Nusanatarakini.com, Jakarta –
Suasana mudik lebaran tahun 2017 ini terasa berbeda dengan tahun lalu. Arus mudik kendaraan sepanjang jalan dari Jakarta menuju ke Jawa Barat dan Jawa Tengah tidak sepadat tahun lalu. Saat puncak arus mudik, kendaraan roda empat yang melalui tol Cikampek dan Cipali nampak tidak terlalu padat seperti tahun lalu. Demikian juga arus kendaraan bermotor yang melalui jalur Pantura non toll juga tidak sepadat tahun lalu.
Suasana lebaran di kampung nampak sederhana. Kemeriahan suasana hari raya tidak semeriah tahun lalu. Di dusun Nglarangan, Kedu, Temanggung, suasana lebaran juga terasa sederhana. Di dusun yang warganya banyak merantau ke luar daerah ini, pesta lebaran dirayakan dengan sederhana. Tahun ini tidak ada pesta kembang api dan petasan seperti tahun lalu.
Pendapatan yang terus menurun dan meningkatnya pengeluaran belanja masyarakat ditengarai sebagai faktor sepinya suasana lebaran tahun ini. Kesulitan ekonomi ini juga nampak dari menurunnya jumlah pemudik tahun ini. Sejauh ini belum ada data valid berapa jumlah penurunan pemudik tahun ini. “Dua anak saya yang di Jakarta, semua tidak mudik lebaran tahun ini”, cerita Bagiyo, warga dusun di lereng gunung Sumbing ini.
Disisi lain, keluhan melambatnya ekonomi Indonesia juga dikeluhkan oleh pelaku bisnis. Seorang pengusaha di Jakarta yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan saat ini mereka dalam situasi yang sulit. “Termin pembayaran untuk supplier proyek-proyek infrastruktur yang berurusan dengan BUMN seperti proyek toll, dam, kereta dan lainya, kini dibayarkan setelah 6 bulan dari invoice ditagihkan”, keluh pengusaha muda ini. Kebijakan ini berpengaruh pada manajemen keuangan mulai sari pengusaha, rekanan dan karyawan.
Ternyata pelambatan ekonomi Indonesia tahun 2017 ini secara tidak langsung diakui oleh Mentri Ekonomi Sri Mulyani. Hal ini nampak dari defisit anggaran Indonesia di tahun 2017 yang terus meningkat tajam. Dalam APBN 2017, pemerintah memprediksikan defisit fiskal hanya sebesar 2,41 persen saja dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun kenyataanya defisit anggaran 2017 meningkat menjadi 2,6 persen.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, defisit fiskal ini disebabkan oleh penurunan penerimaan pajak dan bea cukai, serta membengkaknya pengeluaran belanja negara.
Penurunan penerimaan pajak dan bea cukai diperkirakan akan mencapai Rp.50 triliyun sepanjang tahun 2017. Sedangkan belanja negara akan membengkak sebesar Rp.10 triliyun. Sri Mulyani mengungkapkan pembengkakan belanja negara tahun ini dikarenakan adanya program sertifikasi tanah, pilkada serentak dan pemilu, serta pembangunan infrastruktur, termasuk pengadaan lahan yang biayanya ditopang APBN.
Dan yang lebih parah lagi, pemerintah akan mencabut subsidi dan mendongkrak sektor pajak masyarakat untuk menutup defisit anggaran. Salah satu yang sudah dirasakan masyarakat saat ini adalah pencabutan subsidi listrik dan BBM.