Intelektual “Organik” Antonio Gramsci

Nusantarakini.com, Jakarta-

Intelektual “Organik” Antonio Gramsci

by Nurul Candrasari Masykuri

Antonio Gramsci melihat pentingnya kehendak dan tekad revolusioner itu ada dalam hati sanubari proletariat untuk menumbangkan kekuasaan kaum borjuasi yang telah merasuk dalam semua dimensi kehidupan masyarakat. Karena itu diperlukan kelompok intelektual dan partai revolusioner utk mewujudkan sosialisme.

Dgn demikian adalah sesuatu yg amat penting sekali bahwa keberadaan kaum intelektual bukanlah di menara gading, melainkan harus menyatu dan berada di sisi kaum marjinal (buruh, kaum miskin kota). Demikian juga partai politik, tidak bertugas menyuntik ke dalam diri kelas kaum marjinal suatu kesadaran yg benar, melainkan juga harus membuat mereka sadar akan implikasi kesadaran yg sdh dibangun dan mereka miliki serta segi-segi perjuangan. Semua ini terkait dgn upaya kaum marjinal untuk menancapkan hegemoni kultural dan ideologis sebelum memulai perebutan kekuasaan politik.

Dlm pandangan Gramsci perubahan sosial bukan semata-mata upaya menyangkut masalah kekuatan ekonomi dan fisik, juga melibatkan perebutan wilayah kebudayaan dan ideologi: sbg suatu upaya masyarakat bawah untuk membebaskan diri mereka dari budaya kaum borjuis dan untuk membangun nilai budaya sendiri bersama-sama dgn kaum tertindas dan lapisan intelektual yg berpihak. Dlm konteks inilah bisa dikatakan bahwa supremasi intelektual merupakan prakondisi tercapainya kekuasaan politik.

Demikian juga sebuah revolusi sosialis tidak dapat dilakukan dgn sekali jadi melalui perebutan kekuasaan politik, melainkan memerlukan waktu panjang dlm suatu perang posisi (war of position) untuk merubah pandangan dan nilai-nilai masyarakat sipil. Jika masyarakat sipil sudah dihegemoni maka sebenarnya scr de facto kekuasaan itu sdh berada di tangan kelas marjinal, kepemimpinan politik bisa diambil alih scr mudah.

Dlm konteks tatanan dunia skrg ini dimana segala segi kehidupan berada di bawah hegemoni kapitalisme neoliberal dlm bentuk eksploitasi buruh sampai dengan komodifikasi dan konsumerisme, maka gagasan Gramscian tentang membangun kekuatan progresif transnasional menjadi sangat penting.

Konsep hegemoni Gramsci ini sangat bermanfaat dan menjadi pelajaran penting bagi para politisi partai dan intelektual. Andai Sebuah partai ingin menjadi besar dan sukses semua ini ketika partai tersebut mampu mengartikulasikan kepentingan riil masyarakatnya. Dan menjadi tugas para intelektual untuk menjadi agen perubahan dan pembebasan sosial.

Dalam rangka mematahkan hegemoni borjuasi dan merumuskan pandangan dunia baru kelas proletar , Gramsci memiliki instrumen favorit yang sangat penting, yakni “intelektual organik”. Kelompok ini berperan signifikan untuk mengobarkan “perang posisi” guna mengambil alih hegemoni.

“Intelektual “Organik”

Siapakah profil “intelektual organik” ? Gramsci memakai istilah “intelektual” dalam arti luas yang secara praktis ekuivalen dengan “inteligensia” atau semua kelas terdidik. Dan pada umumnya setiap kelas utama memproduksi lapisan intelektualnya sendiri yang bertugas mempertahankan kontinuitas budaya kelas masyarakatnya dan menyatukan mereka berdasarkan solidaritas tertentu.

Bagi Gramsci, intelektual organik adalah para intelektual yg tidak sekedar menjelaskan kehidupan sosial dari luar berdasarkan kaidah-kaidah saintifik, tapi juga memakai bahasa kebudayaan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman real yg tidak bisa diekspresikan oleh masyarakat.

Intelektual organik adalah mereka yang mampu merasakan emosi, semangat dan apa yang dirasakan kaum marjinal memihak kepada mereka dan mengungkapkan apa yang dialami dan kecenderungan-kecenderungan objektif masyarakat.

Habib, ulama, ustadz, pemuda taklim, rakyat jelata, buruh, tukang gojek yg secara sadar membangun dan memperjuangkan pembebasan masyarakat dari penindasan kapitalis liberalisme dlm rangka mewujudkan masyarakat yang berkah sejahtera dibawah naungan Illahi, mereka inilah pantas disebut intelektual organik.

Disampaikan kembali oleh Mas’ud Ibnu Rosyid Humas QOMAT, dengan beberapa perubahan kalimat dan penyesuaian narasi terkini. (*mc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *