Menapak Langkah Mencari Ilmu Hikmah (5)

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Suatu ketika, sekitar pukul 23.00, teman dari komplek H minta tolong untuk menyembuhkan salah satu dari teman-teman dari Surabaya wisata ke Parang Tritis ada yang kesurupan, dan mau lari ke arah laut.  Beruntung dipegangi teman-temannya.

Waktu saya diboncengkan naik sepeda motor menuju ke Parang Tritis, hatiku berdebar-debar karena pertama kali menangani orang kesurupan dan saya belum yakin bisa apa tidak menyembuhkannya. Begitu sampai di lokasi si Mbak (yang kesurupan) duduk diam, mata terpejam dikelilingi teman-temannya yang membacakan doa dan ayat-ayat Al Qur’an, tapi tidak ada reaksi.

Saya maju mendekat dan salaman (maaf darurat) langsung bereaksi. Matanya melotot tajam melihat saya, terus saya minta tolong agar yang kesurupan dituduhkan. Saya ambil tasbih terus dibacakan doa minta pada Allah agar tasbih ini beratnya 300 kg (sesuai petunjuk mbah Ahmad). Lalu tasbih saya taruh di perutnya. Reaksinya luar biasa. Si Mbak teriak-teriak minta ampun sambil menggeliat persis ibuku dulu. Begitu tasbih saya angkat, si Mbak lalu lemas. Tidak berapa lama kemudian sadar kembali, walaupun awalnya seperti orang agak bingung.

Peristiwa itu membuat hatiku senang dan bahagia, ternyata telah saya temukan ‘Ilmu 300 Kg’ yang selama ini saya cari. Hampir 7 tahun lamanya. Sejak saat itu pula saya semakin rajin puasa dan wirid ilmu-ilmu dari para kiai, ustadz dan dari teman-teman yang dibawa dari Pondok lain, terutama Ilmu Al Hikmah.

Pada tahun 1997 sampai tahun 2001 saya keliling Indonesia dengan Paguyuban Paranormal dan penyembuh alternatif yang berjumlah 12 orang. Tahun 2001 saya memutuskan buka klinik pengobatan di Yogyakarta dan berkembang sampai membuka cabang di Jakarta, Bandung, Lampung dan Palembang, Alhamdulillah pasien cukup banyak karena media promosi adalah TVRI pusat.

Walaupun begitu, saya belum puas, karena saya ingin melengkapi metode penyembuhan dengan OPERASI BEDAH GHAIB (dibedah untuk mengambil isi dalamnya dan ditutup, namun begitu dibuka tidak ada bekasnya).

Untuk itu saya keliling mencari ilmu itu. Antara lain ke Mbah Engkin (70 thn) di Desa Binuangeun, Malimping, Lebak, Banten. Ketika saya ditanya sudah pernah menyaksikan ilmunya belum? Saya bilang belum pernah. Lalu beliau asah golok. Setelah tajam, golok diiriskan ke paha, berdarah. Lalu diusapkan dengan air tidak ada bekasnya. Dilanjutkan dengan tangan dan lidahnya semuanya berdarah. Namun begitu kena air langsung luka hilang tanpa bekas. Hebat….. Namun bukan yang saya cari. Karena bila terlambat dikasih air maka luka tersebut tetap menganga.

Kemudian saya ke Ciamis, rumah Mbah Oman, yang pernah tampil 3 (tiga) kali di program acara ‘Silet’ RCTI dan majalah Gatra. Setelah 6 (enam) kali ke sana baru ketemu. Pagi-pagi pukul 06.00 saya sudah menunggu dengan beberapa tamu yang mau ganti minyak. Mereka bercerita, karena kesulitan ekonomi, mereka datang ke Mbah Oman dikasih amplop kosong dan minyak isi 5 cc. Setiap pagi di dalam amplop ada uang 100 ribu rupiah. Kalau harus ganti minyak maka di dalam amplop ada kertas berisi tulisan ganti minyak. Saya tidak percaya sebelum membuktikan.

Pas giliran saya menghadap beliau, saya kemukakan mau belajar ‘Ilmu Bedah Ghaib.’ Saya dikasih kertas polos dilipat kecil digenggam tangan kiri dan tangan kanan pegang pulpen, baca fatihah 1x. Begitu dibuka, ada tulisan yang mengandung nasihat, “Perlu sabar dan tabah belajar ilmu…”

Saya disuruh baca ayat kursi 1000x dan doa Nurbuwat 1000x. Setelah dicoba beberapa malam gagal terus, akhirnya saya menghadap beliau yang sedang berduka karena dua putranya meninggal dunia dalam jarak waktu dua minggu. Sejak itu, beliau jarang terima tamu.

Dan yang terakhir ada ahli bedah ghaib di Magelang. Ketika saya datangi, beliau memberikan ramuan jamu pada pasien. Ketika saya tanya, “Kok kasih jamu ke pasien bukan dengan ‘Bedah Ghaib’?”

Beliau cerita, bahwa beliau pakai ilmu Bedah Ghaib karena bersekutu dengan jin. Suatu ketika jin “ngambek” waktu operasi, sehingga luka tidak bisa ditutup, terpaksa dibawa ke RS untuk dijahit. Beliau masih trauma mau praktek ilmu tersebut. Dan masih ada beberapa orang yang memiliki ilmu yang sama yaitu bersekutu dengan jin yang melakukan bedah ghaib tersebut.

Dengan pengalaman-pengalaman tersebut menjadikan saya makin dewasa dalam blantika kehidupan bidang spiritual. Yang nampak hebat di dunia belum tentu bermanfaat di akhirat nanti. Dalam bidang pengobatan, suatu ketika kita akan sampai pada persimpangan kanan dan kiri. Terserah pribadi masing- masing dalam memilih. Cuma sampai saat ini saya tetap mengamalkan Ilmu Al Hikmah dan Ilmu Hikmah lainnya.

Dengan sisa umur yang tidak seberapa ini, kita hanya satu tujuan yaitu melakukan sesuatu yang mengharapkan Ridlo Allah SWT.

Akhirnya sampailah detik-detik perpisahan dengan teman-teman yang menyimak kisah tentang saya sebulan penuh. Tidak ada kata yang bisa saya ucapkan selain mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar- besarnya bila ada kata yg menyinggung perasaan dan kata tidak sopan.

Bersama ini pula saya mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin, Taqobbalallahu minna wa minkum Taqobbal Yaa Karim…..”

SELESAI

*Ustadz Abdul Hadi (Lay Fong Fie), Pakar Pengobatan Tradisional dan Ahli Spiritual, Pendiri Perguruan Tenaga Dalam “Hikmah Sejati”, Yogyakarta. [mc]