Nusantarakini.com, Jakarta –
TIADA AKU SELAIN ALLOH. TIADA TUHAN SELAIN AKU
“Kenapa Engkau Takut Melakukan Revolusi, Sedangkan Alloh Bersama Dirimu?”
Kita cukup akrab mengenal nama Syeikh Siti Jenar alias Syeikh Lemabang. Seorang mursyid yang dihukum mati dalam putusan musyawaroh para wali songo, karena mengembangkan ajaran “Bersatunya Manusia dan Alloh. Manunggaling kawulo lan Alloh.”
Ajaran Syeikh Siiti Jenar bukan ajaran baru. Dalam dunia sufi dikenal dengan paham Widahtul Wujud. Pelopornya adalah al Halaj yang dihukum mati oleh khilafah sebagai tertuduh pengembang ajaran “sesat”.
Desas desusnya Al Halaj sengaja dicari salahnya dan dihukum mati oleh sebab intrik politik. Karena Al Halaj dikenal sebagai pendukung setia ahli bait yang sangat dimusuhi penguasa saat itu.
Paham Widahtul Wujud mengajarkan semua yang ada di alam semesta adalah fana (binasa/ tidak kekal). Yang kekal/ abadi hanya Alloh Subhana wata a’la.
Eksistensi manusia sebaagai makhluk tidak ada, yang ada hanya eksistensi Alloh. “Tiada aku selain Alloh. Tiada Tuhan selain aku (Alloh)”. Laa ilaa haa ilaa ana. Begitu ujar paham Widahtul Wujud.
Para ulama hakikat menerangkan ajaran ini tidak bertentangan dengan konsep ketauhidan. Hanya saja tidak boleh sembarangan diajarkan kepada masyarakat awan supaya tidak terjadi fitnah.
Menjelang detik-detik pelaksanaan hukum mati, sang eksekutor sunan Kali Jogo (Raden Mas Said) menyampaikan wasiat kepada Syeikh Siti Jenar:
“Engkau kafir di mata manusia, tetapi sempurna dalam pandangan Alloh.”
Ada ahli berpendapat sosok Syeikh Siti Jenar fiktif. Imajiner saja. Hikayatnya sengaja dimunculkan oleh wali songo untuk mencegah faham Wihdatul Wujud tersiar bagi masyarakat umum.
*Jiher, Si Pencari Tuhan [mc]