Nusantarakini.com, Jakarta –
Tahukah Anda apa yang muncul secara unik pada gerakan aksi massa umat Islam Indonesia 1410, 411 dan 212 tahun 2016 ini? Bukan pada soal kedamaian dan jutaan putih-putihnya, tapi rahasia kekuatan yang selama ini terpendam, muncul dan membukakan kesadaran kita. Apakah itu?
Karena umat Islam jumlahnya banyak dan tersebar luas, maka memobilisir aksi massa umat Islam tidak mendapatkan hambatan yang berarti. Begitu antusiasmenya tersulut maka banjir massa menjadi tak dapat dihindarkan. Dan ini menimbulkan efek psikologis dan pressure politik yang hebat.
Lainlah halnya jika jumlah umat Islam sedikit, daya pressurenya pasti tidak begitu kuat.
Kedua karena keberadaan umat Islam menyebar luas, begitu ada seruan mobilisasi, maka umat Islam bergerak dari berbagai penjuru dan ini juga menimbulkan efek psikologis yang kuat. Bagaikan semut yang keluar dari berbagai sarang lalu mengalir ke suatu lokus, hal ini tentu mencengangkan dan memberi dampak gentar yang luar biasa bagi musuh-musuhnya.
Kekuataan kuantitatif umat ini hendaknya dirawat dan dikembangkan lebih jauh untuk memukul musuh-musuh umat.
Adapun kekuatan kualitatifnya yaitu faktor akidahnya dan semangat dan moralnya serta kekayaan ide di dalam umat Islam tersebut. Misalnya, dengan wujud dan bentuk aksi rush money serta aksi longmarch yang muncul secara spontan untuk dari umat Islam tersebut, tentu hal itu terkait dengan akibat dari kualitas akidahnya, kekuatan moral dan semangatnya, serta kekayaan ide yang terdapat dalam umat Islam disebabkan jumlah individunya yang banyak. Ide-ide cemerlang apa saja untuk menunjang gerakan akan senantiasa timbul dari dalam umat Islam mengingat begitu melimpahnya SDM umat.
Rush money sedikit banyak, padahal baru sebatas isu, sudah menimbulkan kepanikan pada musuh-musuhnya. Demikian juga aksi long march yang dilancarkan santri dan kyai dari Ciamis telah menimbulkan efek psikologis yang menguatkan bagi umat Islam sekaligus menggentarkan bagi musuh-musuhnya. Long march merupakan aktualisasi dari semangat yang berkobar, tekad yang penuh, kesungguhan dan pengorbanan yang ikhlas untuk memperjuangkan misi. Dan itu dilaksanakan langsung oleh santri yang didukung penuh oleh rakyat.
Bagaimana seandainya dari seluruh penjuru mata angin, dari Ciamis, Sukabumi, Garut, Sumedang, Subang, Purwakarta, Bogor, Serang, Cilegon, Lebak hingga Tangerang semuanya melancarkan aksi longmarch menuju Istana, apakah hal itu tidak akan menimbulkan goncangnya kekuasaan. Malah mungkin hal semacam itu akan runtuhlah kekuasaan. Apalagi serentak pula aksi rush money, mogok oleh kaum buruh, boikot oleh konsumen Muslim untuk tidak membeli produk musuh-musuh mereka, longmarch dan demonstrasi berhari-hari nonstop?
Saya kira, jika rangkaian aksi semacam itu serentak dilakukan, maka runtuhlah kekuasaan sekukuh apa pun.
Satu hal lagi, aksi yang heroik dan tulus pasti berbalas aksi jihad sedekah yang melimpah dari umat Islam sendiri. Dan itulah yang terbukti pada momen aksi 212 di Jakarta baru-baru ini. Terlihat dimana-mana, sepanjang jalan, makanan dan minuman melimpah disediakan oleh entah siapa saja bagi mujahidin 212.
212 adalah momen dimana semua orang menjadi mujahidin dan larut bersama-sama. Dan itu semua jelas diatur bukan oleh manusia. Tapi oleh Yang Maha Pencipta. Betapa tidak, bangsa yang tadinya dikenal tidak mampu tertib dan disiplin, mendadak demikian tertib dan disiplinnya. Tak ada taman yang terinjak. Semua saling mengingatkan. Semua saling memberi jalan. Semua mengatur sendiri barisan dan tempatnya. Semua merasakan bahwa 212 adalah gerakan dirinya masing-masing. Bukan gerakannya Habib Rizieq Syihab apalagi gerakannya Limbad. (sed)