Nusantarakini.com, Jakarta –
Al-Qur’an legendaris itu saya temukan lagi di rumah emak di kampung. Kebetulan saya pulang kampung ingin menengok emak yang akan naik haji. Emak sendiri sudah lama menjadi pengajar mangaji di kampung halaman. Bahkan sejak saya masih kecil. Saya sendiri bisa mengaji berkat ajaran emak. Tak terhitung orang yang sudah bisa mengaji Al-Qur’an berkat ajaran emak. Tapi yang penting ialah Al-Qur’an-al-Qur’an emak masih tetap terdapat di rak, walaupun sudah banyak yang sobek.
Al-Qur’an yang kita bicarakan di sini ialah Al-Qur’an yang pada lembaran tengahnya terdapat kata ‘walyatalaththof’ berwarna merah. Kenapa berwarna merah? Ini untuk mengingatkan ceceran darah Khalifah Utsman bin Affan yang menetes ke lembaran Al-Qur’an akibat ditikam saat membaca Al-Qur’an yang kemudian membawa khalifah ketiga itu kepada kematian.
Model ini adalah Al-Qur’an yang dijadikan sebagai Al-Qur’an Tadarus pada setiap malam ramadlan oleh warga di kampung halaman dahulu. Sangat cocok dan nyaman. Setiap ruku’nya adalah batas bacaan setiap orang yang bertadarus secara bersama-sama.
Tradisi jamaah bertadarus ini hilang serentak dengan hilangnya jenis cetakan semacam itu.
Tambahan lagi, daftar surah Al-Qur’annya pun masih murni. Surah Bani Israil belum berganti menjadi surah Al-Isra, Surah Al-Mukmin belum berubah menjadi surah Ghafir. Padahal nama surah penting dan signifikan karena mengingatkan poin penting dalam kandungan surah, yaitu ayat-ayatnya.
Yuk, kita awasi dan jagai dengan sayang Al-Qur’an kita. Jangan kira tak ada upaya untuk mengubah Al-Qur’an, sekurang-kurangnya mengurangi kedekatan dan kesayangan kita umat Islam, terhadap Al-Qur’an, bacaan familiar kita dalam menjalani hidup.
Bani Israel diganti jadi Al Isra, perhatian pembaca akan berganti juga, dari informasi mengenai bani israel yg melakukan kerusakan dua kali di muka bumi menjadi perjalanan semalam Israknya Rasulullah dari masjidil haram ke masjidil aqso.
Signifikansinya ialah, jika perhatian ke bani Israel, kita akan mengantisipasi kejahatan mereka.
~ Syahrul E Dasopang T