Nusantarakini.com, Jakarta –
Mencuatnya pasangan Prabowo – Abdul Somad (PAS) yang direkomendasikan oleh ijtimak ulama, tiba-tiba membersitkan harapan dan angin segar di tengah kejenuhan politik saat ini. Banyak masyarakat yang secara inisiatif langsung mengkampanyekan pasangan ini, kendati harus menunggu pendaftaran pasangan capres pada awal agustus tahun ini. Ini membuktikan bahwa betapa masyarakat merindukan calon yang pas dan segar di hati mereka.
Jika pasangan capres PAS nantinya didaftarkan, maka inilah perubahan peta politik yang akan terjadi.
Elit-elit NU penikmat rezim Jokowi – JK akan mendukung rezim, sementara arus bawah NU akan mendukung PAS. Sebagian besar elit Muhammadiyah dan mayoritas basis Muhammadiyah akan mendukung PAS. Basis TNI dan keluarganya akan dukung PAS. Partai-partai pendukung rezim Jokowi akan goyah dan secara diam-diam akan menjalin kontak dengan PAS, dan kemungkinan di menit terakhir akan mengalihkan dukungan politik ke PAS.
Pemilih berbasis isu luar Jawa akan mengkristal ke PAS. Demikian juga pemilih berdasarkan sentimen pribumi dan non pribumi, akan mengalirkan dukungan ke PAS. Para pemilih berbasis muslim berbondong-bondong menyalurkan suaranya ke PAS, dari Jawa Timur hingga Nusatenggara Timur. Dari Sumatera Timur hingga ke Papua Timur.
Nanti tinggallah pendukung Jokowi terdiri atas minoritas pemilik kapital yang pengaruhnya tidak lagi signifikan mengarahkan pilihan rakyat. Realitasnya nanti akan mengulang kasus Pilkada DKI yang dimenangkan oleh garis massa, dan kalahnya garis kapital dan elit egois. Dan dongkolnya oligarki akibat mandulnya pengaruh arahan politik mereka seperti yang telah mereka rasakan pada 412.
Bahkan sudah ada yang berkomentar, kemenangan PAS di tangan sudah 80%. Ini juga akan menjadi penanda naik pasangnya pengaruh politik populisme Islam yang sangat ditakuti oleh para koruptor dan penggarong tanah air.
~ Syahrul E Dasopang/Pengamat Ekonomi Politik
