Budaya

Betulkah Puisi Sukmawati Menyerang Ekspresi Islam Zaman Now?

Nusantarakini.com, Jakarta –

To the points saja. Sekarang banyaklah orang mengartikan puisi Sukmawati Soekarnoputri sebagai serangan sastrawi terhadap ekspresi Islam kaum perempuan masa kini yang memang lagi demam hijab hingga cadar.

Sukmawati salah mengerti bahwa demam hijab ini bukan karena dorongan atas lapuknya rasa cinta tanah air dan hilangnya rasa syur terhadap budaya lama tradisional perempuan Indonesia. Ini lebih karena tren yang memang pilihan untuk berhijab lebih kelihatan menarik, salehah dan kosmopolitan.

Bagaimana makna simbolik hijab ini bergeser dari tadinya dipandang sebagai pakaian kampungan menjadi busana kren, cick, salehah, itu urusan pakar semiotika. Sebab dulu yang makai hanya kalangan santri. Dan santri dulu disebut kaum sarungan yang konotasinya tertinggal, mundur dan tidak modern. Sementara sekarang hijab ini dipandang modern dan salehah. Lain hal dengan kebaya yang tidak mengalami pembaruan makna. Jangan-jangan ini memang ekspresi protes Bu Suk atas ketidakmampuan kebaya yang bersaing dengan hijab.

Yang jelas, simbol itu bisa diberi makna baru oleh masyarakat, termasuk dalam hal ini busana. Sayang sekali memang, para pengguna kebaya kalah tanding dengan para pengguna hijab atau cadar sekarang ini.

Jangan sedih Bu Suk, ini soal fenomena sahaja. Dan ini soal arus massa yang ingin eksis di publik sebagai solehah, cantik, menarik dan tampak pintar. Dan yang utama, menenangkan hati para suami dan orang tua. Di sini laki-laki juga ikut terlibat memberi masukan makna.

Lain hal dengan kebaya, kesan yang tampak ialah kuno, langka dan eksotis. Jadi masih perlu berjuang untuk jadi tren mode. Masalahnya ini tidak gampang. Diperlukan kesadaran massal para perempuan Indonesia untuk memasyarakatkannya lagi. Apa ada yang mau tiap hari pake kebaya, dari tempat tidur, dapur, beranda, sekolah, kantor hingga ke puncak-puncak gunung?

Berat, kata orang sekarang. Sebab, kebaya hanya kuat di pesta-pesta kawin. Jadi, jika tren mode hijab dan niqab (cadar) ini makin tak terbendung, rasanya itu sudah sunnatullah. Yang dapat dilakukan para pecinta kebaya atau busana tradisional, yaitu dengan tidak menentangnya apalagi sampai memojokkannya dengan selarik puisi.

 

Syahrul E Dasopang/Penikmat Konflik Budaya

[contact-form][contact-field label=”Name” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Email” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Website” type=”url” /][contact-field label=”Message” type=”textarea” /][/contact-form]

Terpopuler

To Top