Nasional

GeRAM Siap Mengawal Kebijakan Pemerintahan Irwandi-Nova Dalam PSDA

Nusantarakini.com, Banda Aceh – 

Gerakan Rakyat Aceh Menggugat (GeRAM), organisasi yang memfokuskan diri terhadap keadilan lingkungan hidup, menyatakan kesediaan dan kesiapan untuk mengawal kebijakan pemerintah, Gubernur terpilih Irwandi-Nova, kebijakan terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA).

“Tentu saja kami sebagai bagian dari masyarakat Aceh, sangat berharap kepada pemerintahan Irwandi – Nova, dilantik pada hari ini (Rabu, 5 Juli 2017) selama masa periode pemerintahan nya untuk lebih memperiotaskan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup dari pada kepentingan ‘uang, didalam kebijakan kebijakan pembagunannya selama 5 (lima) tahun kedepan,”  tegas Nurul Ikhsan, salah seorang penasehat hukum GeRAM, dalam keterangan tertulisnya kepada Nusantarakini.com, Rabu (5/7/2017).

Menurut Ihksan, prioritas lingkungan hidup dan pembangunan bekelanjutan bukanlah hal sulit bagi gubernur Irwandi karena sudah termantup dalam visi misi nya pada saat kampanye sebagai calon gubenur dihadapan Rakyat Aceh, dan janji kampanye bukan sekedar janji, tetapi merupakan alasan mengapa pemilih memilih Irwandi-Nova di TPS.

GeRAM, pada periode Pemerintah Aceh yang lalu, kata Ikhsan, pernah menggugat Pemerintah dan Pemerintah Aceh karena tidak memasukan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) kedalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Aceh Tahun 2013 – 2033. Pemerintah Aceh berpendapat tidak dimasukan KEL kedalam RTRW Aceh karena sudah terakomodasi makna KELi kedalam kawasan lindung didalam RTRWA.

“Padahal subtasi kawasan lindung dan KEL sangat berbeda dari segi perlakukan dan tanggungjawab pemerintah dalam pengelolaan dan pendanaan sebagai disebutkan dalam Pasal 150 UUPA No.11 Tahun 2006,” ujarnya.

Sementara GeRAM, kata Ikhsan, berpendapat lain Kawasan Ekosistem Leuser adalah kekayaan alam yang berbentuk bentang alam yang memiliki keunikan, bahkan yang paling unik dari 25 bentang alam sejenis yang ada di dunia.

Menurut Emil Salim, sebagaimana disampaikan oleh Prof Emil Salim dalam keterangan ahlinya pada persidangan di Pengadilan Jakarta Pusat, November 2016, Perkara Nomor 33/Pdt.G/2016/PN.JKT.PST., menyampaikan wajar saja Pemerintah secara Nasional menetapkan KEL sebagai Kawasan Strategis.

Selain itu keberadaan KEL sudah ada sejak masa Kolonial Belanda, yang tertuang didalam Kesepakatan Tapak Tuan kemudian dituangkan dalam decree gubernur Aceh tahun 1933, yang merupakan wujud dari perjuangan diplomasi dari pemuka pemuka masyarakat pada masa itu yang menentang invansi dari perkebunan dan perusahaan pertambangan penjajahan Belanda di wilayah Aceh (Said Mudahar Ahmad, dalam bukunya. Pada saat ini gugatan dari GeRAM tersebut sedang diperiksa pada tingkat Banding di Pengadilan Jakarta.

Menurut Nurul Ikhsan, Kawasan Ekosistem Leuser itu tidak semuanya kawasan lindung, ada juga area pengunaan lain (APL), tapi anehnya APL yang seharusnya menjadi manfaat untuk sumber sumber kehidupan masyarakat banyak, malah dikuasai oleh segelintir orang yang diberi hak melalui izin untuk membuka usaha perkebunan besekala besar dan izin usaha pertambangan, sehingga pada akhirnya masyarakat Aceh terjebak untuk merambah kawasan lindung dan atau dituduh menyerobot lahan milik perusahaan sehingga harus berurusan dengan hukum.

Hal di atas, kata Ihksan, sangat bertentangan dengan semangat perjuangan diplomasi pemuka pemuka masyarakat pada masa kolonial.

“Pemerintah Aceh seharusnya patuh pada amanat Pasal 150 Undang Undang Nomor Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh,” tutur Ikhsan.

Aman Jarum, salah seorang anggota GeRAM, menyatakan, telah lama melakukan penyelamatan hutan Aceh, khususnya hutan hutan di Pining Gayo Lues, usahanya terasa sia sia, karena Pemerintah telalah lalai dan abai melakukan pencegahan terhadap perambahan dan kerusakan hutan di Pining, Pemerintah juga telah menerbitkan izin baik usaha tambang dan usaha lainnya di kawasan hutan Pining.

“Anak cucu kita nantinya tidak butuh tambang yang mereka butuhkan nantinya adalah air bersih dan hutan yang menjadi tempat penyimpanan air, apalagi sumber mata air di Pining mengaliri sungai sungai di Tamiang, Aceh Timur dan juga sungai di Nagan Raya.

“Apa kita tega merusak alam yang merupakan titipkan amanah kepada kita, bukannya Allah SWT telah berfirman didalam Al Quran, untuk tidak membuat kerusakan di mua bumi”, kata Aman Jarum.

Pembangunan apapun yang dilakukan Irwandi-Nova sebagai Gubenur Aceh dalam lima tahun kedepan perlu mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan, KEL, dan mengakomodasi kepentingan masyarakat di sekitar hutan, sebagaimana dinyatakan dalam UUPA No.11 tahun 2006.

Seharusnya, GERAM dan Pemerintah Aceh sejalan, tidak perlu membuang-buang energy lagi gugat menggugat di pengadilan karena perbedaan kepentingan. [mc]

 

Terpopuler

To Top