Warkop-98

Martimus Amin: Polisi Jangan Malu Lempar Handuk

Nusantarakini.com, Jakarta-

REZIM  UNDER ATTACK: POLISI JANGAN MALU LEMPAR HANDUK

by Martimus Amin

Waktu menunjukkan jam 10 pagi lewat beberapa menit, ketika mata memandang kebawah jembatan bypass saat melintasi jalan Gatot Subroto menuju tempat kerja. Puluhan ribu atau ratusan ribu peserta aksi mengawal pemeriksaan Habib riziq Sihab (HRS) terlihat memadati jalan Sudirman sampai area Polda Metro Jaya. Ramai sekali bagaikan sekumpulan kawanan lebah yang menggulung keangkuhan gedung-gedung menjulang tinggi di sekitarnya. Aksi umat bela Islam seperti tidak mengenal lelah, semakin bertenaga. Ada asa yang ingin diraih.

Tidak semudah rencana busuk yang dipikirkan dan dibayangkan durjana! Perang urat (psywar) untuk menekan dan menggembosi perjuangan suci HRS – GNPF MUI. Seperti mengintimidasi menangkap Ustad dan santri pembalas tindakan anarkis ormas preman GMBI. Mencokok Hafidz Qur’an pengibar panji saka tauhid .

Menekan HRS dengan berbagai rekayasa laporan. Di Polda Jabar atas Tesis ilmiahnya tentang Pancasila. Di Polda Metro Jaya atas kritikannya mengingatkan pemerintah terkait uang kertas rupiah terdapat simbol mirip palu arit, dan sebagainya.

Walhasil polisi malah dalam posisi tertekan (under attach). Skenario jorok eezim lumpuh dan tidak bergigi. Seperti orang linglung dan kelimpungan, bisa-bisa kursi empuknya dipertaruhkan.

Rezim dan aparatnya polisi masih tak sadar diri. HRS bukan bocah ingusan dan pejuang kemarin sore. Ia telah akrab dengan kerasnya jalanan sepanjang masa. kekuasaan dipegang empat presiden ‘ Gusdur, Megawati, SBY dan Jokowi’ saat ini. Kematian bukan ancaman menakutkan baginya, apalagi penjara yang sudah berapa kali dialaminya. Namun tidak akan pernah membuat sikap kritis dan kelantangannya berhenti, justru keistiqomahan perjuangannya mendapat simpati dan dukungan luas rakyat Indonesia

Nyatanya umat dikomandoi HRS-GNPF MUI ditekan sana sini semakin menggeliat. Tempat jauh tidak menghalangi umat menemani ulama yang dicintainya. Andai sekalipun polisi bermaksud memeriksanya di ujung timur nun jauh disana.

Umat dengan suara bergetar bersumpah ‘satu helai rambut HRS jatuh, siap mati membela kehormatan ulamanya. Negeri Serambi Mekah Aceh tak mau kalah, para ulama dan santrinya mengumandang perang sabil. Raja Arab Salman saking menaruh hormat kepadanya, dengan rombongan 800 staf-nya akan mengunjungi Indonesia. Bersilaturahmi dengan imam sejati rakyat Indonesia tanpa mahkota.

Sejujurnya kita melihat bukan penguasa memenangi psywar, justru rezim dalam posisi under attach. Maksud hati ingin menekan, malah polisi jerih, bagi-bagi nasi bungkus dan permen. Gemetar ketakutan markasnya dbanjiri umat laksana tawon ingin mengantupnya.

Semua permainan kotor ini pasti segera berakhir. Tinggal waktunya polisi mengibarkan bendera putih, menyerahkan senjatanya dan mengosongkan markasnya. Para petingginya akan terpuruk dalam kehinaan, karena bersikap sangat buruk terhadap ulama dan umat yang ikhlas membela kehormatan agama, bangsa dan negaranya. Sejarah dunia membuktikan yang haq selalu mengalahkan kebatilan.

Pimpinan polisi terlalu arogan. Lebih mementingkan jabatan daripada masuk dalam barisan ulama dan umat. Glamour dunia telah membutakan mata hati. Menilai segala sesuatu atas dasar materialisme. Sebagaimana dinyatakan sang jenderal dihadapan peserta aksi bela Islam 414  di depan Istana. Ia menyampaikan kurang lebih ‘bahwa ia mengerti peserta aksi tidak mau pulang karena tidak ada bis yang mengangkut’.

Ada-ada saja. Sungguh ia tidak mau menyadari perjuangan ulama bersama jutaan umat didorong kekuatan iman. Mereka yang membenarkan ucapan, hati dan perbuatannya atas kesaksian Laa ilaa haa illallloh Muhamadur Rasulullah. (mc)

Martimus Amin, Pengamat dan Praktisi Hukum

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top