Nasional

Timur Tengah Berpaling dari Amerika ke Tiongkok

Nusantarakini.com, Jakarta –Saat ini hubungan Tiongkok dengan negara-negara di Timur Tengah semakin harmonis. Hal ini disebabkan mulai pudarnya pengaruh Amerika Serikat (Amerika) di Timur Tengah, terutama saat pandemi covid-19 dan posisi Amerika diisi oleh Tiongkok.

Setelah menjalin kerja sama dengan Iran, Turki dan Arab Saudi, serta Mesir baru-baru ini, Tiongkok menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) senilai 70 milyard USD.

Kerja sama yang fantatis ini meliputi bidang perbankan, pariwisata, sain, dan perminyakan. Dengan kesepakatan ini membuktikan bahwa Tiongkok adalah mitra yang sangat serius dan strategis bagi UEA untuk memperkuat posisinya di kawasan regional Timur Tengah.

Sebelum kerja sama dengan Tiongkok, UEA sempat mendapatkan ancaman sanksi dari PBB, ketika menarik pasukannya dari perang di Yaman yang tidak kunjung usai. Ini mendapat dukungan penuh dari Tiongkok yang menyatakan UEA menpunyai peran yang sangat penting untuk stabilitas dan keamanan kawasan di Timur Tengah.

Demikian juga dengan Iran, Arab Saudi, Turki dan Mesir yang sebelumnya sudah melakukan kerja sama dengan Tiongkok dan mendapatkan respon yang sangat baik dan positif dari Tiongkok. Terkait masalah ekonomi, keamanan dan politik, ini telah membuktikan bahwa Tiongkok adalah salah satu aktor penting dalam menentukan masa depan dunia global.

Bahkan presiden Mesir Abdul Fattah El-Sisi sudah mengunjungi Tiongkok sebanyak 6 kali sejak tahun 2014 dan telah menandatangan berbagai kesepakatan kerja sama antara kedua negara di berbagai bidang.

Tiongkok juga akan bekerja sama dengan Rusia dan Iran untuk membantu membangun kembali Suriah yang porak poranda akibat kekalahan oposisi dan ISIS. Dan juga akan mendukung penuh kemerdekaan Palestina serta membantu secara finansial untuk kemerdekaan Palestina. Bahkan Tiongkok sempat mengancam Israel apabila berani mencaplok Palestina.

Langkah-langkah ini mendapat dukungan yang positif dari Iran, Turki, Arab Saudi UEA serta Mesir. Bahkan Arab Saudi dan UEA memasukan bahasa Mandarin dalam kurikulum pendidikannya. Sedangkan Presiden Turki, Erdogan, mengancam akan pasang badan bagi siapa yang berani menganggu Tiongkok.

Isu komunis dan Muslim Suku Uighur di propinsi Xin jiang yang sering digiring untuk mendeskreditkan Tiongkok, sudah tidak begitu pengaruh lagi di dunia Islam di Timur Tengah. Karena negara-negara di Timur Tengah telah membuka mata dan memahami akan pengaruh Tiongkok di dunia global, adalah sesuatu yang nyata dan tidak terelakan lagi.

Dan memahami serta menyadari bahwa kerja sama dengan Tiongkok akan membawa dampak positif untuk ekonomi maupun keamanan di kawasan. Karena Tiongkok memiliki sumber daya manusia, ekonomi, teknologi dan militer. Serta Tiongkok tidak akan ikut campur tangan untuk masalah politik, ideolologi di regional maupun kawasan negara lain. Dan ini berbeda dengan Amerika serikat yang sudah terbukti dalam beberapa puluh tahun ini sudah membuat beberapa negara Timur Tengah menjadi hancur dan berkeping-keping.

Bagaimana dengan Indonesia yang masih sibuk dengan masalah-masalah yang tidak subtansial seperti isu kebangkitan komunis, isu khilafah, kekuatan kiri dan kanan seolah olah kita masih berada di tahun 60an, ketika dunia global sedang perang ideologi. Padahal dunia global sedang perang ekonomi untuk keharmonian, kesejahteraan dan kemakmuran anak-anak bangsanya.

Hendaknya kita bisa mengikuti perkembangan dunia global dengan menjalin kerja sama dengan negara manapun dengan prinsip saling mengungtungkan, tanpa diskriminasi. Kita memiliki sumber daya alam, Tiongkok memiliki teknologi, SDM dan ekonomi. Ini bisa dijalin kerja sama yang baik untuk keharmonian, kesejahteraan dan kemakmuran anak bangsa. Serta mengejar ketertinggalan kita untuk menjadi negara maju dan modern sesuai amanah UUD 45. [el]

*Chandra Suwono, Pengamat Sosial, Ekonomi dan Politik, tinggal di Jakarta.

Terpopuler

To Top