Nusanatarakini.com, Jakarta –
Tanpa kulonuwon ke publik internasional, Presiden AS, Donald Trump dukung secara resmi perpindahan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Padahal, Yerusalem statusnya masih diperebutkan antara Palestina dengan Israel. Selain itu, Yerusalem bagi umat Islam merupakan kota suci selain Mekkah dan Madinah.
Apa jadinya jika Israel dikawal oleh AS mengambilalih Yerusalem sebagai ibukota negar Yahudi itu. Tentu umat Islam tidak akan terima kota sucinya dinodai oleh Israel. Akan tetapi AS tak peduli dan tidak bergeming sedikit pun akan keputusannya mendukung pemindahan ibukota Israel tersebut.
Rasanya AS sudah lama siap dengan keputusannya itu sekaligus konsekwensi yang akan ia hadapi dari reaksi umat Islam di seluruh dunia.
Ke depan, konstelasi internasional akibat pengambilalihan Yerusalem yang disokong oleh AS ini sungguh tidak menentu. Reaksi kekerasan akan terjadi tanpa bisa dicegah. Sebab AS telah bermain belakang, curang dan semau gue.
Agaknya umat Islam tidak akan tinggal diam dan akan memicu perjuangan yang lebih keras untuk merebut kembali seluruh tanah Palestina yang sudah dirampas Israel.
AS sendiri tampaknya sadar dengan konsekwensi keputusannya itu. Besar dugaan, AS ingin mengobarkan konflik yang lebih luas dan keras di dunia Islam guna memperbesar volume penjualan alat-alat perang dan keamanan yang mereka produksi.
Bagi umat Islam sendiri berkembang keyakinan bahwa akhir zaman yang ditandai munculnya Dajjal dan datangnya Imam Mahdi sudah lama meresap. Ketika kekuasaan pendukung Dajjal makin otoriter dan hebat, maka kemunculan Dajjal, pemimpin Yahudi itu, akan menampakkan diri.
Di sisi lain, umat Islam akan dipimpin oleh Imam yang mendapat petunjuk bertempur mati-matian melawan Dajjal. Dalam hadits, ciri-ciri zaman akhir itu sangat terang benderang. (9ed)