Gaya Hidup

Mungkin Anda Keliru Selama Ini. Ini Lho Kriteria Sekolah Terbaik

Nusantarakini.com, Jakarta

Banyak orang tertua terjebak dengan simplifikasi pengertian sekolah terbaik. Mereka memahami secara dangkal bahwa sekolah terbaik adalah fasilitas fisiknya lengkap, mewah dan canggih. Guru-gurunya alumni luar negeri. Dan yang pasti, biayanya mahal. Jadi apabila biaya sekolahnya mahal, maka sudah tentu dalam pemahaman mereka sekolah tersebut terbaik.

Ciri berikutnya bagi umumnya orang tua apabila siswa-siswa sekolah tersebut kerap memenangi perlombaan sains seperti olimpiade sains atau matimatika.

Faktanya kita menemui di lapangan bahwa siswa-siswa jago dalam perlombaan sains belum tentu berkembang menjadi saintis yang sukses. Sebab, soal sukses dalam hidup merupakan perkara yang lain. Sekolah memang dapat menunjang seseorang, namun tidak menjadi faktor utama. Faktor utamanya adalah kekuatan dan kreativitas seseorang dalam memecahkan problem hidup yang nyata yang dia hadapi. Di sinilah sebenarnya yang diperlukan bukan angka-angka kuantitatif, tapi kemampuannya dalam problem solving. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah kualitas jiwa seorang siswa. Kualitas jiwa inilah yang menimbulkan watak dan kemauan. Watak dan kemauan inilah yang jauh lebih penting bagi seorang siswa yang kelak menghadapi hidup yang ril.

Oleh sebab itu, dalam kriteria sekolah yang baik, yang dinilai bukanlah fasilitas fisiknya, apalagi mahal tidaknya biaya sekolah. Yang diukur adalah seberapa jauh agama ditanamkan dalam proses belajar sehingga melahirkan jiwa-jiwa anak didik yang solid, kuat dan luhur. Berikutnya adalah pelajaran problem solving. Setiap masalah yang dihadapi siswa, guru hanya mendampingi sampai siswa mampu menjalankan problem solvingnya sendiri. Orientasinya pemecahan masalah hidup sehari-hari. Minimalkan pemberian doktrin-doktrin. Karena doktrin hanya membekukan akal pikiran.

Memang di sinilah seorang guru yang berpengalaman diperlukan. Guru itu harus mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi seorang siswa akibat perkembangan lingkungannya.

Walhasil, sebenarnya cukup hanya Islam dan teknik problem solving yang pantas diberikan kepada anak didik. Sains, matimatika, fisika dan seterusnya harus dipahami sebagai bagian dari keperluan problem solving. Maka yang perlu-perlu sajalah dari sains, fisika dan matimatika yang wajib diajarkan ke siswa. Yang diidentifikasi tidak perlu dan hanya menyita jam pelajaran, tak perlu diajarkan. (sed)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top