Nusantarakini.com, Jakarta –
Sejak revolusi industri akhir abad 18 di Eropa hingga pertengahan abad 20, Eropa membentuk sejarah global dengan revolusi industri nya, dan menjadikan Eropa sebagai penguasa dunia; terutama Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Portugal dan Belanda.
Kedigdayaan negara-negara di Eropa mulai surut setelah perang dunia pertama dan makin surut lagi dengan cepat tahun 1945 setelah perang dunia kedua. Fakta menunjukkan setelah itu muncul kekuatan baru yang sedang bangkit yaitu Amerika Serikat (AS). Dimana AS ini adalah penggerak utama pembentukan berbagai lembaga multinasional dan global seperti PBB, Dana Moneter Internasional (IMF), NATO, Bank Dunia dan beberapa lainnya yang semuanya didominasi AS.
Dollar AS pun menjadi mata uang dunia. Sebagian besar perdagangan global mengggunakan currency Dollar AS, termasuk cadangan devisa disimpan dalam bentuk dollar AS. AS juga telah menjelma menjadi kekuatan militernya terkuat, serta menempatkan di seluruh pelosok dunia, untuk kepentingan AS sebagai penguasa global dunia .
Namun, kondisi kontemporer AS saat ini mengalami kemerosotan dan keterpurukan ekonomi, yang disebabkan karena overstrect; lebih besar pasak daripada tiang. Ditambah lagi problem untuk biaya perang di Korea dan Vietnam, invasi ke IRAK, serta perang dingin dengan Uni Soviet dan sekutunya. Hal ini membuat AS harus mengeluarkan stok dollarnya begitu besarnya. Termasuk juga biaya yang dikeluarkan untuk perannya sebagai “Polisi Dunia.”
Era kebangkitan Dunia Timur ditandai dengan kemerosotan dan keterpurukan AS akibat hal yang disebutkan di atas. Sektor manufakturing AS mengalami kemunduran dan Cina sebagai pemasoknya. Sekaligus menjadi Kreditor, Investor dan Banker.
AS mengalami devisit neraca perdagangan dengan Cina dan neraca pembayaran serta APBN secara berkelanjutan.
Krisis moneter tahun 2008 adalah kegagalan AS dalam intervensi pasar yang mengalami depresi; dan AS gagal sebagai penopang ekonomi dunia global.
Partai Komunis Cina (PKC) melakukan lompatan ideologi pragmatis, kembali ke akar DNA-nya yaitu Confucianisme dan birokrasi yangt efisien. Serta melakukan revolusi, modifikasi, dan modernisasi yang mencakup 4 bidang yaitu : pertanian, industri, ilmu pengetahuan teknologi dan pertahanan nasional; dan menjadikannya sebagai Konstitusi Negara. Dan ini tetap dijalankan secara konsisten meskipun ada penggantian kepemimpinan.
Keempat Konstitusi itulah yang membuat Cina dan rakyatnya hiruk pikuk bekerja, berlari menuju kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dan menjadi negara maju. Saat ini Cina sudah sejajar, bahkan sudah melewati AS maupun negara-negara di Eropa. Ini adalah kebangkitan Dunia Timur.
Penulis Martin Jacques meramalkan tahun 2050 Indonesia menjadi negara kesepuluh terkuat di dunia. Hal ini didasari dengan sejarah Bangsa Indonesia. Karena sejatinya Indonesia adalah negara besar. Para elite nusantara sudah mampu membangun Candi Borobudur yang setara dengan warisan imperium seperti Piramida di Mesir. Bahkan sebelum Indonesia lahir, sudah ada Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit sebagai pusat kerajaan di Asia Tenggara dan tercatat sebagai kekuatan regional Asia; disamping Dinasti Ming di Cina.
Namun saat ini Indonesia berada di dalam berbagai kelemahan struktural. Karena sejak reformasi kejatuhan Orde Baru, Indonesia terjebak kohobitasi Presidensial yang disandera oleh koalisi multi partai. Sehingga Presiden dan kabinetnya tidak bisa bekerja secara efektif, dan memerlukan konsensus eksekutif dan legistatif yang menuntut imbalan politik, sehingga membuat kinerja Presiden dan kabinetnya tersendat dan terganggu.
Revolusi, modernisasi, inovasi serta birokrasi yang efisien, dengan kembali ke DNA-nya Bangsa Indonesia, yaitu Demokrasi Pancasila dan Gotong Royong sebaiknya segera dijalankan. Rakyat dipimpin oleh Negarawan yang memiliki hikmat kebijaksanaan serta dipilih dalam musyawarah perwakilan (sila ke empat). Sehingga diharapkan mampu menihilkan hiruk pikuk provokasi antar ras dan agama serta pribumi dan non pribumi.
Hal ini diharapkan akan memberi dampak kepada seluruh rakyat Indonesia supaya bisa fokus bekerja, berkarya, berinovasi menuju tinggal landas menjadi negara maju, serta tercapai kesejahteraan rakyat yang berkeadilan(sila kedua). Dengan demikian bangsa kita bisa ikut berperan dan ada di dalam Kebangkitan Dunia Timur. [mc]
CINTA NKRI🇮🇩
*Chandra Suwono, Pemerhati Ekonomi, Politik dan Budaya.