Nusantarakini.com-Seluruh masyarakat Morowali akan menjawab satu, bahwa massa pendukung Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Morowali 2018, Taslim-H Najamudin (TAHAJUD), adalah paling ramai dan fenomenal ketimbang Paslon ADAM dan SAH.
Nah, mau tahu alasan puluhan ribu massa rela hadir basah kuyup, meski hujan terus menguyur lebat di lapangan Marsaole, Bungku Tengah, Jumat (22/6)?
Pesta rakyat itu tinggal menghitung jari. Tepat 27 Juni 2018, lima Paslon akan membuktikan bahwa mereka adalah yang terbaik dari yang baik pilihan rakyat Morowali. Namun, bukan berarti yang kurang mendulang suara adalah kalah. Tetapi lebih dihargai dengan sebutan hanya ditinggalkan selangkah.
“Namun jika mengukur kemenangan dari jumlah suara terbayak, maka kekuatan dasar itu diukur dari jumlah massa pendukung menghadiri saat kanpanye akhir Paslon,” kata B Pasaribu, pengajar ilmu komunikasi di universitas Surabaya kepada Nusantarakini.com, baru-baru ini.
B Pasaribu mengatakan, ada menyebut massa pendukung TAHAJUD mencapai 20 ribu. Banyak pula mengatakan 25 ribu. Bahkan pihak keamanan menilai 35 ribu. sementara tim sukses TAHAJUD mengaku kaos yang dibagikan ke relawan mencapai 25 ribu.
“Bisa jadi yang tepat adalah sekitat 35 ribu. Alasannya, Mungkin 35 ribu ditambah massa di luar tim TAHAJUD,” kata dia.
Sementara itu, dengan jumlah massa pendukung TAHAJUD fantastik, maka inilah alasan sejumlah warga yang hadir saat kampanye akhir TAHAJUD. Banyak yang menilai, Taslim dan H Najamudin adalah tokoh yang mewakili rakyat. Sederhana, ramah dan santun. Tak sedikit pula menjawab, Paslon TAHAJUD memiliki kebersamaan untuk membangun Morowali lebih baik, dengan keikhlasan.
Hasil kampanye akbar dapat dilihat hanya tiga Paslon dari lima yang ikut bertarung: TAHAJUD, ADAM dan SAH. Kampanye akhir pertama itu diawali Paslon SAH di lapangan Marsaole, Rabu (20/6). Menyusul ADAM di Anjungan Pantai Matano, Kamis (21/6), dan TAHAJUD nomor urut satu di lapangan Marsaole, Jumat (22/6).
“Wah, saya tidak menyangka pendukung TAHAJUD seramai ini. Saya hadir karena TAHAJUD itu sederhana dan mewakili masyarakat kecil,” jawab Fatmawati, ibu paruh baya asal Desa Limbo Makmur, Kecamatan Bumi Raya.
Dia jauh-jauh ke tempat kampanye TAHAJUD, Bungku Tengah dengan roda dua diguyur lebat hujan. Meski pakaian basah kuyup, tapi tetap mereka kunjungi.
Lainnya juga menjawab Saeran, asal Desa Lantula Jaya, Kecamatan Witaponda. “TAHAJUD adalah pilihan terbaik. Rumahnya saja masih sederhana, padahal dia mantan anggota DPRD dua kali,” kata dia.
Saeran jauh-jauh dari Witaponda menaiki truk tetangganya. Semula berniat pakai roda dua, tapi hujan menguyur sangat lebat. Dia bersama delapan belas warga padati isi bak truk.
Begitu pula Putu Sarjono yang menetap di Desa Harapan Jaya. Pria asal Bali ini nekat memboyong anaknya ikut konvoi roda dua bersama warga lain di tengah hujan.
“Tak ada pilihan lain, kita sudah lama merencanakan untuk hadir di kampanye akhir TAHAJUD. ini bentuk dukungan kita,” jawab pria muda dengan logat daerah ini.
Ada juga warga asal Desa Rimbo Makmur, Kecamatan Bahodopi, berduyun-duyun menghadiri Kampanyw Akbar. Dia mengaku dari keluarga SAH, namun hati tetap memilih TAHAJUD.
Alasan berkorban untuk TAHAJUD inilah puluhan ribu warga lainnya berhasil membuahkan decak kagum, ketika massa mulai berlimpah ruah meski hujan menguyur Lapangan Marsaole, sejak pukul 10.00 pagi, Jumat (22/6).
Tanda-tanda kemenangan itu pun ditentukan oleh masyarakat Morowali.*