Nusantarakini.com, Jepara –
kopi bukan sekedar rasa pahit dan kecut, tapi tindakan sosial dan termasuk pemicu revolusi borjuis dan kolonialisme eropa ke negeri-negeri tropis.
Kopi dan teh punya arti penting bagi bangsa Eropa. Sejak mereka mengenal kopi dan gula dari bangsa Arab, mereka ketagihan. Bangsa arab mengenal kopi dari Afrika, dan mengenal gula dari Cina.
Meluasnya konsumsi kopi dan teh pada bangsa Eropa di abad 18-19 berkorelasi signifikan pada menurunnya tingkat kematian sampai 50%. Penyebabnya bukan karena zat dari kopi dan teh itu sendiri, tetapi dengan adanya kopi dan teh, mereka minum air yang dimasak. Mereka menjadi sadar, minum air yang tidak dimasak, berbahaya bagi kesehatan mereka.
Kopi dan teh mengandung zat yang bikin ketagihan, membuat mereka terjaga, dan memberi kesempatan mereka berpikir lebih nyaman. Ketika kopi menjadi kegiatan bersama para pedagang di warung-warung kopi, warung kopi itu sekaligus menjadi arena penyemaian gagasan-gagasan pencerahan, menandingi tatanan feodalisme.
Bagi pedagang, banyaknya minat akan kopi dan teh tentu sebuah peluang. Masalahnya, tanaman itu tidak tumbuh di negeri-negeri dingin, melainkan tumbuh di negeri tropis. Hal itu mendorong mereka mengeksplorasi negeri-negeri tropis, membuat koloni. Mereka sendiri tidak paham cara menanam kopi dan teh, lantas mereka memperbudak orang negro, dan mempekerjakannya di benua Amerika. Untuk wilayah asia, mereka menggunakan orang setempat untuk menanam kopi, teh, gula, dan rempah-rempah.
Itulah sedikit kisah kopi dan dampaknya di dunia sosial.
*Nasir Syar’an, Penikmat Kopi. [mc]