Nusantarakini.com, Jakarta –
Bukan kebetulan jika 200 juta rakyat yang berdiam di negeri kepulauan ini, secara tragis telah diubah selera makannya oleh taipan pemilik indomie.
Sejak kapan Indonesia gemar makan mie dari pada sagu, jagung dan beras yang menjadi makanan tradisional, persis seperti mempertanyakan sejak kapan Indonesia berubah menjadi Indomiesia.
Indomie yang bahan bakunya gandum imporan secara bertahun-tahun pelan tapi pasti menjadi makanan populer rakyat Indonesia.
Demikian dahsyatnya pola penetrasi mie ini, persis seperti pola penetrasi rokok ke dalam gaya hidup rakyat Indonesia. Misterinya, baik mie instan maupun rokok, mengapa para taipan yang menguasainya?
Luar biasa dahsyat mereka mengubah pola konsumsi rakyat di kepulauan ini hingga sepenuhnya bergantung makanan dan rokok kepada merekan. Hanya akal yang berorientasi menguasai yang dapat melakukan itu.
Mie instan tetaplah mie instan. Dia tidak seperti jagung, beras, ubi, singkong atau sagu yang menjadi bahan makanan pokok masyarakat nusantara sejak lama.
Mie instan ini sengaja dirancang berbahan baku gandum imporan, supaya rakyat bergantung ke produsen mie instan itu.
Lagi pula, mie instan ini bukanlah makanan pokok yang mengenyangkan seperti efek yang dirasakan saat makan nasi atau ubi. Namun bagi masyarakat, banyak yang mulai mengandalkan mie sebagai makanan pengganti nasi, terutama masyarakat miskin.
Hal ini betul-betul menyedihkan. Beginilah nasib Indonesia saat dominasi para taipan dibiarkan merajalela hingga tak berlebihan dikatakan, Indonesia telah berubah menjadi Indomiesia.
Ayo! Kurangi makan mie instan. Sebab tidak menguntungkan bagi petani beras dan petani singkong dan sagu. Ini hanya memperkaya taipan dan negara asing pengekspor gandum. (drg)