Nusantarakini.com, Jakarta –
Seorang pengamat ekonomi menyatakan bahwa perdagangan Indonesia – China (RRC) pada semester 1 2017 merugikan (defisit) Indonesia sebesar Rp 881 Triliun (6,628 miliar dollar Amerika).
Di Amerika Donald Trump melancarkan kebijakan dengan doktrin “America First” (Kepentingan Amerika Nomor Satu) untuk mengembalikan kejayaan negaranya, sebaliknya rezim Jokowi – JK seperti melancarkan kebijakan “China First”.
Kepentingan China adalah nomor wahid, sedangkan pribumi, khususnya umat Islam, nomor sekian. Wujudnya ialah investor China, teknologi China dan produk-produk China ditampung sedemikian rupa, mengalir deras yang akibatnya nanti membuat Indonesia ketergantungan kepada China.
Seperti yang dikatakan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia, Thomas Lembong, solusi untuk mengatasi defisit tersebut, investor China dan turis China harus lebih banyak didatangkan ke Indonesia. Luar biasa sesatnya cara berpikir rezim ini.
Adalah meragukan untuk dapat mengatasi defisit perdagangan bagi Indonesia, dengan cara demikian. Sebab karakter turis dan investor China, ibarat bertamasya, bukannya bawa duit untuk makan-makan, malah bawa rantangan dari rumah untuk menghemat pengeluaran.
Di dalam negeri, kelihatannya kebijakan “Chinese First” juga makin terlihat. Tentu suatu hal yang disesalkan jika ini sungguh-sungguh berjalan lama. (bht)