Ekonomi

Inilah Para Penindas Ekonomi Rakyat Indonesia

Nusantarakini.com, Jakarta –

Rakyat yang melakukan reli unjuk rasa hingga hari ini, merefleksikan penindasan yang mereka rasakan.

Sebagaimana hukum sebab akibat, setiap penindasan akan berbalas tekanan dari bawah, antara lain dengan bentuk gerakan unjuk rasa.

Dalam kondisi yang sudah di luar batas toleransi, reaksi atas penindasan bisa dalam bentuk angkat senjata. Fenomena semacam itu lumrah saja dan tak perlu mengernyitkan alis penguasa.

Penindasan yang sudah lama dirasakan rakyat ialah penindasan ekonomi. Bayangkan, hingga hari ini, harga segenggam cabe rawit masih tetap di kitaran Rp.5000. Itu tentu sangat memberatkan. Belum harga bawang merah, tomat dan sayur mayur yang menjadi makanan rakyat.

Adapun daging dan ikan, sudah lama tidak menjadi menu rutin rakyat kecil. Apalagi buah-buahan.

Apakah bahan-bahan makanan itu langka karena tidak ada lahan yang cocok untuk ditanam seperti halnya gurun sahara? Tidak! Harga yang tinggi ini semata-mata penindasan ekonomi oleh segelintir mafia distributor bahan-bahan makanan.

Di bawah ini ada beberapa pihak yang terlibat menindas ekonomi rakyat.

1. Pengusaha non muslim. Non muslim jelas terlibat dalam fenomena penindasan ekonomi rakyat ini. Hal ini ditandai dengan dominasi non muslim di sektor distribusi dan produksi.

2. Non pribumi. Sebagaimana non muslim, non pribumi yang umumnya non muslim juga sangat nyata menindas perekonomian. Hegemoni non pribumi terhadap distribusi dan produksi, membuat mereka leluasa mendikte harga sekaligus menindas ekonomi rakyat.

3. Pejabat korup. Pejabat korup ini terlibat menindas ekonomi rakyat dengan peranan mereka memberi izin, proteksi, konsesi dan lisensi. Tanpa peranan pejabat korup ini, non muslim dan non pribumi tidak akan seberhasil sekarang menindas ekonomi rakyat.

4. Intelektual lacur. Para intelektual lacur yang bekerja sebagai akademisi, wartawan hingga penggiat LSM, merupakan manipulator kesadaran rakyat agar menerima keadaan ditindas oleh pihak-pihak di atas. Peranan mereka sebagai perantara opini sangat membantu berjalannya penindasan ekonomi. Mereka umumnya memainkan pembentukan opini dan warna suara publik.

5. Ulama su’. Karena rakyat Indonesia merupakan Muslim, maka peranan ulama sebagai tempat sandaran dan nasehat, sangat kuat.

Di sinilah ulama-ulama su’ yang disuap pihak-pihak penindas ekonomi memainkan nasehat sesatnya kepada umat Islam. Mereka menidurkan umat agar tidak melawan penindasan ekonomi yang mereka derita. Mereka berkawan karib dengan non muslim dan non pribumi yang menindas ekonomi rakyat.

Menetapkan non muslim dan non pribumi sebagai penindas ekonomi harus dipahami sebagaimana ungkapan Belanda sebagai penjajah Indonesia. Itu tidak berarti semua orang Belanda adalah penjajah. Namun bukan berarti ungkapan itu salah, kan?

~ John Mortir

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top