Nusantarakini.com, Jakarta –
Ulama berpolitik itu, harus. Tapi dasar politik seorang ulama, adalah moral. Moral, dasarnya BENAR – SALAH. TANPA KOMPROMI.
Lain dengan politisi busuk. Dasar aksi politik mereka, Keuntungan. Mau salah, mau benar, yang penting untung. Sekecil apapun keuntungan itu diraih, dari aksi dan negosiasi politik.
Tapi inilah awal kerusakan suatu tatanan manakala dasar dan ukurannya adalah keuntungan. Sebab, semua akan dapat dibeli. Sebab, semua akan dilanggar. Semua akan dihantam. Demi keuntungan. Agama pun dilanggar. Kehormatan pun akan dibuang demi KEUNTUNGAN POLITIK. Keuntungan politik itu pun hanya untuk dirinya, paling banter, kelompoknya.
Demikianlah dari dulu politik telah dijajah oleh para politikus busuk.
Lantas, bilamana ada ulama yang berpolitik dengan dasar UNTUNG – RUGI (yang untung – rugi itu masih bisa diperdebatkan dan diuji ulang), maka sebenarnya telah jatuh marwah keulamaannya. Dia sudah laiknya politikus biasa yang hewan buruannya sekedar keuntungan duniawi, bukan lagi keutamaan hidup, seperti wara’, zuhud, dan semua atribut yang melekat pada seorang ulama.
Di zaman yang serba langka figur semacam Ibnu Hanbal ini, penting kiranya muncul figur-figur ulama yang zuhud, wara’, tegas, dan alim serta bijaksana mutu pribadinya.
Itu saja.
~ Kyai Kampung