Nusantarakini.com, Jakarta –
Tragedi penggusuran warga Tanjung Sari Kelurahan Keraton Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah yang bupatinya Herwin Yatim dari PDIP meninggalkan rasa perih yang menyayat hati. Sebabnya ialah banyak dari warga tersebut sudah mendiami lokasi itu berpuluh tahun dan malahan sudah ada yang punya sertifikat, bisa tega-teganya digusur.
Selain itu, tidak terlihat penanganan pasca krisis penggusuran itu yang disiapkan oleh pemerintah setempat, seolah rakyat itu benda yang tak bernyawa dan mempunyai perasaan.
Ibu-ibu yang bertahan dengan anak-anak kecil mereka tentulah sangat menderita dan tersiksa bathin dan badan akibat penggusuran yang seolah sudah bagian dari desain dari Jakarta itu. Sampai-sampai aparat keamanan dengan rajin dan semangatnya mendukung penggusuran itu. Ada pertanyaan, berapa biaya operasi penggusuran itu? Siapa yang membiayai, ya?
Terbayang betapa tersiksanya rakyat itu hari-hari ini dan malam-malam setelah rumah tempat mereka bernaung dari hujan dan panas lenyap dan tinggal puing-puing. Akan banyak dari rakyat yang lemah itu diserang stress, masuk angin, demam dan penyakit rentan lainnya. Kenapa pemerintah dan khususnya Jokowi tidak memikirkan itu?
Padahal kemana-mana pamer bagi-bagi sertifikat tanah seolah mengesankan begitu peduli dan baik hatinya ke rakyat kecil.
Wajar dong kita bertanya, ini ribuan rakyat terdampak akibat kerasnya tangan pemerintah yang katanya ingin menegakkan hukum dengan menjalankan ekskusi dalam bentuk penggusuran, jangankan menengok apakah rakyat di Luwuk itu sudah bersertifikat apa belum, komentar sedikit saja untuk menanggapi penggusuran yang sadis itu, tidak keluar dari bibir beliau. Boro-boro bagi-bagi sertifikat. (red)