Nusantarakini.com, Jakarta –
Simbol itu suatu hal yang peka dan subjektif bagi pemiliknya. Ketika simbol itu terusik akibat suatu tindakan yang di luar kelaziman, maka audiens dari simbol itu akan bereaksi. Adakalanya marah, menahan diri, atau mengabaikan.
Semakin tebal seorang audiens simbol itu rasa afinitasnya, semakin peka reaksinya. Demikianlah yang terjadi sekarang ini dalam kasus bendera Indonesia yang terbalik di brosur Sea Games Kuala Lumpur.
Publik Indonesia ramai-ramai protes. Bahkan Menporanya sudah mengancam Malaysia.
Begitu pekanya Indonesia terhadap simbol benderanya, lalu bagaimana dengan simbol-simbol atau tanda-tanda teks di pecahan uang RI saat ini.
Banyak sebenarnya yang tidak lazim dicantumkan yang mengingatkan simbol suatu partai yang pernah berjaya di masa Orde Lama.
Masalah ini sebenarnya sudah mengemuka, namun dijawab sekenanya saja oleh pihak yang berwenang yang akibatnya kurang memuaskan.
Mulai dari lambang BI yang mirip palu dan arit. Sekarang tambah lagi, pada karakter huruf yang digunakan pada kata Indonesia.
Kenapa tidak Indonesia dalam karakter huruf yang lazim? Mengapa harus seperti ada bentuk arit? Ini pertanyaan wajar, dan harusnya dibongkar jawabannya.
Pertama, siapa designer yang merancang lembaran uang kertas emisi 2016 ini? Terus, dicetak dimana? Kabarnya di perusahaan swasta, di Kudus, bukan di Peruri. Terus siapa yang memutuskan design uang RI gambarnya begitu?
Itu semua tak pernah terungkap. Soalnya ini tentu tidak sekedar karya seni yang tanpa makna simbolik tertentu. (bgt)