Nusantarakini.com, Jakarta-
Pemotretan Sesaat
Cina perantauan (overseas China) menyebar di banyak negara. Bisnisnya sebatas restoran, kelontong, bordil, judi dan narkoba. Hanya di Indonesia merambah sampai properti, perbankan dan media massa.
Meski berdiam lama orientasinya tidak pudar. Negara asalnya menganut dwi kebangsaan. Selain untuk mengatasi ledakan penduduk juga alat hegemoni. Rumpun melayu diisingkirkan negeri Singapura dicaplok. Negeri dibangun dengan pasir selundupan dari kepulauan Riau. Negara miskin Afrika pun tak luput dalam cengkeramannya.
Imperium Cina raya hadir ke nusantara sejak abad ke-12. 40 ribu Tentara Mongol dan Cina menyerang ditumpas habis oleh Raden Widjaya dari Singosari. Sepanjang masa etnis ini terus berulah. Laskar Po An Tui dibentuk penjajah Belanda sebagai mata-mata serta menebar teror kepada rakyat dan pejuang kemerdekaan.
Pada tahun 1946 di Bagan Siapi-Api Riau, mereka mengibarkan bendera Cap Ji Kak (12 bintang) yang menimbulkan kemarahan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Etnis Cina membalas membantai ribuan pribumi. Tak terhitung catatan pengkhianatan etnis Cina termasuk andil dalam G30S PKI.
Ongkos Mahal Bagi NKRI
Cina raya berupaya menggeser hegemoni Barat. Operasinya di Indonesia mengelontorkan dana besar-besaran. Kompensasinya projek infrastruktur pelabuhan, tol, pembangunan KA, operalih BUMN, ploting menggeser perusahaan minerba Barat pasca berakhir kontrak karya. 10 juta buruh Cina disusupi tentara merah akan membanjiri Indonesia.
Memanfaatkan sistem yang bobrok Cina raya menguasai ekonomi dan politik Indonesia. James Riyadi, Aguan, Sofwan Wanadi, Syamsul Nursalim, Paul Sutopo, Ciputra, TW, Prayogo Pangestu, Cocong, Antoni Salim, Asie, Edi Porkas, Engtiong, Johni Kusuma, serta para taipan kartel hitam dikenal dengan julukan ‘9 naga’ . Mereka adalah agen-agen yang ditanam untuk merusak moral dan merampok kekayaaan bangsa Indonesia. Jejaring guritanya membelit instansi Kepolisian, Kejaksaan dan MA. Bahkan lembaga sekaliber KPK dan BPK dibuat tak berkutik.
Bangsa Cina Indonesia dijulukin yahudi Asia Tengara. Mereka tidak memiliki nasionalisme. 600 trilyun rupiah BLBI dikemplang dibawa kabur keluar. Negara menanggung bunga rekap sebesar 60 T rupiah pertahun dari APBN sampai 20 tahun mendatang. Salah satu Obligor Sukanto Tanoto dengan bangga mengatakan Cina bapak kandungnya. Padahal mereka menikmati kekayaan dari Indonesia.
Sepak terjang Cina raya semakin menjadi-jadi. Pulau Natuna dimasukkan dalam peta wilayah lautnya. Kapal nelayannya menangkap ikan diperairan Indonesia dikawal kapal perang Cina. Kapal TNI AL dilabrak tak berkutik.
Cina raya kini kembali mengusik kedaulatan NKRI. PM Cina Le Keqiang mengancam menyerbu Indonesia, terkait sikap tuntutan umat Islam atas kasus penistaan agama oleh Ahok anteknya. Sementara peristiwa 98 dijadikan dalih tidak ada kaitan sama sekali dengan aksi damai bela Islam.
Perlu digarisbawahi berita pemerkosaan etnis Cina dikampanyekan komprador asing hanya omong kosong untuk merusak citra Indonesia di mata internasional. Sangat tidak logis ditengah kebakaran hebat ada orang bisa memerkosa. Tenyata info bersumber dari kedutaan AS. Ribuan warga keturunan yang ingin bekerja di AS supaya mudah mendapat visa mendata sebagai pemohon suaka seolah korban kerusuhan 98. Demi secuil keuntungan pribadi warga keturunan rela mencoreng nama baik NKRI. Tiiongkok ancaman nyata kedaulatan NKRI.
PETISI:
1. Menuntut Dubes Negara Komunis Cina meminta maaf kepada rakyat Indonesia terkait pernyataan PM China.
2. Menuntut Pemerintahan RI memutuskan hubungan diplomatik dan menyatakan perang demgan negara komunis Cina.
3. Menuntut negara Komunis Cina menghapus hutang Indonesia dan atau pemerintah RI tidak melakukan pembayaran utang kepada negara komunis Cina.
4. Merampas seluruh kekayaan obligor BLBI untuk kesejahteraan rakyat.
*Martimus Amin, Ketua QOMAT (Qomando Masyarakat Tertindas)