Nasional

Ahok Butuh Momentum Untuk Rebound. Mungkinkah?

Nusantarakini.com. Tingkat elektabilitas Ahok-Djarot terus mengalami penurunan yang sangat tajam. Hal ini nampak dari data-data hasil survei yang dirilis oleh berbagai lembaga survei.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis Lembaga Konsultan Politik Indonesia (LKPI) di bulan November 2016, menyebutkan elektabilitas Ahok-Djarot jeblok, hingga 24,60 persen, di bawah Agus-Sylvi 27,60 pesen dan Anies-Sandi 25,90 persen. Sementara Poltracking menyebutkan elektabilitas Ahok-Djarot turun lebih rendah lagi yaitu hanya 22,63 persen, dibanding Agus-Sylvi 27,29 persen dan Anies-Sandi 20,42 persen. Bahkan hasil survei dari Charta Politika, lembaga yang disebut-sebut menjadi konsultan politik Ahok, mengakui elektabilitas Ahok-Djarot berada dibawah paslon Agus-Sylvi. Elektabilitas Ahok-Djarot hanya 28,90 persen dibawah Agus-Sylvi 29,50 persen.

Padahal berdasarkan hasil survei bulan-bulan sebelumnya, elektabilitas Ahok-Djarot masih paling tinggi. Hasil survei LSI pada bulan September 2016 menyebutkan elektabilitas Ahok-Djarot 31,4 persen, masih lebih tinggi dibanding Agus-Sylvi yang hanya 19,3 persen dan Anies-Sandiaga 21,1 persen. Demikian juga menurut rilis survei dari lembaga Populi Center di bulan September 2016, menempatkan Ahok pada urutan teratas dengan elektabilitas mencapai 40,8 persen. Sementara elektabilitas Anies Baswedan hanya 17,3 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono 12,5 persen.

Pertanyaannya, apakah elektabilitas Ahok-Djarot masih bisa naik kembali (rebound) seperti semula atau akan semakin terpuruk?

Menurut Yunarto, Direktur Eksekutif Charta Politika, elektabilitas seorang kandidat yang terpuruk bisa mengalami titik balik bila ada faktor underdog effect atau efek terzalimi. Efek “dianggap kalah” ini justru akan menimbulkan militansi pendukungnya untuk bergerak memenangkan calonnya. Efek ini yang menurut Yunarto pernah dialami oleh Jokowi saat memenangkan Pilpres 2014. Namun demikian Yunarto tidak yakin Ahok mendapatkan efek yang sama seperti Jokowi. Pasalnya, setelah Ahok menjadi tersangka, ia tidak bisa memprediksi apakah elektabilitasnya akan semakin terpuruk atau bisa mengalami titik balik.

Sementara itu menurut Dendi Susianto, direktur eksekutif LKPI, Ahok membutuhkan momentum politik untuk bisa rebound. Dendi menjelaskan bahwa elektabilitas seorang kandidat bisa kembali naik bila ia mendapat momentum politik yang tepat. “Momentum politik ini muncul saat lawan politiknya terus diterpa isu atau peristiwa negatif, dan pada saat yang sama dirinya terus terangkat oleh isu dan peristiwa positif,” papar Dendi Susianto, konsultan politik yang saat ini sedang mendampingi beberapa kandidat Pilkada.

Pada situasi saat ini, Ahok-Djarot membutuhkan isu dan peristiwa politik yang positif yang bisa menggerakkan simpati publik. Dan pada saat yang sama muncul isu dan peristiwa politik yang negatif yang bisa menggerus simpati publik kepada Paslon lain.

Saat ini selain sedang menghadapi masalah soal penistaan agama, Ahok-Djarot juga terus diserbu dengan berbagai isu negatif, seperti komunis, keturunan cina, korupsi sumber waras, dan kasus reklamasi pantai yang terus membelenggu dirinya. Sementara isu tandingan yang coba dimunculkan, seperti isu SARA, intoleransi, anti kebhinekaan, teroris dan Islam radikal tampaknya belum cukup kuat melawan gempuran isu negatif yang menerpa Ahok-Djarot.

Dendi Susianto yakin tim Ahok-Djarot akan terus memanfaatkan sisa waktu dua bulan ini untuk memunculkan momentum rebound. “Mereka akan lebih intensif memainkan isu anti SARA, intoleransi, anti kebhinekaan, teroris dan Islam radikal,” papar Dendi. Namun demikian, strategi ini tidak akan berjalan efektif karena tim Ahok-Djarot akan kesulitan menemukan isu positif selama Ahok menjalani persidangan kasus penistaan agama. “Ditambah lagi, bila tidak ada peristiwa dan isu negatif yang dahsyat yang menjerat paslon Agus-Sylvi dan Anies-Sandi hingga menjelang hari pencoblosan,” jelas Dendi Susianto. (*mk)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top