Nusantarakini.com, Jakarta –
Berikut adalah surat terbuka dari Habib Husein Alhabsyi, Imam Ikhwanul Muslimin Indonesia, yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo untuk yang kedua kalinya yang diterima redaksi Nusantarakini.com. Selamat membaca.
————————–
TAHTA ANGKARA
Surat terbuka Imam Ikhwanul Muslimin Indonesia Habib Husein Alhabsyi kepada Presiden Jokowi
*********
Kepada Yth, Presiden Joko Widodo
Salam,
Semoga Saudara masih diberkahi akal dan pikiran yang sehat dari Allah
Saya menulis surat terbuka yang kedua untuk Anda sebagai ungkapan kegelisahan dan kekhawatiran akan nasib dan masa depan bangsa ini.
Saya yakin kita sama-sama bersepakat bahwa kepentingan bangsa dan negara merupakan prioritas yang diletakkan di atas kepentingan pribadi ataupun golongan. Namun apa yang tampak saat ini sangat terlihat jelas ambisi kekuasaan telah membutakan mata hati dan akal sehat Anda. Kebijakan Anda mengeluarkan perpu pengganti UU tentang Ormas menggambarkan kegelisahan dan ketakutan Anda yang mendalam karena kuatir kekuasaan Anda akan hilang.
Selama ini saat Anda tengah menikmati nikmatnya kekuasaan bagi Anda dan bahkan mungkin nikmatnya tidak pernah Anda mimpikan sebelumnya. Cara-cara diktator Anda gunakan untuk membungkam lawan-lawan politik serta mereka-mereka yang berseberangan dengan Anda.
Pada surat sebelumnya saya sampaikan bahwa tidak akan mungkin Anda dapat membuat seluruh rakyat Indonesia sepakat dan berdiri dalam barisan Anda. Karena perbedaan dan pertentangan adalah suatu keniscayaan. Dan bisa saya yakinkan bahwa cara penindasan tidak akan pernah berhasil memaksa rakyat untuk menjadi pemujamu. Mungkin sebentar lagi HTI akan menjadi mangsa pertama Perpu Anda, kemudian diikuti oleh organisasi-organisasi lain terutama ormas Islam yang dianggap tidak sejalan dengan Anda.
Tindakan Anda dengan mengeluarkan Perpu Ormas ibarat Anda memutar kembali arah jarum jam ke belakang. Jiwa Perpu Ormas adalah serupa dengan asas tunggal dalam wajah berbeda. Kala rejim otoritarianisme Soeharto berkuasa asas tunggal Pancasila dipakai guna membungkam lawan-lawan politiknya lewat memberlakukan azaz ormas.
Sementara, rejim Jokowi menggunakan Perpu Ormas dengan menggunakan Pancasila sebagai tafsir tunggal dan menggeser kewenangan lembaga peradilan guna membungkam eksistensi ormas. Yang satu memakai perangkat asas organisasi sedangkan satu lagi menggunakan piranti hukum yang substansial.
Anda mungkin alpa, paska reformasi semua eksponen politik telah bersepakat untuk mengedepankan hukum sebagai panglima. Thus, menjadikan pengadilan sebagai the last resort dalam memutus setiap sengketa ideologis organisasi. Dalam konteks ranah peradilan, setiap eksponen maupun organisasi massa diberi kesempatan seluas mungkin untuk membuktikan sekaligus membela diri ketika terjadi upaya-upaya pembleidelan. Dalam konteks Perpu Ormas, tak ada ruang pembelaan diri. Secara substansial substansial sami mawon dengan asas tunggal.
Dari sisi diterbitkannya asas tunggal maupun perpu ormas ternyata ada kemiripan. Apa itu? Keduanya, menjadikan Pancasila sebagai tameng dan alasan sebab ideologis guna melakukan keseragaman dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara. Keduanya, baik Soeharto maupun Jokowi adalah wajah penguasa yang otoritarianis.
Dalam pengertian sederhana, pengertian Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, ialah terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan berbangsa dan bernegara.
Sedangkan Pancasila, sebagai asas tunggal Pancasila dapat diterjemahkan sebagai penyeragaman dalam bidang ideologi yang dilakukan pemerintah Orba. Anggapan dasar Orba bahwa perbedaan ideologi adalah sumber perpecahan Bangsa. Asas Tunggal Pancasila dimaksudkan agar stabilitas politik dan keamanan nasional sebagai faktor terpenting bagi pembangunan nasional dapat terwujud. Oleh karena itu semua kekuatan sosial-politik dipaksa mengubah dasarnya dengan Pancasila.
Perpu Ormas 2017 mempunyai kemiripan dengan konsiderans asas tunggal yakni adanya tafsir tunggal bahwa ideologi lain selain Pancasila dapat menjadi sumber perpecahan dan anti kebhinekaan di republik ini.
Sehingga saya haqqul yaqin Perpu Ormas akan Anda jadikan sebagai senjata untuk membungkam lawan Anda seperti halnya UU subversi yang digunakan pemerintah lalu dalam rangka melanggengkan kekuasaannya.
Perlu saya ingatkan bahwa Anda mungkin dapat membubarkan secara paksa suatu organisasi yang berseberangan dengan Anda atau membungkam kelompok-kelompok yang tidak mendukung anda, namun itu tidak lantas menjadi penjamin keberlangsungan kekuasaan Anda. Sejarah telah mencatat bahwa tidak pernah ada diktator yang selamat dari pengadilan rakyat, seluruhnya jatuh dengan tragis oleh pedang keadilan rakyat dan memang itulah balasan yang layak bagi para penindas rakyat.
Rencana Anda juga untuk memblokir media sosial dengan alasan terorisme merupakan hal yang mengada-ada. Apabila hanya karena teroris menggunakan media sosial dalam kegiatannya lantas media sosialnya yang harus ditutup, maka apakah Anda juga akan menutup bank, karena teroris menggunakan bank dalam bertransaksi. Atau menutup pabrik tas punggung karena teroris sering menggunakan tas punggung; dan juga menutup pabrik panci karena panci sering menjadi pilihan teroris?
Sudahilah permainan sandiwara Anda. Buka topeng Anda karena masyarakat kita tidak sebegitu bodohnya. Semua juga mengerri Anda sedang panik karena semakin hari semakin banyak penolakan terhadap kepemimpinan Anda. Tapi tolong jangan korbankan intelektual Anda dengan membuat kebijakan konyol.
Lupakah Anda bahwa media sosialah yang mengantarkan Anda merebut kekuasaan? Siapa yang mengenal Anda waktu itu kalau bukan peran media sosial? Bahkan sampai saat ini pun Anda masih menggunakan media sosial untuk memoles citra Anda.
Jangan karena semakin banyak orang menyuarakan kebenaran tentang kekurangan Anda di media sosial sehingga mengalahkan citra semu Anda, terus Anda menjadi murka terhadap media sosial.
Bertarunglah secara jantan layaknya ksatria yang tidak hanya siap menerima pujian, tapi juga siap menerima kenyataan pahit tentang kebenaran. Anda tidak bisa menahan teknologi dan perkembangan jaman hanya karena ingin terus berkuasa.
Satu hal lagi yang tidak akan lelah saya mengingatkan, tolong benahi kepolisian karena kami tahu perilaku kepolisian tidak lepas dari perilaku Anda. Memang suatu kesalahan besar bagi kita jika mengharapkan keadilan dari kepolisian mengingat sepak terjangnya selama ini, tapi janganlah terlalu berlebihan.
Berulang kali kepolisian memberikan tontonan yang jauh dari etika penegak hukum. Kasus yang terakhir dimana kepolisian memperlakukan pelaku percobaan pembunuhan pakar IT Hermansyah bak seorang celebrity, dijamu makan sambil ditemani petinggi kepolisian tanpa sedikit pun memiliki empati terhadap korban.
Wajar bila ada orang beranggapan bahwa pelaku kejahatan dan kepolisian berada dalam satu tim, sungguh memalukan. Kami faham betul apa yang dilakukan oleh kepolisian merupakan instruksi Anda.
Kami juga mendengar bahwa Anda menginstruksikan kepolisian untuk membentuk unit khusus “pencari pasal” yang bertugas mengutak-atik pasal agar bisa dikenakan kepada siapa saja yang Anda kehendaki, dan sebagai institusi yang berada langsung di bawah Anda. Tentu dengan mentalitas dan perilaku kepolisian yang saat ini tengah merosot akan dengan senang hati melaksanakan tugas “mulia” itu.
Apakah Anda sebegitu takutnya kehilangan kekuasaan, seolah-olah tanpa kekuasaan Anda akan binasa? Kami juga faham bahwa bukan hanya Anda yang takut anda tidak lagi menjabat. Orang seperti Megawati tentu akan merasa sangat kehilangan jika Anda gagal mempertahankan kekuasaan. Dia tidak akan bisa lagi memamerkan kekuasaan serta mengamankan dosa-dosanya dan terutama mengorbitkan pewaris tahta Puan Maharani, makanya dia pun akan melakukan apa saja untuk mempertahankan Anda sebagai penguasa bahkan melecehkan agamanya sendiripun dia sanggup.
Kemudian, siapa yang tidak kenal Luhut Panjaitan, orang yang sebenarnya berperan sangat signifikan dalam pemerintahan Anda. Kalau saya ibaratkan, Anda dan Luhut ibarat dua sisi keping mata uang, dimana satu dengan yang lainnya tidak bisa hidup sendiri. Anda bukan apa-apa tanpa Luhut dan demikian sebaliknya. Luhut pun akan sangat takut jika Anda gagal mempertahankan kekuasaan, mengingat begitu banyak kepentingan perusahannya akan terhambat jika berganti penguasa, sehingga dia pun akan berupaya membasmi musuh-musuh Anda dengan cara apapun.
Memang kekuasaan itu laksana candu yang selalu memasukkan. Sehingga tidak jarang orang akan menempuh jalan sesat untuk meraihnya. Tapi saya masih menaruh harapan agar Anda bisa kembali menggunakan iman dan akal sehat dalam memimpin serta mempertahankan kekuasaan dengan cara-cara yang terpuji.
Sebab jika Anda mempertahankan kekuasaan dengan jalan penindasan, maka yakinlah rakyat akan mengambil paksa kekuasaan dari tangan anda. Demi Allah, jika kondisi yang saya ceritakan ini masih terus berlanjut maka revolusi tak bertuan akan terjadi di negara kita.
William seakspaer pernah berkata bahwa hidup ini seperti permainan dan sandiwara, namun yang paling bodoh dan goblok adalah orang yang bermain sandiwara tapi tidak mendapat sorakan dari penonton. Inilah sandiwara yang dimainkan oleh centeng (pembela kekuasan) Anda.
Ya Allah, hamba bermohon kepadaMu dengan kemarahan dan kemurkaanMu, dengan laknat dan kutukanMu, dengan kebencian dan permusuhanMu atas kedzoliman, kefasikan, kemunafikan, kesombongan, penghianatan, kemusrikan, korupsi, dan kekufuran. Ini sudah menjadi ketetapanMu atas diriMu sendiri dan atas hamba-hambaMu.
Hamba bersumpah dengan kemulian, keagungan, dan kebesaranMu. Engkau tidak akan pernah merubah ketetapanMu atas diriMu hamba-hambaMu dalam segala hal.
Dengan itu semua, hamba bermohon Kau binasakan, Kau hancurkan, para penguasa di permukaan bumi ini yang mendzolimi, menghianati, menindas rakyatnya. Berikan pelajaran yang telak kepada mereka, dan gulingkan mereka dengan rahmatMu.
Amboy para penjahat dan para perampok harta negara, kalian berselimut di dalam pakaian Bhinneka Tunggal Ika, Nasionalisme, Pancasila, dan NKRI melompat-lompat seperti kera membuat iblis menjadi tertawa. [mc]
Salam
*Habib Husein Alhabsy, Imam Ihwanul Muslimin Indonesia.