Nusantarakini.com, Jakarta-
Ahok Main Retorika Orang Kepepet
‘’Drama Eksepsi…’’
TAN Ceng Bok, aktor terkenal Indonesia sebelum kemerdekaan, pernah berpesan kepada Slamet Rahardjo, aktor teater dan pemain film kawakan pelanggan Piala Citra.
‘’Sebagai pemaen sandiwara kamu kudu mampu menyihir penonton. Jangan kasih kesempetan penonton makan kwaci…’’
Pesan sederhana ini maksudnya pemain sandiwara harus punya kekuatan buat meyakinkan (to justify) dan bikin penonton percaya (make believe).
Sebab sandiwara atau drama adalah dunia imaji.
Kebenaran yang ditampilkan adalah kebenaran imaji.
Dunia imaji memberi makna ganda terhadap segala sesuatu yang terdengar dan terlihat.
Waktu sidang pertama hari Selasa 13 Desember Ahok mirip pemain sandiwara ketimbang terdakwa penista agama.
Eksepsinya penuh drama, selain ada nangisnya, banyak pengakuan Ahok yang bikin ‘’kaget’’untuk meyakinkan (to justify) dan untuk bikin percaya (make believe) penonton.
Ahok yang selama ini dikenal simbol pembela kepentingan para taipan memainkan retorika orang kepepet.
Dalam dunia kriminal copet atau bromocorah yang tertangkap sebelum mengaku sering berbelit-belit dan mengarang aneka cerita, termasuk minta belas kasihan.
Banyak pernyataan Ahok bikin ‘’kaget’’dan sangat bertolak belakang dengan sepak terjangnya selama ini, sehingga dibaca masyarakat sebagai kebohongan baru, lagi-lagi dalam rangka to justify and make believe.
Dalam ilmu jiwa ada istilah pembohong patologis.
Pembohong jenis ini digambarkan sering bertindak dengan cara menipu dan manipulatif tanpa memperhatikan hak dan perasaan orang lain.
Tabloid Nova edisi Mei 2013 memberikan tips cara mengidentifikasi pembohong patologis:
1). Biasa mengubah cerita kalau ditanya tentang rincian tertentu.
2). Kebohongan mereka suka bertentangan dengan hal-hal yang mereka katakan sebelumnya.
3). Terbiasan berbohong untuk hal-hal kecil. Kebohongan kecil bisa berubah menjadi sangat besar.
4). Suka membesar-besarkan sesuatu.
5). Mereka tidak peduli jika ada yang terluka atau tersinggung dengan kebohongan yang dilakukan. Mereka bahkan tidak memikirkannya karena mereka hidup di dunia mereka sendiri.
6). Karena merasa tidak aman dan tidak nyaman mereka akan bertindak membela diri ketika ditantang atau mereka terus berbohong untuk mendapatkan simpati.
Ada banyak alasan orang menjadi pembohong patologis. Mungkin karena memiliki harga diri yang rendah dan merasa harus membuktikan lebih baik dari orang lain, atau mungkin karena kurangnya prestasi.
Adakalanya pembohong patologis berbohong hanya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan…
Nah, selamat nonton persidangan Ahok, dan sambil makan kwaci.
*Arief Gunawan Rachmat, wartawan senior Rakyat Merdeka (*mc)