Tausiah

Mengenal Watak Yahudi dari Pengalaman Dekat

Nusantarakini.com, Jakarta –

Pernah aku punya pengalaman berhadapan dengan manusia dengan watak Yahudi. Mungkin saja juga di tubuhnya ada gen Yahudi, mana tahu.

Al-Qur’an telah menerangkan apa itu watak Yahudi. Suka melanggar perjanjian. Merasa lebih tinggi dari manusia lain, sehingga dengan asas moral buruk itu dia dengan ringan mengeksploitasi masyarakat lain di luar dirinya.

Agama paling empuk menjadi bahan bagi dia untuk mengeruk keuntungan. Dia dapat dengan ringan berbuat kejam demi keuntungan dirinya. Dia tak bisa digambarkan bagi kita orang Nusantara yang tidak pernah mengimajinasikan watak seburuk itu.

Dia dapat bermain larut untuk mengusir seseorang dari tempatnya sendiri dengan cara membuat targetnya tidak kerasan, tidak ada kepastian, serba salah, dan mengucilkannya sedemikian rupa sampai target itu mengeluarkan dirinya sendiri dari tempatnya sendiri. Perbuatan ini hanya dapat dilakukan oleh manusia yang hatinya buruk melebihi syetan.

Pada saat yang sama sebelum dia kuat, dia dapat bermuka dua seolah sebagai sahabat dan pelayan yang dapat diandalkan dan terpercaya. Lalu setelah dia menjadi stabil dan kuat, dia tak berat untuk menyingkirkan orang yang mempercayainya.

Dia sangat rakus meraup informasi rahasia dan strategis dari orang-orang yang dipergunakannya sebagai alat bagi keuntungan dirinya. Dan rupanya informasi itu hanya sepenuhnya untuk keuntungan dirinya dan kedudukannya di dalam masyarakat.

Konflik, pengaruh dan sumber-sumber kekuasaan dan kekayaan merupakan idaman hatinya. Dia selalu antusias untuk menanamkan pengaruh baik saat konflik maupun saat damai suatu masyarakat.

Saat konflik dia muncul seolah-olah sebagai juru damai padahal sebaliknya yaitu pengeksploitasi konflik demi keuntungan diri dan namanya. Saat damai dia muncul sebagai dermawan yang baik padahal sejatinya sebagai pemanipulasi untuk memperoleh pijakan bagi bisnis dan penggelembungan kekayaannya.

Singkatnya, dia kaya karena manipulasi dan eksploitasi atas masyarakat. Dia selalu merasa di atas masyarakat. Dia selalu merasa manusia lain adalah takdir mangsanya.

Adakah syetan yang lebih jahat dari ini? Dan asli…manusia semacam ini nyata adanya. Manusia asli nusantara sukur puji Tuhan tak punya gen jahat semacam itu. Tuhan melindungi hamba-hamba-Nya yang eling. (ew@ko)

Terpopuler

To Top