Nusantarakini.com, Bandung –
Dengan alasan melihat dari sudut pandang alternatif, NK memandang perlu menerbitkan tulisan tentang anak kecil yang dikabarkan meninggal di bumi syam karena pemboman. Hatf, demikian nama anak tersebut, saat ini menjadi sorotan karena keberaniannya berperang di luar negeri.
Tulisan ini diduga dari ayahnya sendiri. Karena itu, terasa lebih personal dan mengetahui detail peristiwa ketimbang media-media mainstream yang ramai mengabarkan. Ikuti tulisannya.
***
Mujahid kecilku ini bernama lengkap Hatf Saiful Rasul bin saiful Anam Bin Saifudin Al Jawi Al Arkhabiliy rohimahullah. Lahir pada tanggal 24 November 2003 bertepatan dengan Romadhon hari terkakhir pada tahun ??? Hijriah. la lahir di sebuah kampung kecil nan tenang bernama Lamasi yang masuk wilayah Palopo Sulawesi Selatan, di rumah tumpangan seorang Ikhwan. Ini pertama kali menghirup udara, sebagai anak pertama tentu kehadirannya sangat dinanti-nanti oleh Abi dan Umminya. Alhamdulillah proses kelahiran berjalan lancar meskipun terbilang ala kadarnya. Hatf lahir hanya dibantu oleh bidan kampung ditemani oleh Abinya dan dua ibu-ibu tetangga. Tak ada keluarga atau kerabat yang datang karena sikon yang memang tidak memungkinkan.
Abinya asal Lampung dan Umminya asal Tawangmangu Karanganyar. Saat umurnya baru 1,5 bulan, qodarullah thogut mulai mencurigai keberadaan Abu Hatf, maka kami putuskan untuk pulang kampong, di samping untuk menghindari endusan thogut, juga untuk mengobati rasa kangen pada keluarga. Hatf terpaksa harus ikut merasakan penatnya perjalanan ribuan kilometer dari Palopo ke Makassar, dari Makassar ke Surabaya dan dari Surabaya ke Solo tanpa transit.
Hataf bayi diterima dan disambut dengan sukacita oleh keluarga besar umminya, ummu Hatf, anak terakhir dari sepuluh bersaudara, semuanya masih hidup dan rata-rata sudah berkeluarga dan memiliki anak, bahkan ada yang sudah memiliki cucu. Mbok Tuo (panggilan akrab neneknya Hatf dari jalur Umminya) adalah seorang petani yang sangat giat dan masih sehat sampai sekarang alhamdulillah. waktu itu Keluarga besar ini tinggal di satu kampung rumah-rumah mereka hanya berjarak beberapa meter saja dari rumah utama yang ditempati Mbok tuo, kelebihan keluarga besar ini -subhanalloh- mereka sangat rukun dan kompak satu sama lain saling membantu. Jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit misalnya atau ada masalah yang lebih kecil dari itu, mereka akan datang dan berkumpul semua tanpa terkecuali, sungguh sangat indah dan menyenangkan keluarga besar ini sangat menjaga kerukunan, mayoritas keluarga ini faham Islam. Alhamdulillah bahkan salah satu Aminya Hatf adalah ustadz ustadz yang banyak memiliki Majelis Taklim di daerah Tawangmangu dan sekitarnya, di keluarga besar yang indah inilah Hatf bayi tinggal dan tumbuh disayangi oleh pakde-pakde dan bude-bude nya terlebih Mbok tuo yang sangat menyayanginya.
Namun qodarullah keindahan kebahagiaan dan kebersamaan itu untuk sementara harus diakhiri saat usianya menginjak 1,5 tahun. Hatf kembali lagi harus menempuh perjalanan sangat jauh, sebuah amanah menunggu untuk diselesaikan di Poso, kesedihan pakde-pakde dan bude-bude nya serta tangisan Mbok tuo mengiringi keberangkatan si Hatf mungil yang tetap tenang di gendongan Umminya. Ada rasa berat memang untuk meninggalkan keindahan dan kebahagiaan bersama keluarga, apalagi Hatf adalah cucu kesayangannya. Namun luka umat yang menganga akibat keganasan orang-orang kafir di Poso sungguh lebih layak untuk disedihi dan ditangisi, maka bismillah Hatf harus berangkat. Selamat tinggal Pakde selamat tinggal Bude, selamat tinggal Mbok tuo Hatf pergi dan insya Allah akan kembali.
Bersama beberapa Ami Mujahid, di antaranya Mang Jaja Asy Syahid Insya Allah di Janto Aceh, Hatf berangkat ke Poso, perjalanan yang cukup melelahkan bagi seorang bayi berumur 1,5 tahun dari Solo ke Surabaya harus langsung disambung dari Surabaya ke Makassar via pesawat. Setibanya di Makassar rombongan memutuskan untuk masuk Poso lewat perbatasan dengan Sulawesi Selatan, maka perjalanan ratusan km harus Hatf tempuh via darat dari Makassar Sulawesi Selatan ke Poso Sulawesi Tengah. Namun penatnya perjalanan sedikit terobati dengan kenangan masa lalu, 1,3 tahun yang lalu jalan itu juga yang dilewati Hatf saat pulang kampung. Hatf pun memanfaatkan perjalanan ini untuk bernostalgia. Hatf menyempatkan untuk mampir ke lamasi kerumah dimana 1,5 tahun lalu dia dilahirkan. Subhanallah sambutan Ami dan Amah sangat meriah, kondisi sudah banyak berubah, dakwah di Lamasi berkembang pesat.
Gadis-gadis yang dulu masih mengumbar aurat sekarang sudah jadi akhwat yang berhijab, bahkan ada yang dulu masih pakai rok mini sekarang sudah pakai cadar dan diperistri ustadz. 1,5 tahun yang lalu Lamasi memang menjadi salah satu lahan rintisan dakwah, dan sekarang buah manis dakwah sudah bisa dirasakan. Alhamdulillah, Hatf tak bisa berlama-lama di tempat kelahirannya ia harus segera melanjutkan perjalanan dan Ummu Hatf pun segera berkemas-kemas.
Sesaat kemudian mas Hatf sudah di dalam mobil yang melaju kencang membawanya ke Mangkutana, sebuah kecamatan kecil di ujung provinsi Sulsel yang berbatasan langsung dengan provinsi Sulteng. Mangkutana adalah tempat transit setiap mujahid yang akan masuk ke Poso. Ini juga merupakan wilayah gerakan dakwah sehingga tidaklah sulit bagi Hatf untuk mendapatkan rumah singgah sementara sekedar untuk istirahat, bersih-bersih sekalian mengganti pampers/popok mas Hatf yang sudah penuh oleh pipisnya.
Setelah istirahat cukup, perjalanan pun dilanjutkan. Kali ini Hatf akan menempuh perjalanan 4-5 jam dari Mangkutana di Sulsel ke Pandajaya, kampung muslim terbesar di perbatasan Poso yang dikelilingi oleh puluhan kampung Kristen. Persiapan perjalanan lebih ekstra hati-hati mengingat Hatf akan melewati pos-pos pemeriksaan dan wajib lapor yang dijaga oleh TNI/Polri bersenjata lengkap. Tapi Hatf tak perlu khawatir karena Abi dan Ummi sudah terbiasa bolak-balik dari Mangkutana-Pandajaya.
Sebelum ada Hatf, Ummi sudah pernah tinggal lama di Pandajaya bahkan Pandajaya adalah tempat-tempat “bulan madu” Ummi dan Abi, sekitar satu bulan setelah Abi menikah dengan Ummi di Tawangmangu, Abi membawa Ummi ke Padangjaya, bahkan surat nikah Abi dan Ummi itu dari Pandajaya dan Abi pun punya KTP Pandajaya. Paman yang ikut rombongan saat jihad Poso dulu, posnya juga di Pandajaya.
Setelah menempuh perjalanan 4-5 jam, sampailah Hatf di Pandajaya. Saat jihad Poso, dulu Kampung ini adalah Kampung mujahidin, banyak Ami-Ami mujahidin yang datang dan tinggal di kampung ini. Bahkan Ami Mujahidin Timur Tengah juga yang masuk, tinggal, dan menikah dengan Ammah lokal dan punya anak. Maklum kampung ini adalah satu-satunya kampung muslim yang menjadi benteng terakhir kaum muslimin dari keganasan kuffar saat itu.
Di antara Ami Mujahid yang pernah tinggal di Pandajaya adalah: Asy-Syahid Insya Allah Ami Jaja (mang jaja) Syahid di Janto Aceh, Asy-Syahid Ami sabar atau Daeng Koro Syahid di Poso sebagai junud Daulah di MIT, Asy-syahid Ami Abu Wardah, Syahid di Syam sebagai junud Daulah. Ada beberapa Ami juga menikah dengan Ammah asal Pandajaya contoh: Ami Sabar/Daeng Koro, Ammah istri Ami Sabar berasal dari Pandajaya, Asy-Syahid Ami Qodir (Abu Uswah), istri Ami Qodir juga orang Pandajaya, Asy-Syahid Ami Hasan, istri Ami Hasan juga orang Pandajaya, Asy-Syahid Ami Abu Wardah bahkan sempat membawa Ammah (Ummu Wardah) tinggal lama di wilayah ini. Termasuk Abi, sebelum Abi menikah dan membawa Ummi ke Pandajaya, Abi sudah tinggal lama di Pandajaya. Sungguh banyak sekali kenangan indah di Pandajaya. Namun tulisan ini adalah kisah hidup Hatf Bukan Abi.
Transit Hatf di Pandajaya sangat singkat. Datang sore, malamnya Hatf harus berangkat lagi. Kali ini Hatf menuju Poso sebagai tempat tujuan terakhir. Dibanding perjalanan-perjalanan yang lalu mungkin perjalanan terakhir ini yang paling menegangkan. Bagaimana tidak? Hatf harus menempuh jarak 5 jam naik mobil yang dari awal sampai tujuan (Poso) harus melewati puluhan kampung kafir. Tidak ada sama sekali kampung Islam antara Pandajaya-Poso. Harus melewati puluhan pos pemeriksaan aparat thogut bersenjata lengkap. Meskipun Abi dulu sudah bolak-balik Pandajaya-Poso, namun kali ini sikonnya lain.
Dulu Abi jalan sendiri belum ada Ummi dan Hatf, tapi sekarang Abi membawa Ummi yang bercadar dan Hatf. Namun semua harus dihadapi dan dijalani. Bismillah Hatf berangkat, dan Alhamdulillah Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kemudahan Hatf sampai di Poso dengan selamat dan sehat. Subhanallah, mungkin Allah memang telah mempersiapkan Hatf untuk menjadi anak yang kuat dan tangguh. Perjalanan yang panjang dan melelahkan bagi Abi dan Umminya tapi tidak membuat Hatf rewel apa lagi sakit. Alhamdulilah Hatf tetap biasa-biasa saja. Hatf juga bukan tipe anak yang cengeng dan suka nangis. Saking jarangnya menangis, Abi dan Umminya sempat khawatir kalau-kalau Hatf punya masalah dengan pita suara atau yang lainnya.
Hatf juga terbiasa dengan orang asing. Dia mau diajak dan ikut Ami atau Ammah yang baru dilihatnya. Asal perutnya sudah kenyang, dia bisa berjam-jam ikut orang lain. Sifat tangguh dan tidak cengeng ini ternyata Hatf bawa sampai ketika dia hijrah ke bumi khilafah. Ketika Ami dan Ammahnya di Syam berkomentar “Hatf ini benar-benar luar biasa, dia lain dari anak-anak yang lain.” Alhamdulillah, mungkin karena alasan ini penanggung jawab mu’askar Daulah memasukkan Hatf sebagai junud dan mendapatkan peralatan pribadi berupa satu pucuk AK-47, pistol genggam 9 MM, 2 buah granat tangan, pisau komando, dan kompas. Hatf pun mendapat jadwal ribath di front terdepan dengan musuh. Semua kenikmatan itu Hatf dapatkan saat usianya baru 12-an tahun! Padahal maklum diketahui bahwa kebijakan Daulah hanya akan mempersenjatai tentaranya yang sudah berusia 14 tahun ke atas. Wallahu a’lam bishowab.
Kita kembali ke Poso, di Poso bukan berarti Hatf tinggal bersama dan ditemani terus oleh Abinya. Qodarullah Abi sering “keluar kota” mungkin lebih banyak perginya daripada di rumahnya. Praktis Hatf lebih banyak hidup bersama Ummi, Ammah, dan Ami-Aminya. Alhamdulillah Ammah dan Ami-Ami sangat perhatian dengan Hatf dan Ummi. Saat Abi tidak dirumah, mereka faham pekerjaan Abi. Sehingga saat Abi tidak di rumah merekalah yang membantu Ummi mengasuh Hatf. Di antara Ami yang setia mengasuh (momong) Hatf adalah: Asy-Syahid Ami Hibban, Asy-Syahid Ami Enal asal Malaysia dan Ami yang sekarang masih berjuang di pegunungan Poso (MIT). Tempat tinggal Hatf di Poso berada di komplek (markas) ikhwan-ikhwan jadi selalu ramai.
Setiap hari ada Ammah dan Ami yang datang pergi untuk berbagai keperluan. Jika Abi sedang tak di rumah, Ami-ami pasti tahu, maka pagi-pagi mereka sudah manggil Hatf keluar, “Hatf … Hatf … ayo main sama Ami…” Begitu biasanya Ami manggil-manggil Hatf dari luar. Kemudian Hatf yang sudah lancar berjalan, keluar dengan setelan Pakistan. Atas bawah berwarna merah, (peci) dan mata yang bercelak tebal dengan bau harum yang menyengat dari parfum silver kesukaan Abi, sebagai tanda bahwa Hatf sudah mandi dan siap untuk jalan-jalan sama Ami. Sementara Umi di rumah menyelesaikan tugas-tugas rumah atau tugas-tugas ke-akhwatan bersama Ammah-arnmah yang lain.
Setiap Ami bilang takbir, maka Hatf akan mengangkat tangannya dan berteriak, “Abang!” (maksudnya Allahu Akbar, karena Hatf belum lancar bicara). Setiap Ami bilang, tembak kafir ! Hatf sepontan mengacungkan tangannya ke depan dan berteriak : dong ! (maksudnya door), dan jika Ami bilang : Awas ada bom ! maka Hatf akan menundukkan punggungnya sambil berjalan pelan-pelan, meskipun sedang menangis jika Ami bilang demikian Hatf juga akan melakukan demikian, bila melihat Abi pulang Hatf akan jingkrak-jingkrak sambil teriak : Abiku … Abiku … Abiku … ! selama Abinya ada dirumah, Hatf akan selalu dengan Abinya, kemana pun ikut Abi, Hatf memang sangat dekat dengan Abi.
Suatu hari Ummi sedang sibuk di dapur dan Abi sedang asik dengan pekerjaannya di ruang tamu, Hatf kecil berjalan keluar sepertinya ada yang menarik perhatiannya, sesaat kemudian terdengar suara “brukk” diiringi dengan jeritan Hatf, Abinya segera keluar ternyata jagoan abis sedang diterkam ayam betina. Rupanya Hatf tertarik dengan anak-anak ayam yang masih kecil-kecil lantas dia ingin menangkapnya, namun induknya tidak terima lalu Hatf diserang, mendapat serangan yang tak diduga Hatf hanya berdiri sambil menangis kencang Subhanallah lucu sekali. Pernah suatu ketika Hatf pulang dari Tabalo (sekitar 10 km dari kota Poso kearah Palu) setelah Abi selesai mengisi ta’lim rutin nya disana, qodarullah saat melintas di kasiguncu (kampung kafir) tiba-tiba ban belakang motor Honda Win yang kami kendarai pecah, Ummi yang dibonceng sambil memangku Hatf tidak siap saat motor oleng akhirnya Ummi jatuh, Hatf yang posisinya dipangku Umi otomatis mencium aspal duluan, sadar penumpangnya jatuh Abi segera berhenti dan berlari menolong, tangan Ummi sobek sementara Hatf bibir pecah, jidat dan muka terkelupas dan berdarah, Allahu Akbar “Nggak papa mas anggap saja latihan”.
Musibah yang sama terulang lagi waktu itu kita akan menghadiri undangan aqiqoh di Labuhan (sekitar 15 km dari kota Poso kearah Ampana) karena salah jalur, ban belakang motor yang dikendarai Abi ditabrak dari samping oleh pengendara lain, motor tetap melaju namun Ummi lagi lagi kurang siap dengan situasi seperti itu, kali ini posisi Hatf di tengah antara Abi dan Ummi tidak dipangku, mungkin karena kaget Ummi jatuh duluan otomatis Hatf tidak ada yang megang, akhirnya Hatf pun jatuh ke aspal, kejadian itu sangat cepat, Abi segera berhenti berlari mengambil Hatf yang menangis kencang di tengah jalan, orang-orang berdatangan karena bundaran itu memang ramai dan ada pos TNI/ Polri, disitu Alhamdulillah ada Ami lokal yang lewat, Ami bilang ke Abi : “Ustad lanjutkan saja jalan pakai motor ana, biar masalah ini ana yang urus” . Alhamdulillah Hatf dan Uminya tidak apa-apa, demikianlah sedikit cerita suka duka Hatf selama tinggal di Poso. 2005 (tanggal dan bulan lupa), 2 buah bom mengguncang pasar Tentena sebagai basis dan pusat kuffar, 36 penyembah salib digiring masuk neraka kekal selamanya, sementara puluhan lainnya tersiksa di dunia dengan luka-luka dan cacat permanen, Alhamdulillah.
Thogut SBY sebagai presiden negara kafir RI saat itu memerintahkan supaya bom Tentena diusut tuntas, situasi memanas, banyak pemeriksaan dan penggeledahan di sana sini, anjing anjing lapar bertebaran dan berkeliaran dimana-mana mencari makan, keputusan pun diambil : Abi harus pergi tapi tanpa Ummi dan Hatf, dengan ditemani satu Ami Abi berangkat meninggalkan Poso, kali ini tujuannya adalah Kalimantan, namun qodarullah kepergian Abi di endus oleh thogut, mobil yang Abi tumpangi dicegat di depan Polres Poso, Ami ditangkap dan dipukuli thogut sementara Abi Alhamdulillah bisa lolos dan kembali ke markas ikhwan-ikhwan. dalam kondisi seperti ini keputusan kedua diambil : Hatf dan Ummi harus pulang ke Jawa tanpa Abi. Bismillah ditemani Ami dan Ammah yang baru menikah, Hatf dan Ummi yang saat itu sedang mengandung Adeknya Hatf (Zainab Saifun Najdah) pulang ke Jawa, saat itu Hatf berusia 2,5 tahun jadi Hatf tinggal di Poso sekitar 1 tahun. Sekali lagi Hatf harus menempuh perjalanan jauh yang melelahkan dari Poso ke Palu lalu ke Surabaya via pesawat, dari Surabaya ke Solo dan kerumah Mbok tuo di Tawangmangu.
Di Poso sendiri Abi sudah tidak bisa kemana-mana, sejak lolos dari upaya penangkapan di depan Polres Poso, Abi beberapa kali lolos dari penggerebekan thogut Alhamdulillah, bersama Ami-Ami lain yang saat itu juga matlub (DPO) seperti Ami Icang Asy-Syahid Insya Allah, Abi berdiam diri di satu tempat, kondisi ini berjalan sampai beberapa waktu, sampai akhirnya ikhwan-ikhwan memutuskan Abi harus pulang ke Jawa. Beberapa bulan setelah Hatf di rumah Mbok tuo Abi pulang, tentu Ummi dan Hatf senang bisa kumpul kembali sama Abi, namun qodarullah kebersamaan dengan Abi tak lama, beberapa bulan setelah Abi di rumah terjadi bom Bali kedua, Ami Pelaku Bom Syahid masih tersisa kepalanya, thogut membawa Ami-Ami yang di penjara untuk melihat kepala tersebut, barangkali ada yang kenal. Benar saja salah satu Ami bilang ke thogut bahwa itu adalah kepala Abi, artinya Abi lah pelaku istisyhadi di Bali.
Subhanallah tentu saja thogut datang ke rumah untuk memastikan, qodarullah rencana kedatangan thogut tercium ikhwan-ikhwan, Abi pun segera pergi dari rumah. Benar saja selang beberapa hari dari kepergian Abi, thogut datang ke rumah Mbok tuo di Tawangmangu, tak tanggung-tanggung yang datang adalah para Jenderal mereka seperti Surya Darma Salim yang saat itu sebagai komandan Satgas bom Polri dan beberapa pembesar mereka, saat itu adeknya Hatf sudah lahir Zainab Saifun Najdah yang umurnya baru beberapa hari, thogut meminta sampel darah Hatf dan Zainab untuk memastikan apakah kepala Pelaku Bom Bali itu adalah kepala Abi. Sejak itu Abi sudah jarang sekali pulang, kalaupun pulang paling hanya satu atau dua hari terus pergi lagi, suatu ketika Abi pulang dan bilang ke umi kalau Abi mau bawa Hatf, Ummi pun segera siapkan beberapa baju Hatf dan perlengkapannya waktu itu umur Hatf sekitar 3 tahun lebih. Abi bilang mungkin Hatf akan lama ikut Abi, Maka sebagai obat rindu buat Ummi dan dek inab (panggilan akrab Zainab) selimut yang biasanya dipakai bersama, Ummi belah dua yang satu untuk Ummi dan dek Inab dan yang satu untuk Hatf dan Abi, pertama Hatf diantar Ami naik motor ke Jogja terus ke Muntilan terus ke Magelang, sepanjang perjalanan Hatf beberapa kali kehujanan namun Hatf tak perlu khawatir karena Hatf bersama Abi, sampai di Magelang Amin yang ngantar Hatf balik ke Solo. Hatf melanjutkan perjalanan dengan Abi naik mobil bis umum dengan trayek Magelang – Wonosobo, waktu itu sudah malam dan bis itu adalah bis yang terakhir, bis berangkat dari Magelang ke Secang, belok kiri ke arah Temanggung dan terus naik ke wilayah ini adalah lereng gunung Sindoro – Sumbing sudah tentu udaranya dingin, namun tidak masalah bagi Hatf karena Hatf berasal dari Tawangmangu rumah Mbok tuo juga di lereng tinggi gunung Lawu, namun demikian Abi tetap saja mengeluarkan selimut untuk Hatf.
Sampailah Hatf di tempat Abi, sebuah rumah di kiri jalan, samping kanan rumah adalah poli bis DAMRI sedang depan seberang jalan adalah rumah makan plus penginapan dan tempat pencucian mobil, posisinya sekitar 200 meter sebelum pintu gerbang selamat datang Kota Wonosobo atau Rumah Sakit Umum Wonosobo Desa Binangun Kecamatan Kretek Wonosobo, sekitar 1 bulan Hatf bersama Abi nya, selama 1 bulan itu Hatf juga diajak Abi Ke Lampung tempatnya Uyut (neneknya Abi), di Binangun Abi tak tinggal sendiri tapi ada beberapa Ami yang sama-sama tinggal di situ, sampai akhirnya rumah itu digerebek Den thogut 88, terjadi baku tembak antara den thogut dengan Ami yang di dalam rumah, hasilnya dua Ami Syahid Insya Allah yaitu Ami Jabir dan Ami Abdul Hadi sedang satu Ami tertangkap, qodarullah saat itu Abi sedang di Semarang dan sebelumnya Abi juga sudah jarang ke rumah itu karena kami sudah punya tempat baru bersama Asy-Syahid Ami Sur (Abu Faruq), selimut Hatf pemberian Ummi sebagai obat rindu yang qodarullah masih tertinggal di rumah itu dipakai thogut untuk membungkus dan mengeluarkan Ami yang Syahid dari dalam rumah.
Setelah satu bulan bersama Abi, Hatf dikembalikan ke Ummi dan Abi pergi lagi, Hatf kembali tinggal di Tawangmangu. Beberapa bulan kemudian Abi pulang, Abi bilang sudah punya rumah baru untuk Ummi dan Hatf serta Inab menjadi kita mau dibawa semua, tadinya keluarga besar Ummi tidak setuju terutama Mbok tuo, tapi Abi bisa meyakinkan mereka bahwa semua akan baik-baik saja Insya Allah, akhirnya dengan berat hati keluarga melepas kepergian kami. Sekarang Hatf sudah tinggal bersama Abi, Ummi dan dek Inab, kami tinggal dirumah sederhana di Dusun sangat terpencil bernama kebun salak di Kranggan Temanggung, selama hidup Hatf bahkan Ummi, masa-masa inilah waktu paling lama kami hidup bersama Abi, masa- masa terindah dan paling membahagiakan bersama Abi, sekaligus ini adalah fase terakhir Hatf hidup dan tinggal bareng sama Abi, lamanya sekitar 8 bulan dan waktu itu usia Hatf sekitar 4 tahun. Bagi Hatf kebahagiaan dan keindahan di fase terakhir ini mungkin sulit untuk digambarkan dan diceritakan, yang jelas pada waktu itu kami selalu di rumah selalu menemani Hatf, kalaupun pergi paling hanya sebentar itupun Hatf sering diajak, biasanya Abi perginya karena ada acara sama Ami-Ami, renang, futsal, jalan-jalan dan ta’lim itu diantara acara rutin Abi sama Ami-Ami dan selalunya Hatf diajak, di rumah Abi punya motor Suzuki Smash yang masih baru, asal motor Abi bunyi Hatf dan inab biarpun masih bobo akan bangun dan langsung lari sambil berteriak: ikut Abi … ikut abi … inab ditaruh di depan sedang Hatf nangkring di belakang. Terus Ngeng… Ngeng… Kita berangkat jalan-jalan muter keliling kampong.
Demikian yang dilakukan Abi hampir setiap pagi, pokoknya setiap hari harus naik motor muter-muter, kalau enggak maka Hatf dan Inab akan nagih dengan gayanya masing-masing, inab akan narik- narik Abi, sedang Hatf sibuk cari kunci motor, pokoknya kami bahagia sekali. Diantara kebiasaan Abi jika pulang dari bepergian pasti bawa tentengan, Abi itu termasuk penggemar kuliner, Abi tau selera Ummi, Hatf dan Inab, cilok spesial warna putih ini makanan kesukaan Hatf dan Inab, sedang Ummi doyan banget sama bakso spesial pasar Kranggan atau bebek bakar perempatan kedua. Jadi setiap Abi pulang dari berpergian asal suara motornya sudah terdengar, Hatf dan Inab sudah menunggu dari depan pintu sambil jingkrak-jingkrak dan berteriak : Abiku … ! Abiku … ! Abiku … ! Abi pulang Inab pasti minta gendong sementara Hatf sibuk mengangkat tentengan dibawa ke Umminya. “Ummi … Ummi ini Ummi …” dan Ummi segera menyiapkan piring, gelas dan sendok, sementara Ummi sibuk menyiapkan santapan, mas Hatf rebutan sama dek Inab minta pangku Abi.
Demikian potret indah dan bahagianya keluarga Hatf saat itu kebahagiaan bertambah saat Hatf tahu kalau Hatf mau punya adek baru, Ummi sedang mengandung dek lyah (Hurriyah Saiful Najdah). Namun Allah yang Maha Penyayang tidak menginginkan kecuali menguji hamba- hambanya yang disayanginya, bukti cinta dan sayangnya Allah kepada hambaNya, Allah akan menguji hamba tersebut supaya dengan ujian itu Allah membersihkan dosa-dosanya, jika ia bersabar dalam menghadapi ujian. Allah menghendaki nikmat kebersamaan dan kebahagiaan hidup bersama Abi yang sudah dijalani selama 8 bulan diganti dengan nikmat lain berupa ujian.
Ba’da subuh 21 Maret 2007 Hatf dan Inab sudah bangun dan lagi asik mainan, Abi dan Ummi baru selesai dzikir pagi dan sedang siap-siap baca Qur’an, tiba-tiba brakk..! Brak ! Pintu depan dan belakang didobrak dari luar suaranya keras sekali. “Mujadid (nama Abi) ! kamu sudah kami kepung ! menyerah keluar dan angkat tangan ! Abi mengintip keluar rumah lewat jendela, Allah Akbar … sekeliling rumah sudah di kepung oleh Den thogut bersenjata lengkap, jumlah mereka banyak sekali semua menodongkan senjatanya ke arah kami dengan posisi siap tembak, qodarullah biasanya Abi nyimpen senjata M16 dengan peluru yang jumlahnya sekitar 120 butir, namun senjata itu qodarullah sedang tidak bersama Abi, Abi bilang sama Ummi : Ummi Abi ditangkap, Ummi pun hanya bisa mengulang-ulang istighfar, sementara diluar anjing anjing itu terus menggonggong agar Abi segera keluar dan angkat tangan, Bismillah setelah mencium Hatf dan Inab, dan meminta Ummi agar sabar. Abi keluar Lewat Pintu Belakang, baru sampai dapur tiba-tiba sekitar 6 anjing secara serentak menerkam Abi, mereka secara beringas memukul, menendang dan menginjak-injak bahkan meludahi Abi sambil mengucapkan kata- kata kotor, Hatf yang melihat secara langsung kejadian itu spontan menangis dan berteriak- teriak : “Abiku … Abiku ! jangan Abiku !” Abi yang sudah di borgol kaki dan tangan di seret keluar sambil terus dipukuli dan diinjak-injak anjing-anjing itu memaksa Abi untuk menunjukkan di mana senjata dan bahan peledak, sambil terus bertakbir Abi menjawab tidak tahu ! anjing anjing itu semakin beringas menyiksa Abi di depan mata Hatf, Inab dan Umi, sebagian mereka masuk ke kamar dan mengobrak-abrik semua isi kamar, HP, KTP, Tas, dompet dan kitab-kitab Abi semua mereka jarah! Tak ketinggalan motor juga mereka rampok ! sementara diluar penyiksaan kepada abi terus berlanjut dari sudut mata yang sudah pecah dan berdarah. Abi sempat melirik ke arah Hatf yang terus menangis dan meronta-ronta. Sementara Ummi memegang tangan kedua anaknya, dalam hati Abi bergumam: sabar wahai istri dan anakku, sesungguhnya ini hanyalah ujian kecil dari Allah subhanahu wa ta’ala. Tiba-tiba “dorr” sebuah tembakan dari senjata genggam jenis giok yang di tempel menembus paha kiri Abi. Abi ditembak dalam kondisi sudah di borgol tangan dan kaki, Abi bertakbir keras dan luka menganga bekas tembakan menyemburkan Darah segar ke muka dan baju Pakistan yang belum sempat Abi lepas ketika sholat subuh, kemudian Abi diseret dan dimasukkan mobil setelah mata, mulut dan luka Abi Diikat pakai lakban, lalu anjing-anjing itu membawa Abi pergi entah kemana, itulah akhir kebersamaan Hatf dengan Abi.
Sejak saat itu hingga syahid Hatf tak pernah lagi naik motor muter-muter keliling kampung sama Abi dan saat kejadian itu Hatf berumur sekitar 4 tahun. Singkat cerita setelah Abi dibawa thogut, belakangan diketahui bahwa sebelumnya yaitu maghrib tanggal 20 Ami-Ami sudah ditangkap duluan di Jogja, thogut mendapatkan belasan senpi dan ratusan amunisi bahkan peledak, Ami yang ditangkap itu menyangka bahwa Abi bisa lolos, sehingga saat Ami ditanya thogut itu barang milik siapa? Ami menjawab semua milik Abi. Qodarullah wa maa syaa fa’ala. Hatf, Ummi dan dek Inab dijemput Pakde pulang ke Tawangmangu namun kali ini Hatf membawa trauma yang mendalam, dia sering murung dan sering menanyakan kapan Abi pulang, jika melihat ada orang kumpul-kumpul Hatf lari masuk rumah dan minta supaya jendela dan pintu ditutup, kondisi ini berjalan agak lama sampai-sampai ada bude-nya yang menyarankan supaya Hatf di terapi, kehilangan sifat cerianya, bersyukur Hatf punya Ummi yang tangguh mengurus Hatf. Ditambah usia kandungan yang sudah 7 bulan, Ummi masih bisa mendidik dan merawat Hatf dengan baik.
Berkat kesabaran dan keteguhan Ummi, dengan izin Allah Hatf bisa ceria kembali tumbuh menjadi anak cerdas. Umur 5 tahun Hatf masuk TK Islam Al Furqon yang dikelola oleh Ikhwan sendiri, karena kesibukan Umminya di rumah ngurus Inab dan dek lyah yang sudah lahir membuat Ummi tidak bisa antar jemput ke TK yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah, Hatf pun harus pulang pergi sendiri ke sekolah. Saat umur 6 tahun (TK nol besar) Hatf sudah bisa baca Quran dengan lancar dia pun sudah terbiasa dengan do’a-do’a harian termasuk dzikir pagi dan sore, sholat lima waktu pun sudah dikerjakan, selesai TK Hatf masuk ke SDIT Al Irsyad Tawangmangu yang juga dikelola Ikhwan sendiri. Hatf anak yang cerdas dan berprestasi dia selalu mendapat juara, paling tidak masuk 5 besar di kelasnya, setiap dia menginginkan sesuatu yang nilainya mahal, Abi dan Umminya selalu bilang : “berusaha jadi juara dulu baru dibelikan”, diantara hasilnya Hatf punya meja belajar dan kasur busa sendiri hadiah dari Abi dan Umminya Alhamdulillah. Ummi dan Abi selalu menginginkan hal terbaik dan nilai lebih dari anak tercintanya maka saat Hatf kelas 5, Abi memutuskan Hatf pindah ke pesantren, masuklah Hatf ke pesantren Ibnu Mas’ud di Bogor, sebuah pesantren Tahfidzul Qur’an yang dikelola oleh ikhwan-ikhwan tauhid yang saat itu muridnya adalah Asy-Syahid Insya Allah Ustadz Abu Umar (Syahid di Syam sebagai junud Daulah). Jarak yang jauh, harus pisah dengan Ummi dan jarang dijenguk, pulang hanya 6 bulan sekali semua bukanlah masalah yang serius bagi Hatf, dia bisa menjalaninya dengan baik alhamdulillah. Di Ma’had inilah selain tahfidz Hatf dikenalkan secara lebih mendalam Millah Ibrahim, makna kufur kepada thogut, Al wala Wal Baro’, kecintaan pada jihad dan mujahidin, serta cinta Syahadah.
Hatf berangsur-angsur tumbuh sebagai pribadi yang berpendidikan dan mempunyai kejelasan manhaj. Seiring dengan itu dunia bergejolak terutama dunia Arab, berawal dari demonstrasi musim semi (Arab Spring) yang dilakukan oleh sipil dijawab oleh para thogut kawasan dengan senapan. Tunisia, Mesir, Yaman, Libia dan yang paling parah di Syria (syam), setan Basyar Al keparat menjawab demonstrasi kaum muslimin dengan pembantaian dan penyiksaan, perlawanan pun terjadi. Daulah lraq Al Islamiyyah yang saat itu mulai mendapatkan kemenangan dari tentara Dajjal Syiah, rofidhoh, shofawi musyrik, mengirim Jaulani yang saat itu sebagai salah satu tentara Daulah ke Syam bersama para mujahid terbaik Daulah Islam dengan dibekali separuh dari harta dan senjata yang dimiliki Daulah, Amirul Mukminin memberi nama mereka Jabhah An Nusrah.
Kemenangan demi kemenangan diraih, tentara Basyar Al keparat terdesak dan mundur, wilayah Basyar banyak direbut dan dikuasai mujahidin. Melihat perkembangan yang positif ini Amirul Mukminin memutuskan untuk menggabungkan Jabhah An Nusrah ke Daulah Islam dengan satu nama yaitu Daulah Islamiyah fil lroq wal Syam (ISIS). Mulailah terjadi pengkhianatan, Jaulani membangkang, secara sepihak dia memutuskan baiat ke Daulah lalu membai’at Syeikh Ayman (sekarang jaulani memutus bai’atnya ke Al qaida dan mengganti nama Jabah An Nusrah menjadi Jabah Fathul Syam). Para tentara Jabhah An Nusrah yang tahu persoalan berbondong-bondong kembali ke induk pasukan (kembali ke Daulah). Daulah Islamiyah fil lraq wal Syam di deklarasikan.
Kemenangan terus diraih junud Daulah di lapangan baik di lraq maupun Syam. Kota Mosul jatuh ke pangkuan Daulah begitu juga kota-kota lain di Irak, perbatasan yang menghubungkan Irak – Syam diduduki junud Daulah, semua syarat dan perangkat tegaknya Khilafah telah terpenuhi maka tidak ada alasan untuk menunda-nunda di deklarasikanya Khilafah Islam, dengan nama Daulah Islam (IS) sebagai pengganti Daulah Islamiyah di lraq dan syam, hati-hati yang jujur bergembira dan lapang dadanya sementara hati-hati yang berpenyakit merana dan sesak tenggorokannya ! Berbondong-bondong kaum muslimin di seluruh penjuru bumi terutama para Mujahidin di Stugur-Stugur Islam memberikan baiatnya kepada Amirul Mukminin Wal Khalifatul Muslimin Syekh Ibrahim bin Awwad, Abu Bakar al-baghdadi Al Husaini Al Hasyimi Al Quraisy, tak terkecuali Ikhwan tauhid di Nusantara yang memberikan baiatnya di hari pertama. Lalu Amirul Mukminin dan para Umaro menyeru, “Wahai kaum muslimin ini adalah Khilafah milik kalian, ini tanah kalian, ini kejayaan dan kemuliaan kalian, datanglah kemari!”
Tak lama kemudian, perbatasan Turki sudah dipenuhi oleh Muhajirin dari penjuru bumi untuk masuk ke bumi Khilafah memenuhi seruan Kholifah, lagi-lagi ikhwan-ikhwan Nusantara pun tak mau ketinggalan, tanpa ragu dan bimbang tak banyak pikir panjang mereka jual barang-barang lalu mereka segera mencari jalan dan terbang bergabung dengan Daulah Islam, semua berlomba untuk berangkat baik akhwat maupun Ikhwan, tua atau muda, yang cacat maupun yang sehat semua tak mau ketinggalan… Subhanallah barakallahu fi kum ya Ikhwan … Barakallah fi kum wa ilaihi Darrukum … mudah-mudahan Allah menerima hijrah dan Jihad kalian. Semoga Allah menerima pengorbanan kalian, do’akan kami agar bisa segera menyusul kalian atau bisa berbuat seperti apa yang kalian perbuat, disitu di bumi yang kalian tinggalkan!
Hatf Saiful Rasul yang sedari awal memang sudah terbiasa melihat video-video amaliyah junud Daulah dan menghafal nasyid -nasyid Daulah (karena Hatf dari awal memang seperti Abinya yaitu pendukung Daulah) memiliki keinginan kuat untuk berangkat berhijrah, suatu ketika Hatf besuk Abi di LP (Nusa Kambangan), memakai celana, baju dan topi ala junud Daulah. Dalam pertemuan dengan Abi itu, Hatf mengungkapkan keinginannya untuk hijrah.
Awalnya Abi tidak menanggapi dan menganggap itu sekedar senda gurau nya anak-anak maklum saat itu Hatf baru berusia 12 tahun kurang, tapi masalahnya jadi lain saat Hatf mengutarakan keinginannya itu berulang-ulang. Sambil makan bersama Ummi, Abi dan dek Inab Hatf bercerita bagaimana Daulah yang ia dengar dan bercerita bahwa teman-teman nya serta beberapa Ustadz nya sudah berangkat dan sudah ada yang Syahid disana. Abi menatap Hatf dan sepertinya Abi harus banyak bersyukur karena anaknya memang beda dengan anak- anak pada umumnya yang seusia dengannya, Hatf punya pendirian dan azzam yang kuat. Akhirnya bismillah, Hatf Abi izinkan berangkat. Alhamdulillah sebenarnya Abi juga sangat menginginkan Hatf berangkat hanya Abi belum yakin apakah Hatf siap atau tidak, maka saat itu Hatf sendiri yang meminta apalagi Ummi juga setuju, urusannya jadi lebih mudah. Qodarullah saat itu Ami (Abu Hafsah) dan Ammah (Ummu Hafsah) juga sedang dalam persiapan untuk berangkat (Ummu Hafsah adalah anak dari kakak kandung Ummi) momennya tepat Hatf berangkat dengan keluarga sendiri paspor untuk Hatf segera diurus semua proses pengurusan menjadi tanggung jawab Ami.
Alhamdulillah meskipun agak ribet, paspotr untuk Hatf bisa kelar sesuai yang diharapkan, langkah kedua Hatf ditarik dari ma’had yang selama kurang lebih 2 tahun ia menimba ilmu, selanjutnya Hatf diantar sekali lagi ke tempat Abi kali ini tanpa Ummi, saat itu juga banyak tamu jadi tidak bisa fokus ke mas Hatf, namun Alhamdulillah Hatf masih sempat makan bareng Ami dan Abi sambil mendengar nasehat yang disampaikan, dan Allah mentakdirkan inilah pertemuan terakhir mas Hatf dengan Abinya di dunia, kemudian Hatf pulang ke Tawangmangu. Waktu keberangkatan tinggal 15 hari, sisa waktu ini betul-betul dimanfaatkan oleh Hatf untuk berbakti sama Umminya yang saat itu sedang menunggu kelahiran adik Hatf yang ke-3, dari mulai cuci piring, cuci baju, cuci tikar sampai menyetrika menjadi pekerjaan rutin Hatf setiap hari, Hatf yang saat itu sudah lancar naik motor juga setia antar jemput dek lyah ke sekolah mengantar Mbok tuo dan Ammah ke pasar.
Subhanallah saat itu mas Hatf betul-betul menunjukkan bahwa la memang bisa diandalkan, 12 hari sebelum Hatf berangkat adik ketiganya Saiful Rasul) lahir Alhamdulillah ini mungkin bentuk kasih sayang Allah pada kami, saat mas Hatf mau pergi Allah beri kami ganti. Kelahiran adiknya membuat mas Hatf semakin giat bantu Ummi hampir semua pekerjaan Ummi dia kerjakan bila sudah selesai dari suatu pekerjaan Hatf akan bilang ke Ummi : sudah selesai Alhamdulillah Umm … sekarang Hatf suruh apalagi Umm? Melihat mas Hatf yang rajin dek Inab dan dek lyah juga terprovokasi ikut rajin akhirnya mereka bertiga bahu-membahu membantu Ummi. Bagaimana rasa berat tuk berpisah sama Ummi dan adik-adiknya tidak bisa disembunyikan, seringkah Hatf bilang : Ummi aku di rumah tinggal berapa hari lagi ? membuat Umminya kasihan dan tambah terasa berat untuk melepas anaknya namun jika Ummi bertanya, “Lah bagaimana mas Hatf benar-benar siap tidak? atau dibatalkan sajalah, mas. Berangkatnya nanti saja nunggu Abi.” Maka spontan Hatf akan menjawab: “Jangan Umm. insyaallah aku siap.
Waktu keberangkatan tinggal sehari, Hatf minta ijin beli sate minta makan bareng sama Ummi dan minta disuap, Ummi aku beli sate, ya? kita makan bareng Umm … Hatf disuap umm … kan nanti kita sudah nggak ketemu dan ngak makan bareng lagi, demikian pinta Hatf hari itu pada Umminya, Ummi pun menuruti keinginan anak tersayangnya. Rabu, 25 Agustus 2015 Bismillah mas Hatf berangkat, tak ada tangisan hanya mata mas Hatf merah dan berkaca-kaca mungkin karena menahan kesedihan dan rasa berat untuk berpisah sama Ummi dan adik-adiknya, namun tekadnya yang sudah bulat mengalahkan segalanya.
Seminggu kemudian mas Hatf sudah sampai di bumi yang diberkahi bumi Syam tanah Daulah Islamiyah tanah impian dan tujuan, Hatf langsung masuk mu’asykar tadhrib Al’am bersama Ami-Aminya dari berbagai negara, jadi Hatf masuk ke muasykar tadrib dewasa bukan Asybal. sekitar satu atau dua bulan training dasar militer Daulah ini selesai, Hatf lulus dengan baik tidak kalah dengan Ami-Ami yang dewasa, sebagai contoh saat ujian bongkar pasang senapan serbu AK-47, Hatf mencatat waktu 32 detik. Cukup bagus untuk anak yang baru berusia 12 tahun.
Tiba saatnya pembagian katibah, meskipun saat itu Ikhwan Nusantara memiliki dua katibah namun Hatf lebih memilih bergabung dengan Ami-Aminya dari Perancis, Hatf masuk di katibah Ami-Ami asal Perancis. Bersama Ami-Ami asal Perancis Hatf mematangkan penguasaannya pada silah dan kemampuannya dalam menembak, Hatf ditempatkan di wilayah Hamma di salah satu nuqtoh (titik) ribath, lalu Hatf pindah ke wilayah Al-AI Halab/ Aleppo, Amir nya yang asal Perancis pernah berkata “Hatf menembaknya bagus”sejak itu Hatf resmi menjadi salah satu junud Daulah dan diberi senjata secara permanen berupa : 1 pucuk AK-47, 1 pistol genggam 9 mm dan 2 buah granat tangan serta kompas termasuk seragam khas junud Daulah. Waktu itu umur Hatf baru 12,5 tahun suatu ketika Hatf dapat jatah liburan, la pun pulang ketempat Ammahnya di Roqqoh, maqor katibah Hatf juga ada di Roqqoh sehingga Hatf pun sering datang bahkan kadang-kadang tidur di maqor bersama Ami-Aminya.
Suatu saat ketika Hatf sedang asyik duduk dan ngobrol dengan Ami-Aminya di maqor tiba-tiba datang jet-jet tempur kuffar meraung-raung dilangit Roqqoh qodarullah tak lama setelah itu Blarr !! sebuah bom dari jet tempur kuffar menghantam maqor tempat Hatf dan Ami-Aminya kumpul, tiga Ami asal Perancis Syahid Insya Allah. Sementara Hatf terpental beberapa meter namun selamat, badannya utuh tidak ada luka yang berarti, hanya kedua telinga Hatf berdarah dan tidak bisa mendengar, Hatf pun harus libur sementara dan harus bolak-balik ke dokter. Alhamdulillah beberapa waktu kemudian telinga Hatf sembuh dan normal kembali. Hatf kembali bertugas, tak lama setelah itu Hatf pindah katibah kali ini dia bergabung di katibah Arab lokal (Syamiyyun) oleh Amir katibah. Hatf ditempatkan di medan ribath wilayah Manbij-Jarablus yang berbatasan langsung dengan Turki. Di sinilah nantinya Hatf mendapatkan kesyahidannya.
Sejak di katibah Perancis, Hatf hidupnya sudah di medan ribath dia tidak pernah pulang kecuali jika dapat jatah libur, sedang dalam satu bulan rata-rata jatah libur hanya 3 hari kadang saat libur pun Hatf tidak pulang ke rumah Ammahnya (Ummu Hafsah tinggal di Roqqoh) tapi dia manfaatkan untuk jalan-jalan, kadang ke Suknah kadang juga ke Syadadi, di dua tempat ini Hatf bisa berjumpa dengan teman-teman nya dulu waktu di pesantren dan Ami-Aminya asal Nusantara. Komunikasi mas Hatf dengan Umminya terbilang lancar terutama di awal-awal dia di sana, adapun di akhir-akhir menjelang syahidnya komunikasi agak tersendat karena kesibukan menghadapi pengepungan dan bombardir jet tempur kuffar yang terjadi terus-menerus ke wilayah itu.
Pernah Hatf tidak pulang selama 2 bulan, itu terjadi di bulan-bulan akhir kehidupannya, tidak juga ada kabar, nomornya nggak aktif begitu juga nomor teman-temannya dan Aminya nggak ada yang aktif, Ami dan Ammahnya segera memberi tahu Ummu Hatf supaya sabar dan banyak di doakan saja, Ami dan Ammah sudah pasrah. Tiba-tiba saat Ami dan Ammah di rumah, pintu diketuk dari luar dengan keras, ditanya siapa? Hatf! pintu segera dibuka, Subhanallah mas Hatf … teriak Ami dan Ammah saat melihat tubuh Hatf yang kelihatan semakin kurus dengan sorotan dan seragam khas junud Daulah yang lusuh dan ditambah AK-47 di tangan.
Hatf bercerita selama 2 bulan itu mereka dikepung ketat oleh milisi Kurdi (PKK), Jaisyul khur dan dibombardir terus-menerus oleh jet-jet tempur koalisi kafir, jalur logistik terputus, stok makanan habis kadang sehari hanya makan beberapa butir kurma. Untuk mendapatkan makanan Hatf dan Ami-Ami harus “mencuri” masuk ke rumah-rumah penduduk yang sudah kosong karena ditinggal mengungsi oleh pemiliknya untuk mencari sisa-sisa makanan yang masih bisa dimanfaatkan, kadang mereka memetik mentimun, tomat, melon atau apa saja dari tanaman penduduk yang masih tersisa, Allahu Akbar … mendengar cerita Hatf Ami dan Ammah nya tak sanggup menahan air mata, Ami dan Ammah menangis. Subhanallah … Rohimakalloh wahai mujahid kecilku. Sungguh Abi dan Ummi bangga kepadamu, dengan tubuh kecilmu dengan usia mudamu kau buktikan betapa besar nyali dan keberanianmu, engkau tinggalkan Abi dan Ummi dan demi memenuhi perintah Robbmu, mudah-mudahan Allah menerima kesyahidan mu wahai anakku … mudah-mudahan Ami-Ami dan Ammah Ammah mu serta teman-temanmu yang membaca kisahmu ini bisa merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Ami dan Ammah yang menangis saat mendengar ceritamu. Mudah-mudahan mereka masih punya air mata untuk diteteskan bukan karena sedih atau terharu tapi karena termotivasi dan rindu untuk segera menyusulmu. Aamiin Sungguh mas Hatf tidak pernah mengeluh atau menceritakan kesulitan maupun kesusahan, ujian maupun penderitaan yang dialaminya kepada Umminya.
Setiap kali Ummi bertanya bagaimana situasi dan keadaan nya? mas Hatf akan selalu menjawab: Baik Umm Alhamdulillah, kecuali jika Ummi bertanya tentang kondisinya setelah Ummi diberi tahu yang sebenarnya oleh Ami dan Ammah, baru Hatf akan menceritakan itupun hanya sekedarnya setelah Hatf memastikan dengan bertanya: ummi tahu dari mana?. Yang selalu Hatf sampaikan saat nyambung dengan Ummi nya adalah menanyakan kabar keluarga semua. Hatf absen, Ummi sehat ? itu yang pertama setelah salam, kemudian Hatf minta bicara sama adik adiknya. Mbok tuo dan siapa saja yang saat itu ada di rumah, menasehati Ummi dan adiknya supaya lstiqomah, menanyakan kapan Ummi berangkat? yang satu ini selalu Hatf tanyakan. Bahkan Hatf pernah memaksa Umminya agar segera berangkat, dia bilang : udah Ummi berangkat saja urusan Abi biar serahkan kepada Allah saja nanti kalau Ummi mau berangkat aku yang urus segalanya In Syaa Allah. Kepada Hurriyah mas Hatf bilang : ke sini yah, nanti kalau kamu kesini mas Hatf belikan es krim, es krim di sini enak enak yah, mas Hatf juga bilang : nanti kalau Zainab kesini Zainab sekolah gratis, Zainab kan mau jadi dokter di sini ada sekolah dokter gratis, alhamdulillah.
Mas Hatf memang sangat menginginkan Umminya segera berangkat sampai-sampai ia pernah menyampaikan kepada teman ribath nya (Uwais) kata Hatf : aku tidak ingin Syahid dulu sebelum Ummiku kesini. Lagi satu ketika Hatf bersama salah satu Ami nya namanya Ami Salim. Hatf bilang ke Ami Salim : Ami nanti kalau Ami Syahid, hp Ami buat Hatf ya ? Ami Salim menjawab : InsyaaAllah taf, lalu Ami Salim membuat wasiat tentang ini, tak lama kemudian datang jet-jet tempur musuh dan mulai menghujani ikhwan-ikhwan dengan bom, Hatf dan Ami- Ami segera bergerak untuk mencari perlindungan, Hatf berlindung di balik pohon dan berdoa : Ya Allah aku masih mau ketemu Ummiku. tiba-tiba, Blarr ! I bom jatuh tak jauh dari tempat Hatf, Alhamdulillah mas Hatf selamat namun ada satu Ami yang Syahid dialah Ami Salim. Hatf dapat warisan Hp dan kaos Ami Salim, belakangan Hp warisan Ami Salim hilang di masjid kampung.
Pernah suatu ketika Hatf mengutarakan ke Ami dan Ammahnya untuk pindah katibah, Hatf mau pindah ke katibah Nusantara (asbal Nusantara) yang terpusat di Roqqoh. Alasan Hatf saat itu karena katibah dia yang sekarang (katibah anshor) jauh dari rumah Ami dan Ammahnya (Ammah tinggal di Roqqoh) kalau pulang liburan Hatf harus pulang sendiri (waktu itu Hatf satu- satunya asbal dari Nusantara yang ada di katibah itu), tidak ada mobil Daulah yang mengantar, jadi pulang pergi naik mobil umum. Hatf segera mengurus administrasi kepindahan, Amir katibah asal sudah setuju tinggal minta persetujuan Amir katibah yang dituju dan insyaa Allah itu akan lebih mudah, namun tiba-tiba Hatf membatalkan kepindahannya, ketika Ami dan Ammahnya bertanya kenapa kok nggak jadi pindah, Hatf menjawab: kalo Hatf pindah ke Asbal Nusantara berarti Hatf tinggal di Roqqoh bukan di medan ribath, Hatf tidak mau, Hatf ingin tetap tinggal di tempat Ribath, alasan kedua Hatf juga ingin nanti kalau Ummi dan adik-adiknya hijrah Hatf sendiri yang langsung menerima dan menjemput Umminya (Manbij-Jarablus tempat Hatf ribath berbatasan langsung dengan Turki dan setiap muhajir yang datang selalu lewat tempat itu).
Demikianlah mas Hatf membatalkan rencana pindah katibah karena keinginannya untuk tetap tinggal di tempat ribath dan harapannya bisa bertemu dengan Umminya. Namun Allah yang Maha Penyayang lebih tahu hal yang terbaik bagi mas Hatf, Allah memberikan kepada mas Hatf hal yang jauh lebih baik dari hanya sekedar keinginan untuk ketemu Umminya, mas Hatf justru bertemu dengan Robb Umminya sebagai Syuhada, itulah bentuk kasih sayang Allah kepada mas Hatf yang tiada tara, Ahamdulillah. Pernah mas Hatf menelpon Umminya di dalam telepon Umminya mendengar suara ledakan berulang-ulang Hatf bertanya pada Umminya : Ummi dengar suara ledakan Umm ? Iya mas itu suara apa? jawab Umminya, itu suara bom pesawat Umm, kata Hatf menjelaskan, maa syaa Allah hati-hati disitu ya mas … banyak doa dan dzikir. Demikian nasehat Ummi kepada Hatf, lantas mas Hatf menjawab : Tenang Umm Syahid itu kan anugerah dari Allah. Na’am wahai anakku … Syahid itu anugrah dan sekarang ananda telah mendapatkannya. Ami dan Ammahnya bersaksi mereka menceritakan: Hatf itu anaknya yang luar biasa dia sangat dewasa tidak seperti teman-teman seusianya di sini (di Syam), Hatf tidak suka jajan, uang jatahnya dari Daulah dia tabung, paling banyak dipakai untuk ke warnet telepon Umminya.
Hatf sangat peduli dengan senjatanya, Ak-47 farian pegangannya sangat terawat dia sering ke toko perlengkapan militer untuk membeli kebutuhan senjatanya agar tetap prima. Hatf juga tak terlalu tertarik dengan pakaian baru, suatu ketika Ammahnya prihatin melihat pakaian Hatf yang dulu berwarna putih sudah jadi coklat, Ammahnya pun bilang : Hatf Itu kaos mu mbok diganti beli yang baru sana! Hatf menjawab: nggak usah Ammah … ini kaos kesayanganku warisan dari Ami Salim yang Sahid, aku pakai terus biar ketularan syahidnya, dan sepertinya kaos itulah yang ikut hancur bersama jasad nya saat bom jet tempur kuffar menghantam dirinya.
Pernah juga Ammahnya melihat Hatf pakai kaos kaki yang sudah jebol padahal Ammahnya tau kemarin Hatf baru beli kaos kaki baru, maka Ammahnya bertanya: Mas … kaos kaki yang kemarin baru dibeli kemana? kok pakai kaos kaki yang sudah bolong, Hatf menjawab : Kemarin ada temenku gak punya kaos kaki Ammah … Terus mau pinjam, akhirnya aku kasih saja kaos kaki ku yang baru, masa aku mau kasih kaos kaki jebol ? tapi sambil Aku nasehati dia mah … Hatf bilang : mangkanya kalau punya uang jangan dihabiskan semua untuk jajan, beli dulu kebutuhan-kebutuhan mu baru jajan.
Alhamdulillah bahasa Arab mas Hatf terhitung paling lancar daripada teman-temannya bahkan Aminya, sehingga jika Hatf sedang di rumah, Hatf lah yang disuruh Ammah kesana kemari. Saat air macet apa listrik mati misalnya, Hatf yang disuruh datang ke maktab pelayanan umum untuk melaporkan dan selanjutnya diselesaikan. Pernah satu ketika air tumpah (ini terjadi ditempat ribath) padahal waktu itu sedang sulit air, lalu Ami (orang Arab) menyangka bahwa yang menumpahkan air nya mas Hatf, karena merasa tidak menumpahkan mas Hatf pun membela diri dan terus bersikukuh bahwa bukan Hatf yang menumpahkan air sampai akhirnya Ami paham bahwa bukan Hatf yang menumpahkan nya. Demikianlah diantara sifat mas Hatf dia berani dan “kekeh” jika merasa benar. Di medan ribath Hatf memanfaatkan waktu luangnya untuk muroja’ah dan menambah hafalan, nanti jika pulang liburan ayat/surat yang dihafal disetorkan ke Ammahnya, dan saat Syahidnya Hatf sedang menyelesaikannya hafalan surat Al-Anfal yang kata Ammahnya tinggal setengah lembar, Hatf juga pernah mendapatkan kehormatan dari Amirnya untuk menjadi imam shalat mengimami Amir dan Ami-Aminya, Amirnya bilang: “Hatf kamu maju jadi imam! bacaanmu bagus dan hafalanmu banyak”, ini terjadi akhir-akhir menjelang kesyahidannya, wallahu a’lam apakah itu juga tanda bahwa sebentar lagi Hatf akan Syahid? Rohimahulloh juga termasuk anak yang supel dan mudah bergaul. Ia cepat akrab dengan orang, mungkin juga karena Hatf tak punya Abi dan Ummi disitu sehingga Ami-Aminya memberikan perhatian lebih padanya.
Pernah Hatf dikasih uang oleh salah satu Ami nya nominalnya lumayan besar untuk sekelas anak-anak seperti Hatf namun Hatf menolaknya, Hatf mengatakan : “nggak usah Ami, Hatf sudah punya jatah sendiri” Ami nya pun terus memaksanya sambil menasehati: “Anak sholeh itu tidak menolak rezeki”, akhirnya Hatf menerimanya Alhamdulillah. Ada cerita dari Ammah nya : suatu ketika Hatf di rumah Ammah nya di Roqqoh, tiba-tiba di langit Roqqoh terdengar suara jet tempur musuh meraung-raung, Hatf berkata : Ammah aku takut ada jet tempur, Ammahnya bertanya kenapa mas kok takut ? Hatf menjawab : Aku takut kena bom dan Syahid di tempat ini (Roqqoh), aku mau Syahid nya kena bom di tempat ribath. Ammahnya juga bercerita: di liburan Hatf yang terakhir sebelum Syahid nya ia meminta untuk renang ke sungai Furot, perlu diketahui diantara kesenangan mas Hatf dari kecil memang renang. Ammahnya bilang : jangan mas, kemarin di sugaai furot baru ada yang tenggelam waktu renang dan meninggal. Hatf menjawab: Tenang mah… Aku tidak akan mati tenggelam di sungai Furot, aku nanti Syahid nya kena bom ditempat ribath. Liburan yang hanya 3 hari habis, mas Hatf harus segera kembali ke pos ribath di wilayah Jarablus.
Junud Daulah Khilafah yang baru berusia 13 tahun kurang 2 bulan asal Nusantara ini sudah siap dengan perlengkapannya AK-47 farian di tangan kanan, pistol genggam 9 mm di pinggang, dan dua granat tangan di kantong saku depan dan kompas, tubuhnya yang mungil terbungkus dengan setelan celana loreng abu-abu dan baju gamis ala tentara Daulah membuat mas Hatf kelihatan gagah, sorban yang membelit kepalanya agak kurang rapi menunjukkan bahwa bagaimanapun Hatf masih anak-anak dan masih bocah, sebuah ucapan yang tidak disangka keluar dari lisan mas Hatf kepada Ammahnya: “Ammah nanti kalau aku Syahid tolong uang tabunganku kasihkan adik-adikku, ya?” Ammahnya tersentak dan tertegun sebentar, akhirnya menjawab: “Insyaallah mas…”
Itulah wasiat terakhir mas Hatf kepada Ammahnya, dan itulah kata-kata perpisahan yang sebelumnya Ammahnya tidak menyangka bahwa itu ucapan perpisahan. Sejak saat itu mas Hatf sudah tidak pernah pulang dan tidak akan pernah pulang. Saat itu mas Hatf berangkat ke medan ribath nya di wilayah Jarablus dengan tiga temannya termasuk dia, Uwais teman barunya asal Nusantara yang baru tergabung ke katibahnya setelah Abinya Uwais Syahid, dan Dava teman akrabnya sejak di katibah Perancis, Dava juga teman satu-satunya dari Nusantara saat Hatf menempuh pendidikan menembak lanjutan di Hamma, Hatf dan Dava selalu bersama, makan, bermain dan ribath bersama mereka hanya berpisah jika Umminya Dava sakit, jika Umminya Dava sedang sakit maka Dava akan cuti dari ribath untuk merawat Umminya dan dua adiknya menggantikan peran Abinya yang sudah Syahid.
Di antara nikmat yang Allah anugerahkan kepada Hatf dan Umminya adalah Hatf masih sempat telepon Umminya beberapa hari sebelum kesyahidannya. Dalam komunikasi itu seperti biasa Hatf menanyakan kabar keluarga dan minta bicara sama adik-adiknya katanya saat itu Hatf nelpon sambil nangkring di pohon bersama Dava. Hatf pernah mengatakan pada Umminya: “Kalau Abi dan Ummi nggak ke sini nanti Hatf yang pulang tapi tidak untuk Abi dan Ummi, Hatf pulang untuk melakukan inghimasi.” Setelah lumayan puas berbicara dengan Umminya sambungan WA nya pun putus, semenjak itu Hatf sudah tidak pernah telepon Umminya kecuali hanya sekali SMS beberapa hari sebelum Syahid nya “Ummi minta doanya ini kami sedang mundur dari Jarablus” demikian bunyi SMS terakhir yang diterima Ummu Hatf dari anaknya. Ternyata di Jarablus mas Hatf memang sedang mundur dari nuqtoh ribathnya untuk menghindari kepungan dan bombardir jet-jet tempur kuffar.
Sebenarnya Hatf, Dava dan Uwais saat itu jadwal mereka libur dan harus pulang ke Roqqoh, Uwais mengambil jatah liburan itu sementara Hatf dan Dava memilih untuk tetap ribath mereka berdua tidak mau pulang, Uwais pun pulang dan saat sampai di Roqqoh Uwais datang ke rumah Ammahnya Hatf (Ummu Hafsoh) menyampaikan bahwa Hatf masih di tempat ribath tidak mau pulang. Sehingga saat kesyahidannya Hatf dan dua Aminya, Uwais tidak ada di tempat itu, Dava adalah satu-satunya saksi mata kesyahidan teman karibnya Dava menceritakan seperti diceritakan Ummuh Dava pada Ummu Hatf: waktu itu Dava sedang duduk disamping Hatf saat tiba-tiba bom yang dimuntahkan jet tempur kuffar menghantam mereka.
Hatf dan dua Aminya (Ami Abu Zuffar dan Ami Ibnu Salahudin) Syahid seketika, menurut Amir nya dan Uwais badan mereka bertiga hancur dan tak di ketemukan, sementara Dava terpental dan terluka serius di bagian perut dan kaki, saat ini Dava sudah selesai operasi dan sudah pulang ke rumah. Menurut Ummu Dava, anaknya sangat kehilangan sahabat karibnya, beberapa kali Dava bermimpi ketemu Hatf dalam mimpi itu Hatf memanggil-manggil dirinya, Dava mengatakan : Coba kalau Hatf masih ada tentu aku sudah berangkat ribath lagi. Subhanallah … Allah Akbar … Lihatlah Ikhwan cerita mereka, dua junud Daulah asal Nusantara, dan Wallahi semua itu bukan cerita yang mengada-ada namun mereka itu ada dalam realita, lihatlah keyakinan mereka, lihatlah kesabaran mereka … lihatlah keberanian mereka … dan lihatlah ukhuwah mereka … Lihatlah keyakinan mereka bahwa Syahid itu anugrah, lihatlah bagaimana mereka tidak ingin mati kecuali di medan ribath, ihatlah bagaimana luka yang menganga di perut dan kaki tidak membuat mereka ciut nyali, lihatlah bagaimana mereka lebih memilih tetap di medan ribath hidup dalam pengepungan sholawat murtad dan di bawah bombardir jet tempur kuffar laknat ketimbang pulang berlibur walau hanya 3 hari istirahat. Lalu siapakah sebenarnya mereka? dari mana mereka datang? di mana mereka sekolah dan siapa para pendidiknya? maka jawabannya: ketahuilah mereka adalah para junud Daulah, mereka datang dari sekeping bumi Allah bernama Nusantara bukan Indonesia. Mereka dididik oleh Allah subhanahu wa ta’ala lewat perantara hamba-hamba-Nya yang sholeh di madrasah jihad, pena mereka adalah AK-47 dan farian nya, sedang penghapus mereka adalah granat tangan dan pemicunya, bacaan mereka adalah kitabullah, senandung mereka adalah nasyid-nasyid penyemangat dan diiringi musik dari desingan peluru senapan para shohawat penghianat murtad, sedang hiburan mereka adalah kembang api dari dentuman bom pesawat kuffar laknat, ijazah mereka adalah syahadah dan gelar mereka adalah Syuhada Insya Allah.
Jangan kalian anggap mereka itu mati sesungguhnya mereka itu hidup di sisi Robbnya mendapat rezeki namun kalian yang tidak mengerti. Adapun untuk Hatf Saiful Rasul Abi katakan : selamat wahai ananda, sungguh ananda telah bahagia, Abi tahu ananda hidup di sisi Robbmu dan insya Allah sebentar lagi tidak lama lagi Abi akan menyusulmu. Al Faqir llalloh Saeful Anam Bin Saefuddin-Fakalloh Asrah. Selamat Jalan Mujahid Kecilku Abi Dan Ummi Bangga Kepadamu.
(diambil dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwibh7LHjpjWAhXHsI8KHUtlAKoQFggqMAA&url=https%3A%2F%2Farchive.org%2Fstream%2FSelamatJalanMujahidKecilku%2FSelamat%2520Jalan%2520Mujahid%2520Kecilku_djvu.txt&usg=AFQjCNHm7RRG68TumfLCPjJkmgCtNLzNXw)