Orang Yang Pernah Mengalami Cinta Akan Menghargai Cinta Itu Demikian Tingginya

Nusantarakini.com, Jakarta –

Orang yang tidak pernah merasakan bahagia, bagaimana mungkin kutuntut dia memberikan kebahagiaan padaku, kata seorang filosof muda.

Orang yang tidak mengenal cinta, dan hanya mengenal birahi, bagaimana mungkin engkau tuntut dia mengalirkan listrik cinta kepadamu. Baginya cinta tak ada bedanya dengan birahi atau eros.

Orang yang selama hidupnya dirundung penderitaan dan dibakar oleh dendam kesumat, saat dia berkuasa, maka dendam itulah yang dipahaminya sebagai motivasi suci. Itulah yang dirasakan masyarakat Indonesia dewasa ini.

Kebahagiaannya ialah manakala dendamnya terbalaskan. Nyaris semua elit yang beredar hari ini di ufuk-ufuk kekuasaan nasional, memikul dendam. Ada yang dendam pribadi, ada yang dendam sejarah, ada yang dendam politik, ada yang dendam kelas, ada yang dendam macam-macam.

Maka kebencian pun meruak dari atas ke bawah, lalu membalas dari bawah ke atas pula. Akibatnya atmosfir nasional pekat dengan kebenciaan, dendam, ketidakpercayaan, keraguan, dan kecemasan yang menjangkit. Bahkan orang beriman pun tertular dengan virus keraguan, kecemasan dan kebenciaan ini–suatu virus yang harusnya tidak menembus hati orang-orang beriman.

Orang-orang beriman itu sejatinya adalah orang-orang yang berlimpah cinta dan kebahagiaan. Karena keberlimpahan cinta dan kebahagiaan yang ada padanya, maka pekerjaannya hanya membagi-bagi rasa cinta dan rasa bahagia itu ke orang-orang sekelilingnya. Kenapa pula orang-orang gelap (zalim) itu yang malah mengaliri orang-orang beriman dengan kebencian dan keresahan?

Inilah mungkin sebabnya, mengapa orang beriman hanya pantas berpasangan dan kawin dengan sesama beriman. Karena dengan menyatunya dua orang beriman, maka iman itu akan melimpah ke orang-orang sekelilingnya. Sebaliknya jika orang beriman berkawin dengan orang kafir yang menyimpan hati yang gelap dan ragu, yang ada orang beriman itu akan habis dirongrong hatinya oleh pasangannya yang gelap hati dan penuh ragu itu. Betapa banyak waktu yang akan habis demi mengatasi kontradiksi dan pergelutan hati di antara mereka berdua?

Afala tatafakkaruuun?

~ SED