Nusantarakini.com, Jakarta –
Apa yang terjadi dalam waktu singkat hingga disahkannya UU Pemilu yang berisi Presidential Threshold 20% harus dilihat secara berangkai dengan hal-hal sebelumnya yang arahnya jelas mengukuhkan rezim Jokowi bergerak menuju kediktatoran.
Inilah delapan hal rangkaian mengarah pada gejala kediktatoran itu.
1. Keliling luar negeri ke Turki, Jerman dan Eropa diduga dalam rangka mempersuasi dunia Barat dan Islam, supaya bila aksi represif dilancarkan rezim, tidak menimbulkan protes dari dunia Barat dan Islam.
2. Usaha pembunuhan brutal terhadap Hermansyah, pendukung gerakan Islam dari golongan profesional dan ahli, yang dipandang sebagai pesan teror kepada siapa pun yang mencoba melawan.
3. Pembubaran sepihak oleh pemerintah Jokowi terhadap HTI yang dipandang sebagai basis kelas menengah Muslim dan menyampaikan pesan bahwa rezim sudah siap menghancurkan secara massal lawan-lawan politiknya.
4. Penerbitan Perpu No.2 tahun 2017 digunakan untuk membungkam ormas Islam manapun yang eksprimen awalnya telah diterapkan kepada HTI sebagai yurisprudensi aksi kediktatoran.
5. Memaksakan Presidential Threshold 20% yang diisyaratkan untuk menghadang umat Islam dan menjegal capres terkuat pilihan rakyat sekaligus mengamankan kediktatoran yang seolah-olah demokratis.
6. Kapolda Metro Jaya baru Irjen. Idham Azis yang pernah sama-sama di Densus 88 bersama Tikar diangkat bersamaan waktunya dengan pembubaran HTI dan Presidential Threshold 20% sebagai pesan bahwa tangan-tangan koersif kekuasaan siap dioperasikan.
7. Kapolda Metrojaya yang dikenal bersikap keras terhadap pergerakan umat Islam dengan nama populer Iwan bule naik menjadi Asops Kapolri atau bahasa lainnya operator lapangannya Kapolri.
8. Jangan lupa, fasilitas komunikasi bebas warga dunia pun, yaitu Telegram, ditutup demi mengirimkan pesan intimidasi bahwa medsos tidak lagi bebas bagi warga.
Dapat dikatakan perubahan formasi kekuasaan yang berlangsung cepat ini bagian dari grand design rezim untuk memberangus kekuatan rakyat yang tengah menggeliat memperlihatkan perlawanan terhadap kecenderungan diktatorsif dan autokratik rezim.
Kendati ditentang, rezim tidak peduli dan jalan terus mengukuhkan tendensi autokratiknya. (htt)