17 Penyakit Dapat Sembuh dengan Tata Ulang Emosi

Nusantarakini.com, Jakarta –

Jika faktor penyebab munculnya penyakit ini dibenarkan secara ilmiah adalah emosi, maka penyembuhannya tentu dengan menyembuhkan emosi tersebut.

17 penyakit yang berhubungan dengan emosi tersebut, yaitu:

1. Alergi, karena penyangkalan akan kekuatan dan kemampuan diri.

2. Radang sendi, karena perasaan tidak dicintai, ditolak dan perasaan dikorbankan.

3. Demam, karena perasaan marah yang tidak mampu diekpresikan.

4. Ginjal, karena kekecewaan, perasaan gagal, rasa malu yang ditekan.

5. Maag, karena takut, cemas, perasaan tidak puas pada diri sendiri.

6. Penyakit paru-paru, karena putus asa, kelelahan emosional, luka batin.

7. Sakit punggung, karena ketakutan akan uang, merasa terbebani.

8. Sakit pinggang, karena rasa tidak dicintai, butuh kasih sayang.

9. Jantung, karena rasa kesepian, merasa tidak berharga, takut gagal dan marah.

10. Kanker, karena kebencian terpendam atau makan hati yang menahun.

11. Diabetes, karena keras kepala, tidak mau disalahkan.

12. Glaukoma, karena tekanan dari masa lalu dan tidak mampu memaafkan.

13. Jerawat, karena tidak menerima diri sendiri, tidak suka pada diri sendiri.

14. Pegal-pegal, karena ingin dicintai dan disayangi, butuh dipeluk dan kebersamaan.

15. Obesitas, karena takut, ingin dilindungi, kemarahan terpendam, tidak mau memaafkan.

16. Mata minus, karena takut akan masa depan.

17. Mata plus, karena tidak mampu memaafkan masa lalu.

“Orang yang emosinya tenang, apapun yang dilihatnya lebih jelas. Bila Anda punya masalah lalu dibawa ibadah, mau sujud beribu-ribu kali kalau emosi Anda belum tenang akan percuma,” ujar Irma, Soul Healer dari Emotional Healing Indonesia (EHI) dalam acara Emotional Healing Group Therapy di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Kamis (8/12/2011).

Menurut Irma yang sudah menangani lebih dari 5.000 klien yang bermasalah dengan emosi, cara terbaik untuk merespons emosi khususnya emosi marah adalah dengan mengeluarkannya dengan cara yang baik dan santun atau bicara baik-baik dengan orang yang membuat kita kesal.

“Misal Anda kesal dengan orang A, maka Anda harus menyampaikan pada orang itu bahwa Anda tidak suka dengan tindakan dia, tapi dengan cara yang halus, santun dan bukan marah-marah. Jangan melemparkan emosi kesal Anda pada orang lain, karena itu tidak menyelesaikan masalah. Jika sekiranya Anda tidak mungkin menyampaikannya, misal dia adalah bos atau orang yang punya jabatan tinggi, maka lakukan sending love. Tetap bersikap baik pada dia sambil mendoakan dia hal-hal yang baik, semoga dia berubah dan berkah, atau berdoa untuk diri sendiri semoga mendapatkan hal-hal baik. Jangan Anda malah mendoakan yang jelek-jelek karena itu akan jadi emosi yang negatif untuk diri Anda sendiri,” tutup Irma.

Untuk memahami secara ilmiah bagaimana penyakit emosi berakibat menjadi penyakit fisik, dapat diuraikan dalam artikel berikut.

Alasan Ilmiah Stres Bisa Sebabkan Diabetes

“Stres itu lebih berbahaya dibandingkan Anda mengonsumsi gula yang banyak. Ini prinsip dasar,” kata Mangatas Manalu, ahli penyakit dalam ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (18/3).

“Stres itu meningkatkan adrenalin, dan adrenalin akan meningkatkan gula dalam tubuh dengan sangat cepat. Hanya dalam hitungan menit,” lanjutnya.

Kondisi stres yang dialami seseorang akan memicu tubuh memproduksi hormon Epinephrine atau yang juga dikenal sebagai adrenalin. Epinephrine ini dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal.

Hormon epinephrine biasa dihasilkan tubuh sebagai respon fisiologis ketika seseorang berada dalam kondisi tertekan, seperti saat akan dalam bahaya, diserang, dan berusaha bertahan hidup. Kondisi ini disebut fight-or-flight response.

Dengan kehadiran epinephrine ini, tubuh akan mengalami kenaikan aliran darah ke otot atau jantung sehingga berdetak lebih kencang, serta pembesaran pupil mata.

Selain itu, epinephrine menaikkan gula darah dengan cara meningkatkan pelepasan glukosa, gugus gula paling sederhana, dari glikogen yang beredar dalam darah. Setelah itu, epinephrine juga meningkatkan pembentukan glukosa dari asam amino atau lemak yang ada pada tubuh.

“Nah ini bahayanya. Begitu gula darah melonjak drastis, pankreas akan otomatis menghasilkan insulin untuk mengendalikan gula darah. Nah kalau sering mengalami kondisi seperti ini, insulin pada pankreas akan ‘habis’ atau jadi bermasalah,” kata Mangatas.

Kondisi stres yang terus berlangsung dalam rentang waktu yang lama, membuat pankreas menjadi tidak dapat mengendalikan produksi insulin sebagai hormon pengendali gula darah. Kegagalan pankreas memproduksi insulin ‘tepat pada waktunya’ ini yang menyebabkan rangkaian penyakit metabolik seperti diabetes mellitus.

Bila ditambah dengan gaya hidup yang buruk, kurang olahraga, serta memiliki faktor risiko diabetes, maka bukan tidak mungkin penyakit yang diidentikkan dengan penyakit perkotaan tersebut akan terjadi.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Kementrian Kesehatan yang dirilis pada InfoDATIN pada 2014, menyebutkan bahwa DKI Jakarta berpotensi menjadi lokasi penduduk di atas 15 tahun dengan diabetes tertinggi pada 2017 nanti.

Pada 2013, DKI Jakarta menjadi provinsi nomor enam dengan penduduk di atas 15 tahun yang terkena diabetes terbanyak di Indonesia. Secara total pada 2013 lalu, perkiraan penderita diabetes di Indonesia baik yang terdeteksi maupun yang belum sebanyak 6,9 persen atau lebih dari 12,1 juta jiwa.

Mangatas menegaskan, gula memang menjadi penyebab diabetes, tapi stres, bisa jadi pemicu terjadinya diabetes lebih cepat.

“Jadi sebenarnya konsumsi gula itu bukannya dihilangkan, tapi dikurangi. Sedangkan kalau bisa, hindari hal yang dapat membuat stres akut,” terangnya.

Di dalam keterangan di atas, nampaklah bahwa organ tubuh kita memiliki reaksi kimia. Selain reaksi kimia seperti yang digambarkan di atas, organ tubuh kita juga memiliki reaksi listrik, terutama dalam hal kinerja otak dan urat syaraf ketika mengindera objek eksternal. Kadangkala reaksi kimia dan reaksi listrik berlangsung berurutan secara singkat dan cepat. Misalnya, ketika indera mata menangkap objek indah, ia mengirimkannya ke otak, lalu otak memerintahkan ke organ lidah untuk berdecak kagum hingga air liur menetes.

Kembali ke soal, seperti yang disebutkan di awal artikel, jika asal mula 17 penyakit tersebut dari emosi dan kondisi hati, maka menata emosi secara sehat dan seimbang adalah penyembuhannya.

Menata emosi agar seimbang, maka inilah yang harus ditanamkan dalam hati. Inilah yang akan membuat hati menjadi tenang dan teduh.

KUNCI HADIRNYA HATI YANG TENANG

MAAFKAN mereka yang memusuhi dan menjahatimu.
Karena mereka tidak tahu dan buta.

RELAKAN hilangnya harapan dari genggamanmu.
Karena harapan menyadarkanmu bahwa sejatinya kau tak pernah benar-benar menjadi Pemilik. Kau hanya peminjam. Kelak seluruh pinjaman itu ditarik lagi oleh Yang Maha Pemilik.

TERIMA apa yang ada padamu.
Karena itulah yang dipinjamkan padamu.

SERAHKAN semua urusan pada Sang Maha Kuasa.
Biarkan Dia yang mengatur urusan. Ikuti nuranimu. Karena itulah sinar yang menunjukimu ke jalan yang terang.

Sadari bahwa kau tak pernah memiliki, kau hanya meminjam kehidupan dari-Nya.
Apa yang kau pinjam, syukuri dan bagilah pada yang membutuhkan selama engkau bisa membaginya.

CINTAI makhluk karena cintamu pada-Nya.
Selalu berada dalam rel dan frekuensi-Nya.

Hidup hanya sebentar dan akan pergi dan fana.
Cepat atau lambat.
Hanya amal baik yang menghiasi. perjalanan nyawa kelak setelah pergi dari dunia yang ajaib ini.

Merugi sekali bilamana nyawa harus memikul amal jahat dan busuk yang dibuat di dunia.

Kenapa? Karena tentramnya hati ketika ia MEMAAFKAN, MENERIMA, MERELAKAN, MENYERAHKAN, hingga ia bebas dari rasa memiliki dan menyadari sebagai peminjam, dan kemudian bertumbuhlah rasa MENCINTAI karena-Nya, di situ hati menjadi sembuh dan segar.

 

 

~ Kyai Kampung