Nusantarakini.com, Jakarta –
Kabupaten Bekasi dikenal sebagai kawasan industri yang besar dan kuat di Asia Tenggara. Di daerah ini, tercatat ada tujuh kawasan industri besar yang membentang dari Cibitung dan Cikarang, antara lain Kawasan Industri Jababeka, Kawasan Lippo Cikarang, Kawasan Hyundai, Kawasan EJIP, Kawasan MM 2100, Bekasi Fajar, dan Kawasan Industri Delta Mas.
Kawasan Industri di Cikarang memiliki sekitar 2.125 unit pabrik yang berasal dari 25 negara. Tak heran bila Cikarang mampu menyumbang 34,46% Penanaman Modal Asing Nasional, serta 22-45% volume ekspor nasional. Pada 2008 saja, omzet kawasan industri ini mencapai USD 35 miliar dan 70% di antaranya untuk pasar ekspor.
Dengan luas areal 7.432,070 hektare kawasan industri atau 56% dari luas total kawasan industri yang ada di Jawa Barat, Bekasi merupakan rumah bagi aneka industri penting, mulai dari manufaktur hingga industru pengolahan. Industri otomotif juga berada di lokasi ini. Kabupaten Bekasi hanya dapat diimbangi skalanya oleh Batam.
Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMT) Kabupaten Bekasi menyebutkan angka investasi di wilayahnya semakin meningkat setiap tahun.
Pada 2016, jumlah investasi yang masuk ke Bekasi meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya.Pada 2016 nilai investasi di Kabupaten Bekasi mencapai angka tertinggi, yakni Rp43,7 triliun. Besarnya jumlah investasi tersebut sudah bisa dinikmati warga yang berada di 23 kecamatan.
“Jumlah investasi yang masuk ke Kabupaten Bekasi meningkat signifikan, bahkan melebihi jumlah investasi setahun penuh pada 2015,” ujar Kabid Penanaman Modal, BPMPT Kabupaten Bekasi, Zaki Zakaria, kepada KORAN SINDO, kemarin. Zaki menuturkan, pada 2015 nilai investasi mencapai Rp35, 1 triliun. Jumlah investasi tersebut terdiri atas 5.058 proyek berbagai skala. Angka investasi ini masih didominasi oleh para investor asing.
Dari Rp 43,7 triliun, sebanyak Rp33,6 triliun di antaranya berasal dari pemodal asing yang masuk ke Kabupaten Bekasi. Bahkan, kata Zaki, jumlah investasi pemodal asing ini yang diklaim menjadi yang terbesar di Jawa Barat bahkan untuk ukuran nasional. Sementara Rp10,1 triliun bersumber dari investor dalam negeri. “Mengalami peningkatan, tren sedang baik, dan investasi terus meningkat,” ujarnya.
Zaki mengaku jumlah investasi sempat turun pada tahun 2009 dan 2012 karena ekonomi global sedang melemah atau mengalami krisis. Namun, meningkatnya jumlah investasi tidak banyak dipengaruhi oleh dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pasalnya, jumlah investasi tersebut merupakan realisasi para pemodal yang sebelumnya telah melakukan serangkaian tahapan perizinan.
Anehnya, kendati jumlah unit pabrik dan jumlah investasi meningkat, ternyata tidak dengan sendirinya angka pengangguran menurun di kabupaten ini.
Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat per Agustus 2017 , Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Bekasi, menempati peringkat pertama, yakni mencapai 10,97 prosen, di atas angka rata-rata Provinsi dan nasional yang masing-masing hanya 8,22 persen dan 6,18 persen.
Menanggapihal tersebut, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, Edi Rochyadi mengatakan, bahwa hingga saat ini, dirinya sendiri belum mengetahui secara pasti berapa banyak jumlah pengangguran di Kabupaten Bekasi. “Saya tidak bisa menyebutkan berapa jumlahnya. Karena belum dapat data yang konkrit,” kata Edi Rochyadi disela-sela kegiatan acara Job Fair yang diadakan dilapangan Lotte Mart, Cikarang Utara, Rabu(18/4).
Menurut Edi, untuk mengurangi angka pengangguran yang ada salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi untuk mengurangi jumlah pengangguran selain program pemagangan, adalah dengan cara diadakannya Job Fair.
Akan tetapi ditegaskannya, bahwa Job Fair tersebut, tidak serta merta dapat mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Bekasi secara signifikan. Pasalnya, selama ini terjadi ketimpangan antara jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia dengan lulusan sekolah.
“Kita bisa dibayangkan berapa jumlah sekolah yang ada di kita, dan bandingkan dengan berapa lowongan kerja yang tersedia serta berapa jumlah lulusan siswa kita. Masih timpang sehingga tidak akan ketemu,” jelasnya.
Kegiatan Job Fair yang diorganisasikan oleh Pemkab Bekasi, digelar di Lotte Mart Cikarang, Kamis, 18 April 2018. Para pengunjung terlihat membludak.
Tokoh pemuda Bekasi, Atiq Tajudin, sebaliknya melihat masalah pengangguran di Kabupaten
Bekasi, aneh dan ajaib. “Logisnya industri tumbuh, maka angka pengangguran berkurang. Ini kok seperti paradoks, ya,” ujarnya.
Atiq menyarankan, untuk mengatasi paradoks industri di Bekasi ini, tidak cukup hanya menyelenggarakan job fair. Tapi perlu mendalami terlebih dahulu apa yang menyebabkan fenomena itu terjadi. Jangan-jangan antara ketersediaan tenaga kerja dan spesifikasi kebutuhan kerja di industri itu, tidak klop dan klik. Pada umumnya, industri-industri besar di Bekasi, menerapkan standar internasional yang tinggi. Karena itu, tentu mutu tenaga kerja yang mereka butuhkan juga dengan standar internasional. Pertanyaannya, apakah mutu calon-calon tenaga kerja tersebut telah memenuhi standar yang dibutuhkan oleh industri tersebut? “Jika ternyata belum, saya rasa, Pemkab dapat juga memberikan solusi atas hal tersebut. Misalnya dengan memberikan pelatihan, magang, dan coaching, bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang memerlukan tenaga kerja tersebut,” saran Atiq.
Atiq Tajudin, pengurus KAHMI Nasional ini, merupakan cucu almarhum KH. Noer Ali, ulama terkenal berasal dari Bekasi. (bbg)