Analisa

Antara Putin, Lee Kuan Yew dan Umar bin Khattab RA

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Aneh memang politisi muslim di negeri ini. Agamanya Islam, identitasnya Islam, dia sahadat, sholat, juga zakat bahkan sampai naik haji. Tetapi dalam urusan politik kenapa menjadi dungu? Dalam urusan mencari sosok teladan kenapa bermahzab kafir?

Memang benar, pemimpin di negeri ini tidak berkualitas, tidak berkarakter, plin plan, bodoh, plonga plongo. Tapi kok ya jadi ikut ikutan dungu memfigurkan pemimpin seperti Putin dan Lee Kwan Yew?

Putin dan Lee itu kafir. Putin membantai muslim di Suriah dan beberapa negeri muslim yang lain. Lee menjadikan Islam dan Melayu minoritas di Singapura. Terus otaknya di mana mengidolakan mereka?

Kalian ini benar Islam atau Islam KTP? Kalian ini punya Rasul dan Sahabat, kok malah mengidolakan kafir? Aneh! Geger otak saya melihat kelakuan kalian.

Kalau pertimbangannya ingin pemimpin tegas dan amanah, merakyat, menguasai urusan pemerintahan, dicintai takyat dan disegani musuh, taat dan bermartabat, bukankah ada sosok Umar bin Khattab RA?

Atau kalian malu mengidolakan Umar RA? Terus kalian lebih bangga pada Putin yang menjagal saudara muslim kalian? Atau lebih mengidolakan Lee yang hanya memimpin wilayah seupil?

Lihatlah kekuasaan daulah Khilafah, di sana terdapat banyak suku dan bangsa juga agama, berbagai corak dan bahasa, namun para Khalifah yang memerintah dengan hukum syariah mampu menyatukan dan mensejahterakan seluruh umat dengan wilayah yang sangat luas.

Para Khalifah telah mampu memberikan kesejahteraan terhadap seluruh umat dan bangsa, karena peran pelayanan bukan eksploitasi.

Putin memang dianggap pahlawan di negaranya, tapi dia menindas dan mengekploitasi negeri muslim. Sama saja Lee, ia telah menjadikan Singapura surga untuk kalangan tertentu.

Hadeh, politisi di negeri ini aneh-aneh. Norak. Pikirannya sempit, kurang baca. Punya problem akut atas corak idola dan kepemimpinan.

Jadi wajar saja jika negeri ini terus rusak, lah wong politisinya pada sesat fikir. Berfikir tentang idealita saja ngaco, apalagi menerapkan idealita pada ruang aktual.

Bermimpi saja buruk, apalagi menjalani kenyataan. Sepertinya politisi di negeri ini kurang piknik. Ya, ini buah dari Sekulerisme demokrasi.

Sekulerisme bukan hanya mencabut hukum Islam dari urusan bernegara, Sekulerisme demokrasi juga telah menjauhkan sosok pemimpin Islam sebagai teladan dan panutan.

Mata para politisi dan hatinya dijejali oleh teori demokrasi, jauh dari syariat Islam. Sosok yang dibanggakan juga pejuang demokrasi, bukan pejuang Islam.

Sekarang saya tegaskan, idola saya Rasulullah SAW, Abu Bakar Asy Sidik, Umar Bin Khatab, Usman bin Affan, Ali Karomallahu Wajhah, Umar Bin Abdul Azis, Sholahudin Al Ayyubi, Muhammad al Fatih. Hayo siapa yang mau ikut di barisan saya?

Kalau tidak mau sebaris dengan saya, Silahkan bersama Marx, Plato, Montesque, Aristoteles, Putin, Lee, Donal Trump. Silahkan idolakan mereka!

Tetapi ingat! Semua kelak akan dikumpulkan dengan yang diidolakan. Saya mengidolakan Nabi, karenanya saya berdoa agar kelak di akherat berkumpul bersama nabi dan para sahabat.

Sedangkan kalian, jika tetap mencintai orang kafir, menjadikan mereka idola dan teladan, ya silahkan saja jika kelak kalian di akherat berkumpul dengan mereka. [mc]

*Nasrudin Joha.

Terpopuler

To Top