Komodifikasi agama adalah memfungsikan agama bukan sebagai hubungan sakral antara manusia dan yang maha kuasa, melainkan komoditas yang diperjualbelikan mengikuti hukum keuntungan finansial. Agama dikemas dengan biaya murah serta disukai dan harga tinggi. Untuk itu materi dakwah perlu menghibur saja, karena pasar membutuhkan hiburan, tidak perlu berisi nilai-nilai agung yang mencerahkan rohani. Karena nilai-nilai agung itu membutuhkan riset dan segala macam, sementara hasilnya belum tentu disukai, sementara lelucon pasti disukai dan harganya murah.
Pendakwah tidak perlu punya pengalaman belajar agama yang intensif, cukup kemampuan melucu saja.
Dakwah dengan pendekatan marketing tidak bermaksud seperti itu. Latar belakang pendekatan ini adalah ingin melengkapi pengertian dakwah yang masih terpaku pada ajakan. Dakwah umumnya diartikan sebagai mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri. Padahal mengajak itu hanya salah satu unsur dari persuasi. Mengajak saja tidak cukup. Perlu menggunakan pendekatan-pendekatan lain. Unsur yang lain, meminjam istilah pemasaran adalah produk, place, price. Mengajak atau promosi saja tidak cukup, perlu menyediakan lingkungan agar orang nyaman dalam melakukan kebaikan, dan tidak nyaman ketika melakukan keburukan. Dakwah perlu mengusahakan agar birokrasi pemerintah dan bisnis tidak menghalangi orang untuk melakukan kebaikan. Misalkan sekarang ini orang semakin sulit untuk kondangan karena tekanan birokrasi kantor. Walaupun didakwahi tentang pentingnya menjaga hubungan tetangga, dia akan kesulitan untuk menjalankannya.