Nusantarakini.com, Jakarta –
Baru-baru ini Yusril Ihza Mahendra, pakar Hukum Tata Negara dan Ketua Umum Partai Bulan Bintang, yang tentunya adalah juga Calon Presiden RI dalam Pilpres nanti, mengungkapkan bahwa Tjung Kim Nam baru mengganti Kewarganegaraannya dari RRC menjadi Warga Negara Indonesia/WNI pada 1986. Tjung Kim Nam adalah bapak Ahok. Ahok sendiri lahir pada 1966. Artinya, pada saat Ahok berusia 20 tahun, bapaknya baru menjadi WNI. Karena itu, logikanya, Ahok beserta saudara-saudaranya juga baru masuk menjadi WNI bersama-sama bapaknya, pada 1986. Sekalipun bisa saja terjadi Ahok menjadi WNI sebelum bapaknya menjadi WNI, sebelum berusia 20 atau bisa juga sesudahnya, akan tetapi tetap saja Ahok terlahir pada 1966 sebagai Warga Negara Asing/WNA.
Banyak yang menulis nama Asli Ahok adalah Xong Wan Sie. Tetapi mengingat nama bapaknya di atas, sangat mungkin nama Ahok ditulis sebagai Tjung Gwan Sie. Tentang Ganti Namanya menjadi Basuki T. Purnama, atau yang lain, itu tentu perlu dicari kembali catatannya di Kantor Kependudukan Belitung Timur, kapan Ganti Nama itu dilakukan.
Dengan sejarah seperti itu, amatlah teledor dan tidak bertanggungjawab para Petugas dan KPUD yang meloloskan Tjung Gwan Sie menjadi Calon Pejabat dalam Pilkada Belitung dan DKI Jakarta. Bahkan, apabila tidak ada kejadian Kasus Penistaan Agama seperti Perkara Al Maidah 51, maka sangat mungkin Gwan Sie ini bisa lolos pula menjadi Wakil Presiden, bahkan Calon Presiden RI. Tentulah peristiwa ini adalah konspirasi luar biasa yang akan menjadi skandal besar dunia, bahwa orang yang terlahir WNA bisa menjadi presiden sebuah negara besar dan berdaulat seperti Republik Indonesia.
Dunia sulit membayangkan bagaimana geramnya seorang Donald Trump menyaksikan tiba-tiba seorang imigran Meksiko bisa menjadi Calon Presiden AS. Tidak hanya Direktur CIA, FBI, National Security, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan yang dipecatnya, melainkan juga Senat dan DPR pun dibubarkannya; sebelum menembak dirinya sendiri!
Tapi Rezim Indonesia tidak malu, tidak perlu harus malu, bahwa segala elemen dalam Sistem Pertahanan Negaranya kebobolan oleh seorang Ahok; yang tentunya dibantu oleh para Taipan dan Mafia Cina. Menteri Pertahanan sama sekali tak bergeming, bahkan ketika 50 ribu pucuk senjata perang yang tidak dipesan tiba-tiba masuk ke wilayah NKRI; dengan kemungkinan masih ada 100 ribu lagi sisanya, entah di mana. Bahkan Panglima TNI-nya yang “tahu duluan” tentang senjata-senjata berat selundupan itu, pun akhirnya dipecat! Dan jutaan Cina RRC masuk Indonesia sebagai buruh dan tentara, para Jenderal kita pada tutup mulut, tak berkutik!
Badan Intelijen Negara/BIN pun sama sekali tak bersuara, karena lebih banyak mengurusi yang lain, termasuk “sex chat” untuk membungkam tokoh-tokoh ulama dan aktivis yang kritis. Demikian pula Kepala Kepolisian RI, yang bahkan mengharap kelompok Ahok, yang disebutnya sebagai silent majority, mulai bersuara. Dan “Serahkan yang lain-lain kepada kami!”, katanya diiringi sorak-sorai para WNI yang tidak suka kepada Pribumi dan Islam itu. Dijebloskannya ke dalam penjaralah para aktivis Pribumi dan Islam dengan sepuasnya.
Menteri Luar Negeri kita yang memang paling pendiam. Kadang-kadang saja mengurusi foto presidennya untuk dihadiahkan kepada beberapa kepala Negara asing. Juga membebaskan para Konsuler Indonesia dari memungut uang, karena permohonan Visa Indonesia digratiskan. Juga siapa yang akan menjadi imam sholat menjadi urusannya. Seperti ketika berkunjung ke Afghanistan kemarin. Itu semua menjadi lengkap oleh tiadanya National Security Agency untuk Negara seluas hampir 10 juta km persegi ini.
Indonesia adalah sebuah buku terbuka yang tidak membutuhkan macam-macam hackers untuk mengorek dan memeriksa isi perut para pejabatnya! Snowden, Manning dan Assange, bahkan anak-anak buah mereka, bisa mengambil dan memakan apa saja yang mereka mau tanpa harus membayar kecuali tips. Apalagi khawatir dan harus lari dikejar atau disekap siapa pun; seperti yang mereka sedang alami dengan negara-negara super powers.
Kelihatannya Indonesia adalah negara tak bertuan, karena kebanyakan penghuninya sudah menjadi the walking deads. Sudah menjadi milik semua bangsa di dunia, khususnya kawan-kawan Ahok. Tidak perlu ada hukum tentang pembatasan imigran asing atau travel ban. Apalagi harus membangun ribuan kilometer tembok di perbatasan atau menurunkan (deployment) jutaan TNI untuk menjaga Kedaulatan RI di perbatasan! Bahkan atas kebijakan Jokowi perlu dibangun segala pelabuhan laut, khususnya di sebelah Utara, agar para pendatang, termasuk para imigran, khususnya dari RRC, bisa santai beristirahat di banyak sea ports yang menjadi entry points (semacam rest area laut), termasuk pulau-pulau reklamasi di Teluk Jakarta, sebelum masuk dan menguasai Indonesia.
Tapi siapa Jokowi?! Selain sekarang adalah Presiden RI, dia adalah mitranya Ahok, si Tjung Gwan Sie yang terlahir WNA. Mereka adalah Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta periode kemarin. Sebelumnya, dia Walikota Solo. Kalau tidak berpisah gara-gara Ahok tersandung Pasal 156a/KUHP, pastilah Jokowi sudah memilih si Gwan Sie sebagai Calon Wakil Presidennya dalam Pemilihan Presiden nanti. Di situlah seharusnya para petugas intelijen, keamanan, secret service dan pertahanan kita, perlu berpikir lagi tentang siapa Jokowi. Memang sudah terlambat, apabila kita baru mempersoalkannya sekarang (Donald Trump sudah telanjur menembak dirinya sendiri, karena malu hati melihat Indonesia). Tapi inilah Indonesia: take it easy… masih ada kesempatan. Kan tidak semua orang seperti pejabat-pejabat di atas, yang ingin masuk dalam Pasar Cawapres.Masih banyak yang berpikir waras, tidak gila jabatan, pangkat dan uang! Tidak perlu terlalu khawatir dengan tentara Asing. Kita sudah pengalaman dijajah bangsa lain, tapi akhirnya merdeka juga!
Tidak usah berpikir, bahwa kalau dalam tiga hari perang Indonesia pasti kalah. Itu kan kata Menteri Pertahanan yang diiyakan oleh Panglima yang dipecatnya. Sebagian dari para elit itu memang menghindari perang, supaya tidak kelihatan kalah. Mereka memang memilih berperang untuk kedudukan dan jabatan dan uang. Bukan perang untuk kedaulatan, martabat dan kehormatan! Shame on you!
Kembali ke pertanyaan siapa Jokowi. Ya, dia adalah teman Ahok! Jadi, apa tidak mungkin Jokowi macam Ahok juga?! Itulah! Itulah! Itulah! Itu pula yang dibilang Bambang Tri, yang konon di dalam bukunya “Jokowi Under Cover” juga disebut-sebut! Apa disebut?! Agar periksa DNA Jokowi… dan bahwa Jokowi akan ketahuan keturunan Cina juga…! Ah, itu Bambang Tri salah! Sebelum Bambang Tri bikin buku, para Aktivis Guntur sudah tahu anak siapa dia! Memang betul Jokowi sama dengan Ahok, bahkan para Aktivis Guntur pun tahu pula nama aslinya: Namanya Hong Liong, she-nya Oey. Seperti Oey Ek Tjong atau Eka Tjipta Wijaya, Boss Sinar Mas Land dan lain-lain.
Yang perlu diketahui, apakah Jokowi juga terlahir WNA, seperti Ahok. Yang menyedihkan, yang peduli dengan national security kita itu, justru warganegara biasa. Saya yakin, kalau benar, dan ini terjadi di AS, maka tidak cuma Donald Trump yang menembak kepalanya sendiri karena otaknya mumet, tapi semua mantan presiden AS yang masih hidup pun akan mati berdiri! [erche]
*Sri-Bintang Pamungkas, Mantan Politisi “Mega-Bintang.”