ASTAGANAGA..Ahok Kena Tipu?

Nusantarakini.com, Jakarta –

Berawal dari akun facebook Natanael Oppusunggu yang memposting kisah kedermawanan Basuki Thahaya Purnama alias Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta. Dalam kisah tersebut Ahok yang sedang mendekam di penjara Brimob karena kasus penistaan agama ini digambarkan sebagai sosok yg sangat dermawan karena walaupun berada di penjara ia masih bisa berbuat baik menolong seorang siswa SMA di Lamongan, Jawa Timur yang harus menebus ijasahnya.

Namun kisah dramatis ini dinilai hanyalah upaya pencitraan murahan oleh netizen. Terlebih lagi, disinyalir hanyalah kisah tipu menipu yang dialami Ahok. Berikut ini ulasan menarik yang ditulis oleh Iramawati Oemar yang viral.

DONGENG SMA 30 LAMONGAN : MENIPU ATAU TERTIPU??!

Pernah dengar atau baca cerita seseorang yang selamat dari penipuan jaman now?
Misalnya begini : malam hari tetiba ponsel anda berdering, layar menampilkan nomor yang belum anda kenal. Ketika diangkat,  suara di seberang sana mengatakan ini telpon dari polsek atau polres anu. Kabar buruknya : anak anda dalam kesulitan. Dia tertangkap di jalanan dan ada barbuk narkoba bersamanya. Lalu telepon pun dioper ke orang lain, yang katanya Kapolres atau Kanit narkoba. Anda diminta mentransfer uang via ATM.
Dan…, kelanjutan ceritanya bisa ditebak.

Atau kisah lain yang biasanya menyasar kaum ibu, sasaran empuk untuk dijadikan korban karena mudah panik. Penipu menelpon, mengabarkan anak anda mengalami kecelakaan di sekolah.  Jatuh atau apalah. Sekarang dibawa ke RS. Lalu telepon diberikan kepada seseorang yang katanya “pihak RS” atau “dokter bedah”. Intinya anda diminta segera mentransfer sejumlah uang sebagai biaya operasi,  agar anak anda bisa segera ditangani,  sedikit saja terlambat, anak anda tak tertolong. Dan…, kisah selanjutnya pun bisa ditebak.
Itu kedua modus yang populer di jaman now.

Ternyata, ada modus baru yang populer. Lebih tepatnya dipopulerkan seorang netizen dan dibantu sebuah media mainstream ternama.

Seseorang mengaku siswi sebuah sekolah, yaitu SMA 30 Lamongan, miskin, punya tunggakan uang sekolah hingga tak mampu menebus ijazahnya. Meski tidak disebut SMAN (SMA Negeri), tapi umumnya yang diikuti nomor/angka adalah sekolah negeri. Kalau sekolah swasta akan disebutkan dulu nama sekolahnya baru diikuti nomor. Misalnya SMA Harapan Bangsa 2, atau SMA Al Hidayah 3, dll.

Kembali ke soal siswi SMA 30 Lamongan, dia meminta bantuan menebus ijazah, lucunya ini moment bukan saatnya lulusan SMA, yang biasanya di bulan Mei, karena bulan Juni mereka yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi harus sudah mulai mendaftar dan ikut tes. Dari soal momentum ini saja sebenarnya sudah cukup mencurigakan. Ini bulan Desember, anak sekolah dimana pun baru selesai UAS semester ganjil. UN SMA masih lama, biasanya bulan April.

Jadi, ijazah apa yang keluar di bulan Desember?!

Memang ada sih, SMK Teknik jurusan tertentu yang masa studinya sampai 7 semester. Tapi itu hanya SMK tertentu saja. Kalau SMA negeri, sekolah umum non kejuruan, ya pastilah tidak mungkin.
Itu baru soal momentum saja sudah janggal.

Bagaimana soal kebenaran keberadaan sekolahnya??

Sebenarnya mudah sekali kalau mau cek dan ricek. Buka saja google, ketik “Lamongan” lalu cari info tentang Lamongan dari wikipedia atau website resmi Pemda setempat. Lamongan hanyalah sebuah kota kabupaten di Jawa Timur. Dari website bisa diketahui berapa luas daerah, jumlah penduduk, demografi sebaran usia penduduk. Bisa dibayangkan bukan, jumlah penduduk usia remaja ada berapa, masuk akal atau tidak kalau SMA-nya ada 30?! Surabaya saja,  ibukota Jawa Timur, yang notabene kota terbesar kedua setelah Jakarta, jumlah SMA-nya hanya sampai SMAN 22.

Di Lamongan, kalau mau sedikit saja berusaha, buka google dan ketik “daftar SMA di Lamongan”, akan terlihat bahwa yang banyak justru MAN/MAS (Madrasah Aliyah Negeri/Swasta), bukan SMA umum. Ini karena Lamongan masyarakatnya yang mayoritas Muslim dan relatif religius.

Nah, kalau begitu “DONGENG” tentang siswi SMA 30 Lamongan itu sebenarnya TIPUAN atau TERTIPU?!

Kalau tipuan, artinya pihak yang pertama kali merilis berita soal surat dari siswi SMA 30 Lamongan itu mempublikasikan cerita bohong untuk tujuan tertentu.
Sebuah media mainstream ternama bahkan mungkin terbesar di negeri ini, bahkan turut menuliskan katanya sempat terjadi dialog melalui telepon antara “orangnya Ahok” dengan sang “kepala sekolah”, untuk meminta rincian biaya tunggakan dari siswi tersebut.

Sebaliknya, kalau BUKAN TIPUAN, maka kemungkinannya adalah TERTIPU. Artinya justru “siswi” ini adalah penipu. Siapapun dia sebenarnya. Termasuk aktor yang berperan menjadi Kepsek, mereka adalah komplotan penipu. Hal ini serupa dengan modus penipuan jaman now, dimana anak kita katanya tertangkap tangan bawa narkoba, lalu ada yang berperan jadi Kapolres. Atau anak kita terjatuh dan harus segera dioperasi, ada yang berperan jadi dokter bedah atau bagian administrasi RS.
Kalau ini yang terjadi, alangkah malangnya Pak Ahok, beliau sudah jadi sasaran penipuan. Tapi bukan salah Pak Ahok juga sih, yang salah justru orang yang ditugaskan untuk menindaklanjuti. Kenapa bisa sekonyol itu ditipu oknum Kepsek palsu, siswi miskin palsu, sekolah fiktif.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Pemprov Jawa Timur, Saiful Rachman, sudah merespon dengan baik dan memberikan penjelasan yang sangat logis, melalui akun media sosialnya.
Semestinya, pihak yang pertama mempublikasikan dongeng fiktif ini,  termasuk wartawan media mainstream yang memuatnya sebagai berita, harus mau bekerjasama dengan Bapak Saiful Rachman. Itu jika mereka memang punya ITIKAD BAIK

Sebab, dengan membuka data kepada Pak Saiful Rachman tentang siapa oknum kepala sekolah nakal itu, kenapa bantuan pemerintah tidak sampai kepada siswi miskin, akan bisa diusut siapa saja yang terlibat didalamnya. Sebab bisa jadi komplotan penipu itu melakukan 2 kejahatan sekaligus : pertama melakukan penipuan dengan memanfaatkan sosok Pak Ahok, kedua, jika benar SMA nya ada (meski bukan SMA 30, tapi disamarkan) maka berarti telah ada penyelewengan dana bantuan bagi siswa miskin.

Jika tantangan dari Bapak Saiful sebagai pejabat yang punya otoritas terhadap kelangsungan dunia pendidikan di Jawa Timur tidak dijawab, maka artinya ada pihak yang ingin kasus ini tetap menjadi MISTERI dan dengan kata lain tetap MEMBIARKAN PENIPUAN dan pelaku/para penipu tetap bebas berkeliaran tak tersentuh hukum.

Ini bukan soal uangnya tidak jadi ditransfer, karena kemudian si Kepsek membebaskan siswi tersebut dari segala biaya. Bukan, bukan soal uang semata!
Seperti kata Pak Saiful Rachman dalam cuitan di akun twitternya :  issu ini sudah jadi masalah nasional, perlu bagi Dindik Jatim untuk mengklarifikasi di sekolah manakah kasus itu terjadi. Agar bisa diambil tindakan yang sepadan terhadap pihak sekolah/Kepsek.

Nah, nettizen pendukung Pak Ahok harusnya mau dong menerima tantangan Pak Saiful Rachman dan bekerja sama dengan beliau.
Ketimbang membiarkan masalah ini jadi bahan bullying di media sekaligus menodai nama Pak Ahok, karena jelas SMA 30 Lamongan tidak ada dan siswa miskin di Jatim mendapat bantuan pemerintah daerah. Gak enak kan kalau sampai persepsi publik men-cap jadi bagian dari penipuan?

Dalam kasus ini jelas hanya ada 2 kemungkinan : MENIPU atau TERTIPU, itu saja.
Kalau kita jadi pihak yang tertipu, tak perlu malu, justru bekerjasamalah dengan aparat berwenang untuk menelusuri oknum penipu, agar jangan ada lagi orang lain yang jadi korban penipuan.

Menghindar untuk klarifikasi dengan alasan nama sekolah sengaja disamarkan, makin tidak masuk akal. Sebab, semestinya orang yang butuh bantuan tidak perlu dirahasiakan, bukan?!
Siapa tahu ada dermawan yang tergerak untuk membiayai siswi tersebut kuliah ke perguruan tinggi. Dengan merahasiakan   orang yang perlu dibantu, justru menutup peluang dia mendapat bantuan yang lebih besar.

Seorang teman berkomentar : “Kok aneh ya, biasanya kan yang dirahasiakan itu yang memberi bantuan. Lha ini kok malah yang dibantu yang justru dirahasiakan?”
Kami tertawa ngakak.
“Itu kan lazimnya kalau orang mau membantu dengan tulus ikhlas, dia akan rahasiakan bantuannya. Dia juga tidak butuh buzzer untuk memviralkan bantuannya. Sebaliknya, lazimnya juga pihak yang butuh bantuan yang diviralkan supaya makin banyak yang membantu dan agar mendapat perhatian pihak berwenang/pemerintah setempat”.
Tapi…, kalau ini diluar kelaziman, ya…, entahlah!

Nah, jadi mau pilih yang mana nih : jadi pihak yang MENIPU atau TERTIPU?! (mk)