Nusantarakini.com, Jakarta –
Kok bisa Cak Imin begitu, ya? Begitu celetukan banyak orang saat mengomentari manuver-manuver Cak Imin di luar kebiasaan untuk mengorbitkan dirinya sebagai cawapres.
Nyaris sudah 2 tahun berkampanye untuk cawapres meskipun belum ada satu capres pun yang menyatakan Cak Imin sebagai cawapresnya. Melihat gaya Cak Imin dalam mempromosikan dirinya boleh dikata merupakan suatu hal yang baru untuk kasus Indonesia.
Lazimnya orang promosi capres dulu. Bilamana dalam prosesnya terjadi tawar menawar sehingga harus puas dengan cawapres, maka itulah yang diambil. Ini lain dari pada yang lain. Langsung cawapres. Lah, kalau orang tak sudi, berarti boleh dong turun tawaran sebagai camenteri. Rendah banget tawarannya, Cak.
Belakangan Cak Imin gaungkan kampanye dengan tagline baru: cawapres harga mati. Apakah karena Jokowi – Imin alias Join sudah tidak dihiraukan Jokowi, kurang tahu juga.
Lain Cak Imin lain Romy, walaupun sama-sama lahir dari basis nahdliyyin. Bila Cak Imin hanya fokus bagaimana pokoknya Capres, Romy sibuk mengubah imej dari seorang tradisionalis konservatif menjadi modern milenialis. Pasti dalam pikirannya berkecamuk bagaimana dirinya dapat diterima dan diakui oleh generasi milenial yang dianggap sebagai basis voters baru bagi Indonesia.
Cuman saat Romy mengubah imejnya, kelihatan banget sosoknya dipaksakan. Jelas generasi milenial tidak sedungu yang Romy bayangkan. Generasi milenial pastilah mengenal representasi asli mereka. Berdandan kayak apa pun, bahkan pake jins robek-robek sekali pun Romy-nya, tetaplah Romy bukan cerminan aspirasi generasi milenial. Generasi palsu milenialis, ya iya.
Nah repotnya bagi Romy yang tengah memimpin PPP, suatu partai konservatif pragmatis yang jauh dari kesan kreatif dan berani, dirinya sudah terlanjur mencirikan dirinya sebagai generasi milenial, massa tradisionalnya pasti gagap dan terheran-heran dengan gaya yang tidak nyaman bagi mereka itu.
Suatu ketika ada baliho besar di Bekasi bergambar orang PPP pake surban Romy seolah meniru gaya Romy. Tapi kok ya kelihatan lucu gitu.
Jadinya terjadilah pada massa PPP suatu konflik identitas dan spilit personality yang mengguncang perasaan dan semangat mereka dalam memperjuangkan partai. Harusnya kalau warna kita memang putih, janganlah dibuat-buat jadi putih.
~ Bang Kohler