Nusantarakini.com, Jakarta –
Saya terdorong sekali untuk menuliskan artikel ini. Karena dari analisis ini saya dapat melihat sosok Republik Indonesia (RI) dari jendela yang tak biasa ditemukan orang.
Apalagi jika memperhatikan dengan seksama raut muka dari dua tokoh yang diulas di sini, jelas mengguratkan wajah ikonik. Satu, Wiranatakusumah V, citra menak yang angkuh dan agung. Dua, Tan Malaka, citra wajah aktivis kemerdekaan yang keras dan cadas.
RI ini terbentuk oleh adonan dari beragam aspirasi dan pandangan hidup. Tentu juga dari beragam klas yang maujud di dalam masyarakat pra RI.
Satu kisah yang unik dan memberi cakrawala baru bagi saya ialah tentang hubungan Tan Malaka, Syarifah Nawawi, Wiranatakusumah V, dan Soedarpo. Saya yakin belum ada satu penulis pun yang mencatat hal ini dan memberinya tafsir atas pembentukan Republik.
Apa pentingnya hal ini? Tentu, karena hubungan antar tokoh ini mencerminkan klas, pandangan hidup dan lakon politik dan ekonomi yang mereka mainkan kemudian dalam panggung Republik.
Tan Malaka sebagaimana yang masyhur diketahui, merupakan ideolog sekaligus aktivis utama komunis di zaman penjajahan. Ada yang mengisahkan, pergeserannya menjadi seorang komunis dipicu oleh kekecewaan pribadinya terhadap cintanya yang teraniaya dan terbentur oleh sistem feodalisme yang kuat saat itu.
Kekasihnya bernama Sjarifah Nawawi. Anak seorang ningrat Minang yang juga seorang mantri cacar. Suatu ketika, kekasihnya itu dilamar dan dikawinkan ke seorang ningrat Sunda di Jawa yang berkedudukan tinggi. Orang itu adalah Wiranatakusumah V, yang menjabat sebagai Bupati Cianjur. Singkat cerita, putuslah cinta Tan Malaka.
Dia kemudian menyambung studinya ke Belanda. Di sana dia berkenalan dengan ide-ide sosialisme dan komunis. Dia tentu merasa tiba-tiba persoalan feodalisme dan kolonialisme dapat diketahui dengan jelas sebab-sebab ilmiahnya. Lalu menjadilah Tan Malaka muda menjadi seorang pemikir dan aktivis anti penjajahan yang ditakuti. Jangkauan pergerakannya dari Eropa, China, dan Asia Tenggara. Satu pemberontakan yang gagal di tahun 1920-an, dikaitkan dengan dirinya. Akibatnya dia diburu oleh polisi berbagai negara.
Sementara kekasihnya telah menjadi istri Wiranatakusumah V. Hingga perkembangan menuju Indonesia merdeka pun tak dapat dibendung, akhirnya negara baru berdiri. Anehnya, Wiranatakusumah V dapat duduk sebagai Menteri Dalam Negeri pertama di bawah Kabinet Syahrir. Sedangkan Tan Malaka masih saja bergerak di bawah tanah. Hanya nama legendarisnya yang terngiang-ngiang menghantui jagat pikiran Indonesia merdeka.
Pengaruh gerakan Tan Malaka merembes ke segala kalangan. Bahkan Soekarno belajar banyak dari pikiran anti penjajahannya. Pengikut-pengikut Tan Malaka ikut ambil bagian dalam kabinet maupun dalam perumusan konstitusi. Salah satunya Mohammad Yamin. Di kalangan pemuda terdapat Choirul Saleh dan Adam Malik yang kelak menjadi orang berpengaruh di pemerintahan.
Selagi Tan Malaka memendam kecewa atas kekasihnya yang direbut seorang ningrat dari Pasundan, dia sendiri mengkristal menjadi pemimpin politik anti ningrat, anti feodalisme terkemuka. Saya masih bertanya-tanya, apakah revolusi sosial di Sumatera Timur yang memakan korban para ningrat di sana yang dilancarkan oleh para pengikut Tan Malaka, ada kaitannya dengan latar historis dan emosional yang dipendam oleh Tan Malaka? Masih perlu penelitian. Tapi yang jelas, Tan Malaka pernah lama menjadi guru di perkebunan tembakau yang dimiliki oleh kapitalis Eropa yang lahannya disewa dari Sultan di sana.
Dalam buku tentang Tan Malaka yang dikarang oleh Harry Poezi, terekam jejak pemikiran dan pergulatan jiwa Tan Malaka di sana.
Saat Tan Malaka berjibaku dengan cita-cita perjuangannya, Sjarifah Nawawi bercerai dengan Wiranatakusumah V. Kekasih Tan Malaka ini memang hanya istri ketiga dari tokoh ningrat Sunda tersebut. Dia cerai dengan membawa seorang bayi perempuan berumur 2 bulan hasil perkawinannya dengan yang kelak menjadi Presiden Negara Pasundan itu.
Bayi itu bernama Mienarsih. Mienarsih di kemudian hari kawin dengan Soedarpo Sastrosoetomo, adik Soebadijo Sastrosoetomo. Mereka berdua dikenal sebagai pengikut Soetan Sjahrir. Soetan Sjahrir diketahui merupakan orang yang tidak simpati terhadap Tan Malaka. Mereka berdua juga merupakan tokoh PSI. Soedarpo sendiri kelak menjelma menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia dengan basis perusahaan angkutan lautnya yang besar berbendera Samudera.
Bila kita renungkan bentangan hidup dan aliran politik yang dipanggul oleh masing-masing, dari Tan Malaka, Wiranatakusumah V, hingga Soedarpo, nyatalah terdapat kontestasi dan pergumulan di sana. Tan Malaka tidak suka dengan Wiranatakusumah V karena berbagai alasan. Sjahrir tidak simpati dengan aliran politik yang ditempuh oleh Tan Malaka. Soedarpo pengikut Sjahrir. Soedarpo kawin dengan putri mantan kekasihnya Tan Malaka yang ayahnya adalah saingan cinta Tan Malaka.
Wiranatakusumah jelas wakil klas feodal yang direaksi oleh Tan Malaka yang komunis, kemudian direaksi lagi oleh Soedarpo yang sosialis kanan yang tidak mengharamkan kapitalisme. Sebab dia sendiri merupakan pelaku kapitalisme itu sendiri yang nyatanya dia berhasil dengan gemilang.
Akhirnya pentas Indonesia telah dengan nyata menampilkan hukum dialektika, tesa antitesa dan sintesa. Ironisnya hal ini terjadi pada suatu keluarga saja, yaitu keluarga Sjarifah, mantannya Tan Malaka.
Lantas kesimpulannya sekarang adalah ternyata wajah Republik ini cukup diwakili oleh jalan hidup seorang mantan. Mantan itu adalah mantan pacarnya Tan Malaka, Sjarifah Nawawi.
~ Syahrul E Dasopang