Nusantarakini.com, Jakarta –
Djarot Saiful Hidayat seolah mendapat pulung dengan dipenjaranya Ahok. Ia diangkat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta.
Ini merupakan keinginan lama PDIP mendudukan kadernya sebagai Gubernur DKi Jakarta. Cukup dengan memanfaatkan dan berpura-pura mendukung Ahok, maka mendapat limpahan jabatan empuk dengan mudah tanpa perlu bersusah payah serta mengleuarkan modal.
Sehingga ada sangat benarnya “sassus” PDIP memiliki agenda besar dibalik mencalonkan dan mendukung Ahok dalam Pilkada lalu. Jika Ahok terpilih akan dijerumuskan dengan sejumlah kasusnya ke penjara, dan kadernya dipersiapkan untuk mengganti posisinya. Terbukti kalahpun PDIP tetap menikmati kemenangan diatas penderitaan Ahok.
Bila PDIP mau fair dan sepenanggungan dengan Ahok, maka berkaca pada statemen Djarot yang seolah ingin menunjukkan sikap solider dengan mengajukan diri sebagai penangguh penahanan Ahok. Seakan sangat patriotik Djarot menyatakan siap menggantikan ahok masuk penjara.
Tentu logisnya seseorang tidak dapat menggantikan hukuman pidana penjara orang lain. Jadi ini statemen omong kosong belaka. Seolah heroik tapi penuh kedustaan. Karena itu jika PDIP serius ingin membuktikan kepada publik solider dengan Ahok, maka Djarot secara moral semestinya menolak jabatan PLT Gubernur, dan mengundurkan diri dari jabatannya. Ini baru bener.
Ahokers tulen harusnya menyadari, bahwa sesungguhnya Ahok hanyalah alat yg dimanfaatkan. [mc]
*Martimus Amin, Pengamat Poltik dan Hukum The Indonesian Reform.