Nusantarakini.com, Jakarta –
Tersebutlah di Jakarta ada seorang ‘abid. Abid adalah julukan bagi seorang Muslim yang mengabdi secara intens dan sungguh-sungguh kepada Allah.
Abid ini amat hawatir jika nilai ibadahnya kepada Allah tercemari oleh setitik riya. Riya dalam arti umumnya ialah pamer atau niat yang membelok dari semata-mata karena Allah.
Untuk mematikan gelagat riya yang ditakutinya menyelinap dari sela-sela ibadahnya, dia membungkus citranya sebagai manusia yang dikenal kasar, urakan dan awam. Pendeknya dia membiarkan dirinya underestimate di mata umumnya manusia Jakarta. Maka hilanglah citranya sebagai hamba yang alim dan abid. Kendati sifat rendah hatinya dan kepercayaan dirinya yang hanya tunduk terhadap Allah melekat kuat dari jati dirinya.
Hari-hari yang dilaluinya begitu mulus. Dia bebas mengekspresikan ibadahnya tanpa harus hawatir ada mata yang memantaunya. Dia menikmati suasana underestimate dari manusia-manusia lain terhadap dirinya. Sebab dengan begitu, tak beban bagi dirinya untuk memenuhi ekspektasi makhkuk.
Sebaliknya dia amat tekun agar ekspektasi Allah pada dirinya sebagai hamba dan khalifah-Nya, dapat dia penuhi. Baginya hanya dengan memenuhi setiap tuntutan Allah, hatinya merasa tenang, sejuk dan teduh di tengah suasana Jakarta yang panas dan ranggas.
Abid ini senantiasa mencukupi dirinya dengan ilmu dan amal. (ghl)