga yang dialami negara-negara berkembang yang meniru Amerika mengalami hal yang sama. Karena semuanya harus bayar sendiri dan serba mahal.
Maka elit politik AS menggunakan propaganda-propaganda anti Tiongkok. Tujuan utamanya supaya mereka, rakyat jelata, atau masyarakat dunia, tetap yakin dan tidak memiliki alternatif lain terkecuali kapitalis liberal model AS.
Namun mesin propaganda ini tidak begitu efektif, karena para ekspatriat AS yang tinggal di Tiongkok dan kembali ke AS selalu membawa berita positif tentang pembangunan di Tiongkok. Demikian juga dengan masyarakat dunia yang berkunjung ke Tiongkok sebagai turis rata-rata membawa berita positif tentang pembagunan di Tiongkok.
Padahal para ekonom AS sendiri yang dipelopori oleh 2 (dua) ekonom pemenang Nobel yakni Paul Krugman dan Joseph Stiglitz, secara terbuka dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa sistim kapitalis liberal yang dibangun AS dan Inggris bermasalah. Dan AS/Inggris harus beralih ke State Lead Ekonomi Sosialis dimana peran pemerintah lebih dominan.
Dalam tulisan Joseph stigliz mengemukakan bahwa sistem kapitalis liberal hanya menciptakan ketimpangan sosial yang parah. Stigliz menunjukan bahwa hanya 1% dari penduduk AS yang memiliki dan menikmati kekayaan, serta menguasai asset dari seluruh populasi di AS. Dan orang-orang kaya yang hanya 1% ini jugalah yang mendominasi politik AS. Indonesia cukup mirip dengan AS.
Kondisi ini akan menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berdampak langsung pada kinerja ekonomi negara, karena ketimpangan sosial adalah faktor utama yang menghambat bagi kinerja ekonomi dan stabilitas sosial politik serta keamanan.
Afrika melihat pembangunan alternatif, setelah puluhan tahun mengikuti model pembagunan AS/Inggris tanpa hasil pembangunan yang jelas. Akhirnya Afrika beralih ke model pembangunan Tiongkok dan saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Ibaratnya dalam satu keluarga memiliki banyak anak, akan mudah sekali untuk memakmurkan dan menyejahterakan anak-anaknya, apabila kedua orang tuanya memiliki kekayaan yang cukup.
Demikian juga dengan negara, akan mudah sekali memberikan pendidikan yang bermutu dan pelayanan kesehatan yang baik, serta menyejahterakan rakyatnya, apabila negaranya kuat dan memiliki harta kekayaan yang cukup. [mc]
*Chandra Suwono, Pemerhati Masalah Sosial, Ekonomi dan Politik.