Nusantarakini.com, Jakarta –
Jika tak ada aral melintang, dan bencana alam yang dahsyat, para aktivis mahasiswa yang pernah bergiat di tahun 1998, apakah berdemo atau hura-hura, mereka akan menggelar pertemuan nasional. Pertemuan itu ditujukan untuk menggaungkan dukungan terhadap pemerintahan Jokowi yang makin turun pamor dengan modus isu anti radikalisme, intoleransi dan terorisme.
Isu ini sendiri jelas bukan tipikal spirit 98, tapi lebih pada spirit nyari muka dan ikut gerbong pemerintahan Jokowi.
Janggal juga melihat sekelompok orang mengatasnamakan aktivis 98, berkumpul besar-besaran hanya untuk mendukung suatu pemerintahan. Padahal kodrat gerakan 98 itu bukanlah aksi dukung-mendukung, tapi oposisi dan kritik intelek.
Kejanggalan kedua, tema yang diangkat kok soal radikalisme. Sejak kapan aktivis mengurusi ancaman radikalisme? Aktivis kalau tidak radikal, bukan aktivis namanya, tapi polisi atau satpam.
Dibungkus seperti apa pun, pertemuan aktivis 98 ini memang kelihatan lucu dan kehilangan daya tarik simpatiknya bagi rakyat yang kini makin tidak enjoy dan nyaman dengan pemerintahan Jokowi yang makin ganas memunguti pajak di sana-sini.
Karena itu, jangan-jangan pertemuan yang mendaku aktivis 98 ini diragukan legitimasinya. Masak sampai 50.000 orang mengaku aktivis 98 berkumpul. Ukurannya apa? Apakah orang yang ikut dikerahkan demo 98 tanpa tahu maksud dan targetnya, juga boleh disebut aktivis 98? Jangan-jangan abang sopir Kopaja plus kernetnya yang ikut membawa mahasiswa juga akan ikut bertemu di forum yang katanya akan menghadirkan Jokowi ini?
Ya…apa boleh buat. Memang pada kenyataannya aktivis itu ada dua kelas. Satu aktivis kelas intelek, yaitu yang merancang gerakan, mengorganisasikan dan memobilisasikan. Kelas kedua, ialah aktivis dengkul.
Kelas ini adalah para penggembira yang dikerahkan demo begitu saja tanpa tahu apa implikasi isu dan kemana arah demonya.
Bila yang pertama modal dan senjatanya ialah otak dan bacaan yang luas, maka yang kedua modalnya cuma dengkul.
Saya hawatir yang punya agenda pertemuan penting dan heboh ini ialah aktivis dengkul 98. Sebab menurut satu sumber, ternyata salah satu elemen 98 memang dilatih di lereng gunung salak berlari-lari, sehingga begitu ketika turun ke aspal, mereka dapat berjalan secara maraton dengan enteng.
~ Bang Kohler, Aktivis Non 98