Tausiah

Kemanusiaan Tergugah Oleh Ramadlan

Nusantarakini.com, Jakarta –

Puasa sebulan penuh di bulan ramadlan itu dahsyat. Bagaimana tidak, angka 1 bulan menahan diri dari makan, minum dan segala yang membatalkan puasa, itu bukan waktu yang singkat.

Dimulai dari imsak sekitar jam 04.00 pagi lebih sedikit (di Indonesia) hingga jam 18.00 kurang seperempat, mulut dan perut kita berhenti dari sebelumnya rutin minum, makan, dan mencerna. Dan…itu berlangsung 1 bulan.

Itu baru dari asfek jasmaniah. Belum ruhaniah.

Karena kita melatih terus selama sebulan menahan diri dari tuntutan jasmaniah, maka jasmaniah yang hampir jatuh menjadi candu kepada makanan dan minuman, menjadi normal biasa kembali. Tubuh kembali berdaulat terhadap nafsu.

Lain lagi dengan ruhani. Di bulan ramadlan kita menyadari bahwa sebenarnya ruhani kita dapat saja bebas dari tuntutan jasmani. Jasmani pun rupanya tidak serawan dan serewel yang kita sangka. Terbukti jasmani sehat-sehat saja jika tidak dikasi makan dan minum selama 14 jam lebih. Tapi kenapa selama ini seolah kita terbentuk suatu kesadaran: tanpa makanan, tanpa minuman, hidup terasa tidak kuat dan semangat?

Oh rupanya itu hanya kesadaran yang impulsif yang dipengaruhi oleh perasaan sementara saja.

Lain hal, puasa sebulan juga memberikan kesadaran bagi kita bahwa nafsulah yang membuat hidup terasa tidak ada cukup-cukupnya. Terbukti, dengan seteguk air, sepiring makanan, kita bisa saja hidup selama 14 jam dalam sehari.

Pelajaran ini penting sekali dalam hal cara kita memandang hidup. Rupanya nafsulah yang membuat pandangan hidup pada manusia kerap menyimpang dan berlebihan. Saat nafsu dapat kita tenangkan dan dinon aktifkan seperti yang dirasakan tatkala menjalani ibadah puasa, nyatalah horizon pandangan kita akan berubah.

Ada adagium terkenal yang patut dipetik: rezeki Tuhan sangat cukup untuk menutupi KEBUTUHAN HIDUP setiap manusia, tapi seberlimpah apapun rezeki yang diberikan Tuhan tidak akan cukup memenuhi GAYA HIDUP seseorang.

Well…bukankah puasa melatih kita membereskan gaya hidup yang boros mejadi sederhana?

 

Nurul Atiq Tajuddin, Caleg DPR-RI Partai Golkar Dapil VII (Purwakarta, Karawang dan Kabupaten Bekasi)

Terpopuler

To Top